All Chapters of Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

88 Chapters

Bab 41 : Luka Mendekatkan Kita

Hening. Itu yang terasa sejak pagi setelah Yasmin mendengar percakapan antara Barra dan Samantha.Tidak ada lagi sapaan ramah, ketika dia bertemu dengan Barra. Melainkan hanya sisa-sisa formalitas yang dia pertahankan. Setiap kali berada di tempat yang sama, Yasmin hanya fokus pada Boy dan Cleo. Dia menggendong dan menyusui Boy dengan penuh kasih sayang, mengusap punggungnya perlahan. Sedangkan Cleo sedang berjemur bersama babysitter. Tidak ada satu pun interaksi yang dia berikan untuk Barra. Jika dulu dia masih akan sekilas bertukar pandang, kini tidak lagi.Barra memperhatikan perubahan itu. Awalnya, pria itu mengira Yasmin hanya lelah atau sedang tidak mood. Namun, makin hari, sikap dingin itu tambah menjadi.Tidak ada lagi suara lembutnya yang tertangkap indera pendengaran Barra. Yasmin hanya menyelesaikan tugasnya, lalu pergi.“Yasmin,” panggil Barra ketika pria itu tiba di teras. Yasmin yang sedang menunduk menatap Boy, kini mengangkat pandangan. “Ya?” sahutnya.“Kamu sibuk?
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 42 : Kamu Pikir Kamu Siapa?

Yasmin sungguh tidak bisa berkata apa pun, selain menatap Barra dengan bingung. Hingga akhirnya pria itu melepaskan pergelangan tangannya. Akan tetapi, tatapan pria itu tidak berpaling dari Yasmin, dia juga berkata dengan tegas, "Buatkan aku nasi goreng." Alis Yasmin seketika menekuk dan dia menajamkan pendengaran. "Apa?" "Aku lapar," jawab Barra mulai memelankan intonasi, "buatkan nasi goreng." Yasmin mendesah, menimbang sejenak. Dia tahu, ini bukan karena Barra ingin lebih lama bersamanya, tetapi murni karena perut pria itu kosong. Dengan enggan, dia melangkah menuju dapur. Saat memasak, Yasmin merasakan tatapan Barra di punggungnya. Entah mengapa pria itu justru mengikutinya ke dapur. Ada sesuatu yang berbeda. Yasmin hanya tahu, ekspresi Barra tetap dingin, tetapi sorot matanya menunjukkan sisi yang lain. Ketika nasi goreng matang, Yasmin menyajikannya di meja. "Sudah selesai, Pak. Makanlah." Setelahnya, Yasmin masih berdiri di memperhatikan pria itu makan dengan tenang. "A
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 43 : Pujian Pak Pengacara

Tangan Yasmin terkepal kuat di sisi tubuhnya. Ucapan Cindy bagai palu yang menghantam relung hatinya. Dia menelan air liur untuk menahan rasa sakit dalam dada. "Bukankah Bu Cindy sudah tahu siapa saya?" Yasmin berkata tanpa ekspresi, matanya menatap Cindy, berusaha tenang. Cindy mengangkat dagu dengan percaya diri. "Maksudmu?" Yasmin menggeleng pelan, lalu berkata santai dan penuh arti, "Kalau Cleo terus menangis seperti ini, dia bisa sakit lagi. Dan kalau itu terjadi, Pak Barra pasti menyalahkan—" “Cukup!” sela Cindy terlihat agak goyah, pandangan wanita itu beralih pada Cleo yang menangis lebih keras, tubuh kecilnya menggeliat gelisah. Yasmin melanjutkan dengan suara lembut, “Umm … coba Bu Cindy lihat ke atas.” Sekilas, Cindy tampak tegang. Dia mendongak, seakan baru sadar bahwa gerak-geriknya bisa dipantau kapan saja. CCTV tergantung di sana. Yasmin menahan senyum tipisnya. Dengan tenang, dia mengulurkan tangan. "Lebih baik serahkan padaku sebelum Pak Barra yang turun
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 44 : Hangat yang Tidak Biasa

