Beranda / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / 44. Saya Single Mom 2

Share

44. Saya Single Mom 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-23 14:24:56

"Kita nggak harus pergi dari sini, Hil. Mbak yakin, semua ini lambat laun akan terabaikan dan kita akan menganggapnya hal biasa. Kamu kuat kok. Kalau kita pindah, banyak hal yang harus kamu urus dan mbak nggak bisa bantu apa-apa. Kasihan kamu nanti.

"Tetap tinggal saja di rumah peninggalan ibu. Mbak akan jagain Rifky. Kecuali nanti kamu bertemu seseorang yang benar-benar serius bisa menerimamu dan Rizky apa adanya. Kamu bisa ikut dia. Tapi Mbak tetap bisa jagain Rifky kalau kamu masih bekerja." Ingat ucapan sang kakak, membuat air mata Hilya semakin deras.

Menikah kalau untuk mengukir luka baru buat apa?

🖤LS🖤

"Hilya, aku harus ke Jakarta hari ini. Penerbangan jam sepuluh nanti." Tristan mendatangi ruangan Hilya.

"Lalu bagaimana dengan pertemuan dengan Pak Bre siang ini, Pak? Apa harus di cancel?"

Tristan diam sejenak. Dia tidak rela kalau Bre dan Hilya ketemuan berdua, walaupun mereka belum tahu status masing-masing. Tapi kalau dibatalkan, Bre sendiri sangat sibuk. Pasti pertemuan h
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Nurhayati
sadar Tristan, gak seharusnya kamu terlalu khawatir dengan kedekatan hilya dan bre
goodnovel comment avatar
sasri
tristan curigaan,, cemburu kan??
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
wkwkwk.... tristan dibakar api cemburu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Keputusan Cerai   45. Saya Single Mom 3

    "Tidak ada, Pak Tristan. Minggu depan bisa Pak Tristan konfirmasikan ke Pak Bre. Atau sekarang bisa telepon beliau misalnya Pak Tristan merasa belum jelas.""Oh, nggak usah. Aku sudah ngerti. Oke, gitu aja, Hilya. Aku masih ada meeting sebentar lagi.""Ya, Pak."Hilya menaruh ponselnya kembali. Dia heran pada sikap bosnya. Tidak biasanya tampak bingung seperti hari ini. Lima belas menit kemudian, Hilya berkemas-kemas untuk pulang. Kejadian kemarin sore membuatnya tidak tenang. Khawatir kalau Atika kembali datang ke rumah dan mengacaukan keadaan. Ketika keluar ruangan, ia menghampiri Ika yang masih sibuk di depan laptopnya. Sementara meja Ani sudah kosong."Ani barusan keluar. Aku masih ngerjain ini, tinggal dikit lagi," ujar Ika seraya memandang layar komputer. Besok aku ketemu sama mantanmu lagi," lanjutnya."Kemarin ada kegaduhan di rumah. Pas aku pulang kerja." Cerita Hilya setelah duduk di depan sahabatnya."Ada apa?"Hilya menceritakan kejadian itu."Good job, Hilya. Kenapa ngg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Usai Keputusan Cerai   46. Elegan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Elegan Author's POV Hilya kaget, bisa bertemu Bre bersama mamanya di mall siang itu. "Kalian saling kenal?" tanya Bu Rika memandang Bre dan Hilya bergantian."Mbak Hilya ini CFO di Global, Ma.""Oh." Bu Rika tersenyum pada Hilya."Kenalin, ini Mama saya, Mbak Hilya." Bre mengenalkan mamanya pada Hilya. Disambut anggukan kepala oleh wanita muda itu."Hai, Ganteng." Bre berjongkok biar sejajar dengan Rifky yang berdiri dalam gandengan Hilya. Bocah lelaki kecil itu memandang Bre tak berkedip. Mungkin ingat kalau mereka pernah bertemu. Matanya begitu bening."Salim sama Pak Bre, Rifky." Hilya menyuruh anaknya bersalaman. Rifky juga nurut."Hmm, namamu Rifky, ya." Bre mengusap lembut pipi Rifky. Bocah itu diam. Biasanya dia spontan akan mencari perlindungan ibunya kalau bertemu dengan orang baru."Lagi belanja, Mbak?" tanya Bre setelah kembali berdiri. Ia memperhatikan di sekitar mereka. Tidak ada sosok lain yang mendampingi Hilya dan anaknya."Iya, Pak. Sekalian

