Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

51. Perhatian 3

Setelah Bre pergi, Mbak Asmi masuk ke rumah. "Dia tahu alamat kita dari mana, Hil?""Dari Ani, Mbak.""Dia peduli juga. Mau menjengukmu."Hilya tersenyum samar. Semoga hanya sebatas menjenguk sebagai rasa simpati karena mereka rekan kerja, bukan seperti Tristan, lelaki beristri yang menyimpan rasa terhadapnya. Dia tidak mau lagi berurusan dengan istri orang karena cemburu padanya. Bre ini istrinya pasti di Malang. Tapi bukan berarti tidak akan tahu.Dari tampangnya, dia pria baik-baik. Ah, Hilya tidak ingin terkecoh. Siapapun bisa berpotensi untuk melukai, seperti Arham yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Hilya, sanggup menyakiti meski sudah ditemani berjuang dan menyembuhkan diri.Ponsel di saku Mbak Asmi berdering. "Arham nelepon, Hil" kata Mbak Asmi setelah melihat ponselnya."Nggak usah kasih tahu kalau kami kemarin jatuh, Mbak." Mungkin dia ingin tahu kabar anaknya. Karena kemarin tidak bisa bertemu seperti biasanya. Sengaja nelepon pagi, karena Arham pikir Hilya sedang ada
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

52. Cemburu 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Cemburu Author's POV "Kenapa, Pak?" tanya Hilya. Heran dengan nada suara bosnya. Ada apa dengan Bre? Kenapa membuat Tristan terdengar kaget. Apa Bre punya istri?Hmm, ternyata semua lelaki sama saja. "Pak Tristan, ada apa?" Hilya kembali bertanya dengan nada penasaran."Nggak ada apa-apa. Kaget saja Bre tahu rumahmu.""Katanya tanya ke Ani waktu di kantor tadi, Pak.""Oke. Istirahatlah dulu. Ketemu di kantor kalau kamu sudah sembuh. Misalnya ada sesuatu yang membuatmu harus periksa ke dokter, segera kabari aku.""Baik, Pak."Tanpa mengucapkan salam, Bre menutup telepon. Hilya menarik napas panjang. Apa selain Tristan, muncul lagi Bre. Pria beristri yang iseng dengan janda sepertinya.Ah, tidak. Jangan berprasangka dulu. Bre terlihat sangat sopan dan menjaga pandangannya. Ibunya juga terlihat sangat baik. Tapi Arham dan Bu Rida juga sangat baik, bukan? Dan ternyata lelaki yang dianggap baik itu telah menikamnya hingga hampir sekarat."Unda, mau syusyu." Rifky
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

53. Cemburu 2

Walaupun malas bicara dengan sang istri, tapi akhirnya Arham meneleponnya juga."Sudah lihat videonya, Mas?" Arham langsung disambut ucapan sinis dari Atika."Dari mana kamu dapat video itu?""Nggak usah tahu dari mana. Yang penting kamu tahu kalau mantanmu seperti itu.""Kamu kira aku percaya? Aku kenal Hilya lebih darimu, Atika. Kamu dan Aruna itu sama saja. Hilya tidak mungkin berlaku murahan. Dia tak mungkin menggoda suami orang. Dia bukan kamu."Terdengar Atika mendengkus kesal. "Kamu jangan lupa, Mas. Kamu juga yang mau sukarela kembali padaku, bukan? Jangan sok suci, Pak Arham." Selesai bicara, telepon langsung dimatikan. Arham menghela nafas berat. Betapa bodohnya ia dulu. Meninggalkan Hilya yang setia demi Atika, perempuan yang dulu tampak penuh pesona tapi ternyata hanya fatamorgana.Bahkan sekarang tidak tahu bagaimana ia bisa bertahan dalam rumah tangga ini. Ingin rasanya berakhir sampai di sini saja. Ia sudah lelah. Ia yakin, Hilya tidak mungkin menggoda Tristan. Justru
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

