Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 41 - Chapter 50

90 Chapters

41. Yang Terpendam 2

Arham memarkir mobilnya di pinggir jalan, menatap kosong ke arah rumahnya yang megah tapi terasa begitu dingin.Sekarang di dalam rumah itu yang ada hanya pertengkaran."Mas, uang belanja bulan ini kurang! Aku butuh tambahan!" Atika menyambutnya dengan suara nyaring sebelum ia sempat melepas sepatu kemarin sore.Arham menghela napas panjang. "Baru minggu lalu aku kasih uang belanja, bahkan aku tambahi seperti yang kamu minta. Kamu habiskan untuk apa?""Belanja. Minggu depan ada arisan keluarga di rumah ibu. Aku nggak mungkin pakai baju yang sama kalau ada acara keluarga!""Atika, aku kerja banting tulang bukan buat kamu hambur-hamburkan. Lemarimu sudah nggak muat oleh baju-bajumu." Arham menahan nada suaranya yang tengah marah."Aku istrimu. Wajar dong aku minta ini itu."Arham menekan pelipisnya. Dulu Hilya tidak pernah menuntut seperti itu. Ia bekerja, mengurus rumah, dan tetap melayaninya dengan baik. Sekarang ia terjebak dalam rumah tangga yang penuh keributan. Dan setiap hari, k
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

42. Yang Terpendam 3

Arham terkesiap. Jelas dia tidak terima kalau dilarang bertemu dengan anaknya. Dia bisa gila. "Nggak bisa, Hilya. Kamu nggak bisa melarangku bertemu Rifky.""Perempuan ini, terlalu berbahaya untuk anakku. Jangan sampai aku membawa Rifky pergi dari Surabaya dan selamanya nggak bisa bertemu denganmu lagi. Didik dulu istrimu sampai dia bisa menjadi wanita tahu diri, kasih pengertian kalau lelaki yang dia rebut dari wanita lain itu juga punya anak."Hilya menarik napas panjang. Tidak ada air mata yang menggenang di netranya saat itu. Luka yang teramat sangat, tidak mengizinkannya menangis di depan orang-orang yang sudah mengkhianatinya."Selama ini aku hanya diam dan diam. Bahkan ketika kalian berdua selingkuh di belakangku, aku masih diam. Memberikan kesempatan untuk kembali, pada suami yang sekiranya hanya khilaf saat itu. Namun ternyata, kalian berdua nggak tahu diri."Setelah bercerai pun, aku nggak pernah menghalangi Mas Arham untuk bertemu dengan anaknya. Aku ngasih kesempatan semin
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

43. Saya Single Mom 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Saya Single Mom Author's POV Asap rokok melayang di udara, membentuk pola acak yang menghilang begitu saja di embus angin. Seperti hidup Arham yang terasa berantakan. Ia menghela napas panjang, menekan puntung rokok ke asbak di meja teras. Suasana rumah terasa semakin menyesakkan setelah kejadian tadi.Dari dalam rumah, terdengar suara televisi yang volumenya dibiarkan tinggi. Di sofa, Atika meringkuk dengan wajah masam. Entah marah atau kelelahan setelah menangis.Arham tidak peduli. Yang ada di pikirannya saat ini hanya satu, Rifky.Setelah ulah Atika yang melabrak Hilya sore tadi, ia yakin segalanya akan semakin sulit.Ia masih ingat betapa tajamnya sorot mata Hilya saat membela diri. Tidak ada ketakutan apapun saat membenturkan punggung Atika ke dinding. Wanita itu tidak lagi seperti dulu, yang sabar dan memilih diam. Kali ini, ia membalas. Dan itu membuat Arham sadar betapa dalam luka yang telah ia tinggalkan.Dada Arham terasa sesak. Penyesalan yang dal
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