Saat ini di halaman rumah, Airin menatap tajam pada seorang wanita yang tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi."Mam, bagaimana kalau Bu Sarah sampai—""Ssst, berisik kamu, Cindy! Sekarang pastikan Barra nggak keluar rumah!" titah Airin dengan suara berbisik. Tangannya sedikit gemetar.Saat Sarah sudah mendekat, Airin langsung membawanya menjauhi teras rumah. Cengkeramannya erat di pergelangan tangan Sarah, cukup kuat untuk membuat wanita itu mengerutkan dahi."Mau apa kamu ke sini, hah? Jangan nekat, Sarah!" desis Airin, matanya berkilat seperti siap membakar lawannya hidup-hidup.Sarah tertawa pelan, meskipun cengkeraman Airin menyakitkan. "Lho, Jeng Airin, kesepakatan, ya, tetap kesepakatan. Jeng ‘kan janji bayar satu miliar, tapi baru 300 juta, setelah aku berikan apa yang Jeng minta. Sekarang sudah tiga bulan lebih, tapi belum lunas," ucap Sarah sambil mengkus kasar, ekspresinya licik, menikmati dominasi sesaat.Airin makin menekan tangan Sarah, membuat wanita
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 45 : Sentuhan Pengacara Dingin

Barra tidak mengedip. Pandangannya tetap tertuju pada seseorang, kini berdiri di ujung tangga dengan balutan pakaian yang begitu berbeda dari biasanya.Blus sederhana putih dengan motif floral yang dikenakan wanita itu jatuh dengan anggun, mengikuti lekuk tubuhnya tanpa berlebihan. Surai panjangnya ditata lebih rapi, beberapa helai jatuh lembut di sisi wajahnya.Wajah yang biasanya tampak lelah kini terlihat lebih segar, meskipun masih ada sisa kecemasan pada sorot matanya.Untuk sesaat, Barra merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Namun, dia mengenyahkan perasaan itu."Kenapa berdiri di sana, Yasmin?" Suara Barra terdengar datar. "Kita tidak punya banyak waktu."Yasmin yang sedari tadi melamun, kini tersadar. Dia menghela napas pelan, lalu melangkah mendekat."Sarapan dulu," ujar Barra mengalihkan pandangan dan tangan pria itu mengambil cangkir kopi.Yasmin menggeleng. "Saya tidak lapar."Barra mendongak, matanya mengamati wanita itu beberapa detik, lalu berujar, "Jangan pingsan di
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 46 : Bukan Masalah Besar atau Kecil

Barra menatap Yasmin yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan tangannya tampak lemah. Di sampingnya, Dokter Samantha menghela napas pelan, menyandarkan punggung pada kursi sambil melirik ke arahnya."Dia pasti mengalami trauma besar," lirih Samantha, "bertemu dengan mantan suami dan keluarganya lagi pasti bikin luka lamanya kembali terbuka."Barra melirik Yasmin. Dia tidak bisa membayangkan apa yang sudah wanita itu lalui.Tadi Yasmin benar-benar pinsan setelah dicecar banyak pertanyaan oleh wartawan. Wanita itu ambruk dalam pelukan Barra."Apa kamu tahu? Setelah bayi yang dilahirkannya meninggal, dia bahkan ingin menyusul anak itu," lanjut Samantha dengan suara lebih pelan. "Aku menemukannya di tengah jalan, hampir menabraknya, jahitan caesar terbuka, darahnya banyak, dan dia hanya pakai daster robek. Coba kamu bayangkan!"Samantha geleng-geleng dan menatap nanar pada Yasmin. Lalu tangan terulur membelai puncak kepala wanita
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 47 : Ada Apa Dengan Barra?

Yasmin bisa merasakan embusan napas hangat Barra menerpa pipinya yang kini memanas. Bahkan tubuh mereka benar-benar hanya terpaut beberapa senti saja.Spontan, kedua tangan Yasmin terangkat, mendorong dada pria itu supaya tidak makin dekat. Namun, sentuhan telapak tangannya pada otot dada keras Barra justru membuat dia tambah gugup."P—pak ...," ucap Yasmin pelan, suaranya bergetar.Mata wanita itu melirik ke samping, mencari apa pun yang bisa digunakan sebagai pelindung jika pria di hadapannya benar-benar mendekat lebih jauh.Akan tetapi, bukannya melakukan sesuatu yang mengancam, Barra justru menjauh. Ekspresi pria itu masih sama—dingin dan sulit ditebak. Dengan gerakan cepat, dia meraih jas hitamnya yang tadi tersampir di sandaran kursi belakang Yasmin, lalu menyerahkannya pada wanita itu."Pakai ini. Bajumu terlalu tipis dan ketat!" ucap Barra tegas.Yasmin terdiam sesaat. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang terdengar begitu jelas di telinga. Perlahan, dia meraih jas itu. Nam
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 48 : Ibu Untuk Anak-anak