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Usai Keputusan Cerai   47. Elegan 2

    "Belum lama. Ketemu di Malang sebulan yang lalu waktu Global Company ngadain family gathering. Aku kan datang ke lokasi, Ma. Untuk nemui Tristan. Di situ aku bertemu sama Mbak Hilya dan anaknya."Terus ketemu lagi beberapa hari yang lalu. Karena perusahaan kita mau kerjasama dengan Tristan, Ma.""Dia cantik, smart, Bre. Anaknya juga menggemaskan."Mendengar perkataan sang mama, Bre menanggapi dengan senyuman. Karena dalam pikirannya, Hilya ini istri orang. Meski tak dipungkiri, sebagai pria dewasa dia mengakui kalau Hilya memang cantik dan elegan. Anaknya juga menarik perhatiannya. Sementara Bu Rika memperhatikan reaksi sang anak yang tampak biasa saja. Tentu dia kecewa. Kenapa Bre tidak menunjukkan ketertarikan pada wanita itu. Apa hati anaknya masih beku. Benar-benar tidak mau membuka hati dan menikah lagi. Bu Rika kembali sedih. Dipikir Bu Rika, Bre sudah tahu statusnya Hilya. Padahal anaknya belum tahu sama sekali."Bre, beneran kamu nggak ingin berumah tangga lagi?"Bre terkeju

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Usai Keputusan Cerai   48. Elegan 3

    Akhir pekan biasanya ia menghabiskan waktu bertemu putranya, meski hanya beberapa jam. Namun sekarang tidak bisa menemuinya. Kangen. Sedang apa Rifky? Apa anak itu juga menunggu papanya datang?Ia meraih ponselnya di atas meja. Mengirimkan pesan pada mantan kakak iparnya. [Mbak, bisakah saya hanya video call saja sama Rifky?]Tidak menunggu lama, pesannya dibalas.[Maaf, Ham. Rifky diajak keluar sama Hilya.][Ke mana, Mbak?][Nggak tahu, Ham.][Oke, Mbak.]Arham memasukkan ponsel ke dalam celananya. Ia juga membuang rokoknya ke asbak, lalu masuk ke dalam rumah. Saat ia mengambil kunci mobil di meja, Atika menoleh dengan curiga. "Mau ke mana, Mas?" tanya Atika yang tengah menonton televisi."Pergi sebentar.""Ke mana?" Atika berdiri. Suaminya tidak menjawab dan terus melangkah ke garasi. Meninggalkan Atika yang sangat geram.Tidak lama kemudian terdengar deru mobil meninggalkan halaman rumah. Dia tidak punya tujuan hendak ke mana. Akhirnya berhenti di sebuah taman kota. Duduk di sudut

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Usai Keputusan Cerai   49. Perhatian 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Perhatian Author's POV "Bagaimana keadaan Mbak Hilya dan putranya, Mbak?" tanya Bre menegakkan duduknya. Keseriusan yang membuat Arham memandang pria itu. Apa dia kenal dengan mantan istrinya, bahkan putranya. Namun seorang staf mempersilakannya ke ruang meeting, sehingga ia tidak sempat tahu siapa pria tampan itu. Sosok yang mendadak membuatnya cemburu."Alhamdulillah, Rifky nggak apa-apa, Pak. Cuman Hilya terkilir kaki kirinya. Tapi tadi pagi waktu saya telepon, dia bilang kalau sudah mendingan," jawab Ani."Syukurlah!"Pada saat itu muncul seorang staf lain dari dalam menghampiri mereka. "Maaf, Pak. Bapak, ditunggu oleh Pak Tristan di ruangannya.""Iya, makasih." Bre bangkit dari duduknya. "Mbak, saya nemui Pak Tristan dulu.""Silakan, Pak Bre."Bre melangkah ke ruangan Tristan. Hendak bicara tentang Hilya juga tidak bisa karena di dalam ada Pak Fadlan. Pria berkacamata itu tersenyum menyambut uluran tangan Bre, memeluk, serta menepuk bahunya. "Tambah suks

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Usai Keputusan Cerai   50. Perhatian 2