44. Saya Single Mom 2

"Kita nggak harus pergi dari sini, Hil. Mbak yakin, semua ini lambat laun akan terabaikan dan kita akan menganggapnya hal biasa. Kamu kuat kok. Kalau kita pindah, banyak hal yang harus kamu urus dan mbak nggak bisa bantu apa-apa. Kasihan kamu nanti."Tetap tinggal saja di rumah peninggalan ibu. Mbak akan jagain Rifky. Kecuali nanti kamu bertemu seseorang yang benar-benar serius bisa menerimamu dan Rizky apa adanya. Kamu bisa ikut dia. Tapi Mbak tetap bisa jagain Rifky kalau kamu masih bekerja." Ingat ucapan sang kakak, membuat air mata Hilya semakin deras.Menikah kalau untuk mengukir luka baru buat apa?šŸ–¤LSšŸ–¤"Hilya, aku harus ke Jakarta hari ini. Penerbangan jam sepuluh nanti." Tristan mendatangi ruangan Hilya."Lalu bagaimana dengan pertemuan dengan Pak Bre siang ini, Pak? Apa harus di cancel?"Tristan diam sejenak. Dia tidak rela kalau Bre dan Hilya ketemuan berdua, walaupun mereka belum tahu status masing-masing. Tapi kalau dibatalkan, Bre sendiri sangat sibuk. Pasti pertemuan h
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

45. Saya Single Mom 3

"Tidak ada, Pak Tristan. Minggu depan bisa Pak Tristan konfirmasikan ke Pak Bre. Atau sekarang bisa telepon beliau misalnya Pak Tristan merasa belum jelas.""Oh, nggak usah. Aku sudah ngerti. Oke, gitu aja, Hilya. Aku masih ada meeting sebentar lagi.""Ya, Pak."Hilya menaruh ponselnya kembali. Dia heran pada sikap bosnya. Tidak biasanya tampak bingung seperti hari ini. Lima belas menit kemudian, Hilya berkemas-kemas untuk pulang. Kejadian kemarin sore membuatnya tidak tenang. Khawatir kalau Atika kembali datang ke rumah dan mengacaukan keadaan. Ketika keluar ruangan, ia menghampiri Ika yang masih sibuk di depan laptopnya. Sementara meja Ani sudah kosong."Ani barusan keluar. Aku masih ngerjain ini, tinggal dikit lagi," ujar Ika seraya memandang layar komputer. Besok aku ketemu sama mantanmu lagi," lanjutnya."Kemarin ada kegaduhan di rumah. Pas aku pulang kerja." Cerita Hilya setelah duduk di depan sahabatnya."Ada apa?"Hilya menceritakan kejadian itu."Good job, Hilya. Kenapa ngg
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

46. Elegan 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Elegan Author's POV Hilya kaget, bisa bertemu Bre bersama mamanya di mall siang itu. "Kalian saling kenal?" tanya Bu Rika memandang Bre dan Hilya bergantian."Mbak Hilya ini CFO di Global, Ma.""Oh." Bu Rika tersenyum pada Hilya."Kenalin, ini Mama saya, Mbak Hilya." Bre mengenalkan mamanya pada Hilya. Disambut anggukan kepala oleh wanita muda itu."Hai, Ganteng." Bre berjongkok biar sejajar dengan Rifky yang berdiri dalam gandengan Hilya. Bocah lelaki kecil itu memandang Bre tak berkedip. Mungkin ingat kalau mereka pernah bertemu. Matanya begitu bening."Salim sama Pak Bre, Rifky." Hilya menyuruh anaknya bersalaman. Rifky juga nurut."Hmm, namamu Rifky, ya." Bre mengusap lembut pipi Rifky. Bocah itu diam. Biasanya dia spontan akan mencari perlindungan ibunya kalau bertemu dengan orang baru."Lagi belanja, Mbak?" tanya Bre setelah kembali berdiri. Ia memperhatikan di sekitar mereka. Tidak ada sosok lain yang mendampingi Hilya dan anaknya."Iya, Pak. Sekalian
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

47. Elegan 2

"Belum lama. Ketemu di Malang sebulan yang lalu waktu Global Company ngadain family gathering. Aku kan datang ke lokasi, Ma. Untuk nemui Tristan. Di situ aku bertemu sama Mbak Hilya dan anaknya."Terus ketemu lagi beberapa hari yang lalu. Karena perusahaan kita mau kerjasama dengan Tristan, Ma.""Dia cantik, smart, Bre. Anaknya juga menggemaskan."Mendengar perkataan sang mama, Bre menanggapi dengan senyuman. Karena dalam pikirannya, Hilya ini istri orang. Meski tak dipungkiri, sebagai pria dewasa dia mengakui kalau Hilya memang cantik dan elegan. Anaknya juga menarik perhatiannya. Sementara Bu Rika memperhatikan reaksi sang anak yang tampak biasa saja. Tentu dia kecewa. Kenapa Bre tidak menunjukkan ketertarikan pada wanita itu. Apa hati anaknya masih beku. Benar-benar tidak mau membuka hati dan menikah lagi. Bu Rika kembali sedih. Dipikir Bu Rika, Bre sudah tahu statusnya Hilya. Padahal anaknya belum tahu sama sekali."Bre, beneran kamu nggak ingin berumah tangga lagi?"Bre terkeju
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