54. Cemburu 3

"Pokoknya kamu hebat. Aku doain kamu akan menemukan kebahagiaanmu. Dah, aku mau kerja." Ika bangkit dan keluar ruangan. Membiarkan Hilya menatapnya heran.Tidak lama kemudian intercom di mejanya berdering. Tristan yang menelepon. "Hilya, bisa menemuiku? Atau aku yang ke ruanganmu.""Saya saja yang ke ruangan, Pak Tristan.""Oke, kutunggu."Hilya berdiri pelan-pelan. Pergelangan kakinya masih terasa sakit kalau dipakai untuk berdiri mendadak. Harus diam dulu, baru melangkah."Kubantu, Hilya." Tristan buru-buru bangkit hendak memapah Hilya yang baru masuk ke ruangannya. Namun wanita itu menolak dengan isyarat tangannya. "Tidak usah, Pak.""Kalau belum sembuh benar, harusnya kamu nggak perlu maksain diri masuk kerja."Hilya tersenyum sambil duduk pelan-pelan. "Ini sudah jauh lebih baik, Pak. Saya punya tanggungjawab pada pekerjaan. Nggak mungkin saya tinggal terlalu lama. Ada yang perlu kita bahas sekarang, Pak?"Tristan tidak segera menjawab. Ia diam memandang Hilya begitu dalam. Apa Hi
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

55. Saya Tunggu di Depan 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Saya Tunggu di DepanAuthor's POV "Boleh, Mbak?" tanya Bre mengulang saat Hilya masih diam. "Boleh, Pak Bre. Tapi ajak istri dan anak Bapak, ya. Jangan sendirian. Saya dan kakak saya janda. Saya nggak ingin timbul fitnah nantinya," jawab Hilya tegas. Ya, dia memang harus memperjelas dan berterus terang. Melindungi diri itu wajib. Sebab tidak ada lagi yang bisa melindungi selain dirinya sendiri.Bre tersenyum. Sikapnya tenang memandang wanita di hadapannya. "Saya tidak punya istri dan anak, Mbak Hilya."Hilya terkejut. Pria di depannya ini tidak sedang berbohong, kan? Masa iya lelaki sekeren dia tidak punya istri. "Oh, maaf Pak Bre. Saya nggak tahu.""Jadi, boleh saya mampir?"Sejenak Hilya diam. Kemarin-kemarin dia mengira Bre pria beristri, jadi agak meresahkan kalau bertamu ke rumah. Namun setelah tahu Bre single, Hilya juga waspada. Takut Bre berbohong.Ya, perempuan kalau sudah berulang kali terkena trust issue dengan kaum laki-laki, membuatnya terlalu be
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

56. Saya Tunggu di Depan 2

Hilya tersenyum melihat ekspresi bahagia anaknya. "Wah, mobilnya bisa berubah, ya?""Bisa." Rifky mengangguk cepat, matanya berbinar.Di samping Hilya, sang kakak ikut memperhatikan keseruan anak-anak. "Sepertinya ada yang mulai perhatian sama kamu, Hil. Dia tertarik padamu. Lihat saja bagaimana dia peduli pada Rifky. Itu bukan sikap yang biasa ditunjukkan pria yang hanya ingin bersikap basa-basi. Terlebih kalian baru saling kenal."Hilya tersenyum hambar. Ia meraih cangkir teh yang sudah mulai dingin di meja, mengaduknya pelan dengan sendok kecil. "Bisa jadi dia hanya merasa kasihan. Atau sekadar bersimpati. Aku ini janda, Mbak. Dia bos besar, dari keluarga berada. Kulihat profil perusahaannya sangat bonafit. Jelas kami nggak sekufu."Untuk perempuan nggak sekufu sepertiku, biasanya mereka hanya ingin sekedar bermain-main. Kalau dia ingin menjalin hubungan serius, pasti mencari yang setara. Bukan seseorang sepertiku yang hanya seorang wanita biasa."Bre memang sosok yang tampak baik.
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

57. Saya Tunggu di Depan 3

Tidak dipungkiri, sisi hatinya yang lain justru berandai-andai, kalau bisa ia menginginkan Hilya dan Rifky kembali. Sering ia bermimpi untuk hal itu. Tapi, luka yang ia torehkan teramat dalam. Bisakah disembuhkan?"Aku nggak bisa ambil Rifky dari Hilya," ucap Arham datar."Kenapa? Dia anakmu juga.""Karena aku nggak bisa menjaganya.""Kamu meragukanku?""Ya. Kamu pasti nggak sebaik Hilya menjaga Rifky. Karena kamu melakukannya bukan pakai hati, tapi karena ingin dimenangkan. Sudahlah jangan membahas hal ini.""Kamu menyepelekanku, Mas. Kalau kamu nggak mau ngambil Rifky, berarti kamu memang sengaja supaya bisa bertemu Hilya kalau sedang mengunjungi anakmu.""Aku nggak ingin berdebat denganmu.""Tapi bener, kan?" Mata Atika menyorot garang pada suaminya. Namun Arham diam. Lantas ia bangkit hendak masuk ke kamar. ""Jangan berpikir untuk meninggalkanku," teriak Atika yang didengar jelas oleh Arham. Pria itu terus masuk kamar tanpa meresponnya. Padahal dia sedang memikirkan, mungkin lebi
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