“Dasar Airin. Masa cuma kirim 100 juta?!” geram Sarah, yang saat ini duduk di tepi ranjang dengan wajah kusut. Jemari wanita itu mencengkeram ponsel erat-erat, layarnya menampilkan mutasi rekening. Sarah berdecak lantas menghubungi seseorang yang dirasa perlu menurutnya. Pada dering kedua kedua panggilan suara tersambung. "Airin, kirim aku uang lagi! Aku butuh uang sekarang!" Suara Sarah terdengar tajam, penuh tekanan. Di seberang sana, Airin menghela napas, suaranya terdengar lelah. "Aku sudah kirim 100 juta, Jeng. Bulan depan aku kirim lagi." Sarah mendesis, satu tangannya terkepal dan matanya melirik ke arah pintu, takut kalau-kalau Bram masuk. "Kirim sekarang atau aku datang ke rumah menantumu dan membongkar kejahatanmu!" bentak Sarah, matanya dipenuhi kilat amarah. "Dengar Sarah, kalau kamu melakukannya, kupastikan kamu menyesal!" desis Airin. Wajah Sarah memerah. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang mendidih. "Jeng Airin salah mengancamku. Aku tidak t
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 49 : Aku Ingin Kamu Tetap Di Sini

“Apa maksud, Bapak?” Alis Yasmin mengerut dalam, iris hitamnya menatap lekat pada Barra.Sudut bibir Barra berkedut samar, pria itu lantas memutar tubuh dan bersandar pada lemari yang dipenuhi buku tebal. Membuat pandangan Yasmin mengikuti pria itu.“Tetaplah di sini sampai mereka besar,” sahut Barra pada akhirnya.Akan tetapi, ucapan itu sangat ambigu bagi Yasmin. Dia tidak lantas menjawab, melainkan terdiam sejenak untuk mencerna kata-kata itu.Melihat keterdiaman Yasmin, Barra memundurkan tubuh dan membuka laci, lalu mengeluarkan map cokelat. Dia menggoyangkan benda itu di hadapan Yasmin.“Perbarui kontrak ibu susu.” Barra menyerahkan map itu pada Yasmin.Ucapan itu menciptakan suasana tegang di antara mereka begitu nyata. Yasmin menatap Bara dengan perasaan bercampur aduk. Kata-kata pria itu masih terngiang di telinganya, membuat dadanya sesak."Apa maksud Bapak dengan … mengubah kontrak ini?" Yasmin akhirnya membuka suara.Bara menatap wanita itu dalam, seolah tengah merangkai ka
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 50 : Sikap Ambigu Barra

Pagi ini, Yasmin terbangun lebih awal dari biasanya. Udara masih sejuk, embusan angin menyelusup dari celah jendela, membuatnya merapatkan kedua lengan di tubuh.Dikeluarkannya gaun menyusui biru muda yang pernah dibelikan oleh Barra, lalu mengenakannya dengan rapi. Rambut panjangnya ia sanggul sederhana. Hari ini, dia ingin mempersiapkan sesuatu yang istimewa.“Ayunya, kamu, Nduk,” puji Mbok Inah menatap Yasmin. “Rotinya dibawa sekarang, aja. Sebentar lagi Bapak turun.”Yasmin tersenyum lembut.Di dapur, aroma srikaya yang manis berpadu dengan wangi teh melati yang baru saja diseduh. Yasmin membantu Mbok Inah memasak, kali ini, tangannya sendiri yang meracik hidangan spesial—roti bakar resep peninggalan ibunya. Jemarinya sedikit gemetar, bukan hanya karena udara pagi yang masih dingin, tetapi juga karena hatinya berdegup kencang. Hari ini, ia akan memberi jawaban pada Barra.Saat Yasmin melangkah ke ruang makan, Barra sudah duduk di sana. Pandangan pria itu segera tertuju padanya, m
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status