    Mbak Asmi membuka pintu. Pria dengan kemeja abu-abu gelap dan celana bahan warna hitam itu berdiri tegap di depannya. Dia tersenyum ramah. Meski tampak sedikit canggung."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Mas, ingin bertemu siapa?" tanya Asmi berbasa-basi."Om," panggil Rifky yang tiba-tiba muncul dari dalam seraya membawa mainannya."Hai, Rifky." Bre tersenyum melihat bocah kecil itu. Dia tidak salah rumah. Tadi sempat bertanya pada seseorang di tikungan depan sana."Saya Bre, Mbak. Rekan bisnis di Global. Saya ingin menjenguk Mbak Hilya, waktu saya ke kantor tadi, katanya Mbak Hilya jatuh dari motor.""Oh, iya. Mari masuk, Mas. Silakan duduk. Saya panggilkan adik saya dulu." Mbak Asma menggendong Rifky dan membawanya masuk ke dalam.Bre meletakkan oleh-olehnya di atas meja, lantas duduk di kursi. Pandangannya sekilas menyapu seluruh ruangan. Rumah itu tampak sederhana, tapi bersih dan rapi. Dari ruang dalam terdengar suara televisi yang menyala.Tidak lama kemudian, muncul Hilya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Usai Keputusan Cerai   51. Perhatian 3

    Setelah Bre pergi, Mbak Asmi masuk ke rumah. "Dia tahu alamat kita dari mana, Hil?""Dari Ani, Mbak.""Dia peduli juga. Mau menjengukmu."Hilya tersenyum samar. Semoga hanya sebatas menjenguk sebagai rasa simpati karena mereka rekan kerja, bukan seperti Tristan, lelaki beristri yang menyimpan rasa terhadapnya. Dia tidak mau lagi berurusan dengan istri orang karena cemburu padanya. Bre ini istrinya pasti di Malang. Tapi bukan berarti tidak akan tahu.Dari tampangnya, dia pria baik-baik. Ah, Hilya tidak ingin terkecoh. Siapapun bisa berpotensi untuk melukai, seperti Arham yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Hilya, sanggup menyakiti meski sudah ditemani berjuang dan menyembuhkan diri.Ponsel di saku Mbak Asmi berdering. "Arham nelepon, Hil" kata Mbak Asmi setelah melihat ponselnya."Nggak usah kasih tahu kalau kami kemarin jatuh, Mbak." Mungkin dia ingin tahu kabar anaknya. Karena kemarin tidak bisa bertemu seperti biasanya. Sengaja nelepon pagi, karena Arham pikir Hilya sedang ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Usai Keputusan Cerai   52. Cemburu 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Cemburu Author's POV "Kenapa, Pak?" tanya Hilya. Heran dengan nada suara bosnya. Ada apa dengan Bre? Kenapa membuat Tristan terdengar kaget. Apa Bre punya istri?Hmm, ternyata semua lelaki sama saja. "Pak Tristan, ada apa?" Hilya kembali bertanya dengan nada penasaran."Nggak ada apa-apa. Kaget saja Bre tahu rumahmu.""Katanya tanya ke Ani waktu di kantor tadi, Pak.""Oke. Istirahatlah dulu. Ketemu di kantor kalau kamu sudah sembuh. Misalnya ada sesuatu yang membuatmu harus periksa ke dokter, segera kabari aku.""Baik, Pak."Tanpa mengucapkan salam, Bre menutup telepon. Hilya menarik napas panjang. Apa selain Tristan, muncul lagi Bre. Pria beristri yang iseng dengan janda sepertinya.Ah, tidak. Jangan berprasangka dulu. Bre terlihat sangat sopan dan menjaga pandangannya. Ibunya juga terlihat sangat baik. Tapi Arham dan Bu Rida juga sangat baik, bukan? Dan ternyata lelaki yang dianggap baik itu telah menikamnya hingga hampir sekarat."Unda, mau syusyu." Rifky

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26

Bab terbaru

  • Usai Keputusan Cerai   90. Tiga Hati di Semarang 3

    Namun ia sudah terjebak ke dalam labirin yang tidak tahu di mana jalan keluarnya. Seumur hidup, sungguh terlalu lama. Sementara itu ponsel Tristan yang tergeletak di meja, layarnya menyala. Sebuah pesan masuk dari Bre.[Kamu di mana, Bro? Jadi ke Semarang.][Ya. Aku di Semarang sekarang.][Semarangnya mana?][Aku nginap Hotel Mustika.][Aku juga ada di Semarang. Bisa kita ketemuan? Aku tidak jauh dari situ.]Tristan terdiam. Bagaimana ini bisa kebetulan sekali. Bertemu di tempat yang sama padahal Semarang begitu luasnya. Beberapa hari yang lalu, ia memang memberitahu Bre kalau ada pekerjaan di Semarang. Tapi kenapa bisa sama, padahal kemarin Bre tidak bilang apa-apa.Tristan menegakkan tubuh, rahangnya mengeras. Dia ingin menghabiskan waktu dengan Hilya malam ini. Dia tidak ingin gangguan. Namun menolak Bre juga bukan pilihan. Sebab selama ini dia merahasiakan siapa wanita yang membuatnya mendua.Akhirnya Tristan mengiyakan.Setengah jam kemudian, seorang pria tinggi dengan kemeja na