58. Tak Sabar 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Tak SabarAuthor's POV Mobil Tristan kembali melaju di aspal. Tadi memang sengaja lewat jalan dekat rumah Hilya, meski tidak akan pernah bisa datang ke rumahnya. Namun ternyata ia melihat Bre di depan minimarket untuk menemui Hilya dan anaknya.Hati Tristan tambah remuk rasanya. Jelas dia kalah jauh dari Bre. Sahabatnya itu pria bebas. Tidak ada penghalang untuk mendekati siapapun yang ia mau. Dan membuat Tristan terbakar cemburu. Tidak seharusnya begitu, tapi ia tak bisa menghindari. Rasa itu benar-benar nyaris membuat gila.Hilya memang sungguh meresahkan. Janda yang menggoda. Oh, bukan. Hilya sama sekali tidak menggodanya. Tapi dia yang tergoda dengan sendirinya. Dia yang tidak bisa mengendalikan hati.Wanita itu menjaga sikap, berpakaian sopan, tidak cari perhatian, bahkan tidak peduli pada lelaki yang berusaha menarik perhatiannya. Bahkan terus terang bilang, "Jangan pernah jatuh cinta pada saya, Pak."Sambil nyetir pikiran Tristan gelisah sampai berger
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

59. Tak Sabar 2

Bre, yang menyadari perubahan sikap Hilya, bertanya pelan, "Mbak Hilya, tidak nyaman?"Hilya mengangguk, menggeser Rifky mendekat ke sisinya. "Saya janda, Pak. Orang-orang selalu punya bahan gosip tentang status itu.""Ya, saya ngerti.""Maaf, Pak Bre. Kami harus pulang!" "Tapi anak-anak masih makan," jawab Bre memandang Rifky dan Yazid yang masih asyik dengan es krim mereka.Hilya serba salah. Ia tidak ingin berlama-lama di sini, tapi tidak tega memaksa anak-anak menyelesaikan makanan mereka dengan terburu-buru.Bre tersenyum kecil. "Biar saya saja yang pergi duluan, Mbak Hilya."Hilya menatapnya. "Maaf, Pak Bre.""Tidak perlu minta maaf. Saya paham. Kita bisa bertemu lagi lain waktu.""Rifky, Yazid, salim dulu sama Om. Om Bre mau pulang ke Malang." Hilya menyuruh anak-anak bersalaman. Yazid yang menyalami lebih dulu, baru Rifky mengulurkan tangannya.Bre meraih anak itu untuk dipangkunya sejenak. Rifky tampak tenang, menatapnya begitu tulus. "Lain hari kita bertemu lagi, Rifky dan
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

60. Tak Sabar 3

Bre terdiam mendengar cerita Ani. Tidak menyangka dengan kelamnya kehidupan wanita itu. Dia juga baru tahu kalau sebenarnya ayah Hilya masih hidup. Dia semakin tertarik dengannya. Setangguh itu ternyata. Mungkin bisa dikatakan, Livia lebih beruntung daripada Hilya. Setidaknya mantan istrinya itu hidup dalam keluarga yang harmonis. Memiliki ayah yang berperan sebagai pelindung. Tapi Hilya?Livia juga menderita sebenarnya, tapi beda permasalahan dengan Hilya."Pak Bre, sudah mendengar semuanya. Nggak ada yang saya tutupi dan begitulah adanya.""Ya, Mbak. Makasih banyak.""Hilya sudah berulang kali disakiti. Jangan dekati dia, kalau hanya menambah lukanya. Dia wanita yang baik. Dia tumpuan keluarganya saat ini.""Ya, saya ngerti. Tidak ada sedikit pun niat saya untuk mempermainkannya.""Saya yang ngasih info ini ke Pak Bre. Kalau sampai Anda mempermainkannya, sayalah orang pertama yang nggak akan terima.""Jangan khawatir, Mbak. Saya berniat baik."Berulang kali Ani memperingatkan Bre.
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status