48. Elegan 3

Akhir pekan biasanya ia menghabiskan waktu bertemu putranya, meski hanya beberapa jam. Namun sekarang tidak bisa menemuinya. Kangen. Sedang apa Rifky? Apa anak itu juga menunggu papanya datang?Ia meraih ponselnya di atas meja. Mengirimkan pesan pada mantan kakak iparnya. [Mbak, bisakah saya hanya video call saja sama Rifky?]Tidak menunggu lama, pesannya dibalas.[Maaf, Ham. Rifky diajak keluar sama Hilya.][Ke mana, Mbak?][Nggak tahu, Ham.][Oke, Mbak.]Arham memasukkan ponsel ke dalam celananya. Ia juga membuang rokoknya ke asbak, lalu masuk ke dalam rumah. Saat ia mengambil kunci mobil di meja, Atika menoleh dengan curiga. "Mau ke mana, Mas?" tanya Atika yang tengah menonton televisi."Pergi sebentar.""Ke mana?" Atika berdiri. Suaminya tidak menjawab dan terus melangkah ke garasi. Meninggalkan Atika yang sangat geram.Tidak lama kemudian terdengar deru mobil meninggalkan halaman rumah. Dia tidak punya tujuan hendak ke mana. Akhirnya berhenti di sebuah taman kota. Duduk di sudut
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

49. Perhatian 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Perhatian Author's POV "Bagaimana keadaan Mbak Hilya dan putranya, Mbak?" tanya Bre menegakkan duduknya. Keseriusan yang membuat Arham memandang pria itu. Apa dia kenal dengan mantan istrinya, bahkan putranya. Namun seorang staf mempersilakannya ke ruang meeting, sehingga ia tidak sempat tahu siapa pria tampan itu. Sosok yang mendadak membuatnya cemburu."Alhamdulillah, Rifky nggak apa-apa, Pak. Cuman Hilya terkilir kaki kirinya. Tapi tadi pagi waktu saya telepon, dia bilang kalau sudah mendingan," jawab Ani."Syukurlah!"Pada saat itu muncul seorang staf lain dari dalam menghampiri mereka. "Maaf, Pak. Bapak, ditunggu oleh Pak Tristan di ruangannya.""Iya, makasih." Bre bangkit dari duduknya. "Mbak, saya nemui Pak Tristan dulu.""Silakan, Pak Bre."Bre melangkah ke ruangan Tristan. Hendak bicara tentang Hilya juga tidak bisa karena di dalam ada Pak Fadlan. Pria berkacamata itu tersenyum menyambut uluran tangan Bre, memeluk, serta menepuk bahunya. "Tambah suks
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

50. Perhatian 2

Mbak Asmi membuka pintu. Pria dengan kemeja abu-abu gelap dan celana bahan warna hitam itu berdiri tegap di depannya. Dia tersenyum ramah. Meski tampak sedikit canggung."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Mas, ingin bertemu siapa?" tanya Asmi berbasa-basi."Om," panggil Rifky yang tiba-tiba muncul dari dalam seraya membawa mainannya."Hai, Rifky." Bre tersenyum melihat bocah kecil itu. Dia tidak salah rumah. Tadi sempat bertanya pada seseorang di tikungan depan sana."Saya Bre, Mbak. Rekan bisnis di Global. Saya ingin menjenguk Mbak Hilya, waktu saya ke kantor tadi, katanya Mbak Hilya jatuh dari motor.""Oh, iya. Mari masuk, Mas. Silakan duduk. Saya panggilkan adik saya dulu." Mbak Asma menggendong Rifky dan membawanya masuk ke dalam.Bre meletakkan oleh-olehnya di atas meja, lantas duduk di kursi. Pandangannya sekilas menyapu seluruh ruangan. Rumah itu tampak sederhana, tapi bersih dan rapi. Dari ruang dalam terdengar suara televisi yang menyala.Tidak lama kemudian, muncul Hilya
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status