  • Usai Keputusan Cerai   89. Tiga Hati di Semarang 2

    Namun Bre kian resah karena belum ada pesan masuk dari Hilya. Yang pasti sekarang Hilya sudah ada di kantor yang mereka tuju. Apa sesibuk itu, hingga tidak sempat mengirimkan pesan padanya?"Hilya mau kan kamu ajak pindah ke Malang?""Kami akan membahasnya nanti. Masih banyak yang perlu kami bicarakan."Bu Rika manggut-manggut. "Kamu nggak ingin ketemu Hilya dulu sebelum berangkat ke Semarang?""Iya, nanti kami ketemuan." Bre tidak ingin menceritakan keresahannya pada sang mama. Daripada nanti jadi kepikiran. Yang jelas, dia tidak akan membiarkan Hilya terlepas."Sebelum berangkat, kamu makan siang dulu. Bentar, mama siapin." Bu Rika beranjak ke belakang. Menghampiri ART-nya yang tengah memasak. Sedangkan Bre buru-buru meraih ponselnya di atas meja saat benda pipih itu berpendar. Keresahannya spontan berubah kelegaan saat Hilya mengirimkan nama dan alamat hotel tempat mereka menginap. Juga mengirimkan informasi alamat terkini.[Oke. Kita ketemu di situ ya.][Iya.] Jawaban singkat dar

  • Usai Keputusan Cerai   88. Tiga Hati di Semarang 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Tiga Hati di Semarang Author's POV "Pak Bre, saya sudah pesankan tiketnya. Penerbangan jam tiga sore ini." Seorang asisten pribadinya memberitahu Bre di ruangannya."Oke, makasih banyak," jawab Bre seraya menutup laptop. Dilihatnya jam tangan. Baru jam delapan pagi. Tadi Hilya berangkat ke Semarang jam tujuh.Dia harus berangkat sekarang dari Malang ke Juanda. Nanti mampir sebentar ke rumah mamanya. Tadi sengaja berbohong pada Hilya kalau dia sudah ada di Solo, padahal baru mau berangkat dari Malang dan naik pesawat ke Semarang dari Juanda. Jujur saja dia khawatir dengan Hilya yang pergi bersama Tristan. Walaupun Bre kenal baik sama pria itu, tapi dia tidak percaya karena sahabatnya sedang dimabuk kepayang oleh Hilya. Perempuan yang sama-sama mereka cintai.Akan ada cerita berbeda saat Tristan sudah tahu semuanya. Namun ia berharap, persahabatan dan kerjasamanya dengan pria itu tidak akan bermasalah setelah ini. Makanya lebih baik ia berpura-pura tidak tahu t

  • Usai Keputusan Cerai   87. Cincin di Mobil 3

    "Mbak, lusa aku jadi ke Semarang. Sebenarnya ini sudah dijadwalkan Minggu kemarin, tapi di undur lusa. Mungkin dua sampai tiga hari aku di sana. Rifky kira-kira rewel nggak, ya?""Nggak. Kamu tenang saja. Dia manut sama Mbak."Hilya kepikiran Rifky saja kalau dia pergi ke luar kota. Biasanya hanya dua hari saja dia pergi, sekarang tiga hari."Untuk Bre, kalau menurut mbak. Jangan ragu, pandang dia yang sekarang, jangan lihat masa lalunya. Ayo, tidur. Mbak sudah ngantuk."Keduanya bangkit dari karpet dan masuk ke kamar masing-masing. Hilya berbaring menghadap Rifky yang memeluk guling. Diusapnya pelan pipi halusnya. Dialah cinta sejati bagi Hilya. Yang bisa mengobati rasa lelah hanya dengan tatapan matanya yang bening. Hilya bergerak pelan untuk mengecup kening Rifky. Kemudian memeluk kaki kecil itu dan dia pun memejam.🖤LS🖤"Hilya, ada pesan dari Arham." Mbak Asmi menunjukkan ponselnya pada Hilya.[Mbak, maaf kalau dalam beberapa waktu ke depan saya nggak datang menjenguk Rifky. Na

  • Usai Keputusan Cerai   86. Cincin di Mobil 2

    Omongan Pak Ardi yang ngelantur membuat Tristan menghela nafas panjang. "Saya tegaskan, Pa. Hubungan saya dengan Hilya, hanya sebatas tentang pekerjaan."Aruna yang sejak tadi diam saja, akhirnya juga ikut bicara. "Sudah, Pa. Jangan membahas hal ini lagi. Kami baik-baik saja, Papa nggak perlu khawatir." "Kamu tahu apa, Runa. Jangan sampai suamimu direbut perempuan lain, baru kamu nangis-nangis.""Aku nggak mau membahas ini lagi, Pa," sangkal Aruna. Dia ingat ucapan suaminya, kalau sampai mengusik Hilya, maka hubungan mereka yang menjadi taruhannya. "Lihat ini, Pa. Mas Tristan barusan ngasih hadiah." Aruna menunjukkan cincin berlian di jari manisnya. Pak Ardi dan istrinya memperhatikan.Selesai bicara, Aruna bangkit dari duduknya dan mengajak suaminya pamitan. "Kami pulang dulu, Pa. Aku lega Papa sudah jauh lebih baik." Aruna mencium tangan papa dan mamanya. Begitu juga dengan Tristan. Lantas mereka melangkah keluar kamar.Pak Ardi tampak kecewa. Anak yang dibelanya agar tidak diseli

  • Usai Keputusan Cerai   85. Cincin di Mobil 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Cincin di Mobil Author's POV "Mas, beli ini untukku?" Aruna terbeliak kaget, sekaligus berbinar menemukan kotak perhiasan berbentuk hati warna merah jambu yang terletak di dasbor mobilnya Tristan.Senyumnya lebar saat ia membuka dan melihat ada sebentuk cincin berlian di dalamnya.Tristan yang baru duduk dan menutup pintu pun terkejut. Tidak mengira kalau istrinya membuka dasbor mobil, di mana ia menyimpan hadiah ulang tahun yang akan diberikan pada Hilya."Ini untukku, kan? Atau untuk selingkuhanmu?" tanya Aruna yang mulai tidak yakin kalau itu dibeli Tristan untuknya. Karena Tristan jarang memberikan kejutan. Kalau menginginkan sesuatu, Aruna hanya memberitahu suaminya, setelah itu pergi beli sendiri. Tristan berdecak jengkel. "Aku nggak punya selingkuhan. Nggak usah mengada-ada, Runa. Itu kubeli untukmu. Pas nggak di jarimu?" jawab Tristan seraya menyalakan mesin mobil dan bergerak pelan meninggalkan garasi. Mereka hendak ke rumah orang tua Aruna. Menjeng

  • Usai Keputusan Cerai   84. Hanya Berdua 3

    Bre juga menceritakan sekilas tentang berbagai kecurangan dan permusuhan dengan keluarga Livia. Kemudian hubungan mereka kembali membaik setelah beberapa tahun kemudian. Pria itu juga menceritakan pernikahan keduanya dengan Agatha. Ini yang mengejutkan bagi Hilya. Karena ia berpikir, Bre hanya pernah menikah sekali saja."Saya tidak pernah menyentuh Agatha selama menikah. Biar dia bisa merasakan kebahagiaan dengan lelaki yang akan mencintainya setulus hati. Agar Agatha tidak seperti mama, yang diperlakukan seperti istri tapi tidak diberi hati sama sekali."Kalau ikutkan nafsu, lelaki pasti bernafsu. Tapi saya tidak ingin melakukan itu. Supaya dia bisa bahagia dengan pasangan barunya.""Sekarang Mbak Agatha sudah menikah?""Belum. Dia tinggal di Singapura hanya sesekali pulang ke Surabaya. Tapi kamu tidak usah khawatir, saya dan Agatha benar-benar sudah berakhir di saat putusan cerai dari pengadilan agama. Hubungan kami membaik, tapi tidak akrab juga. Dengan Livia, Hutama Jaya ada hubu

  • Usai Keputusan Cerai   83. Hanya Berdua 2

    Dari jendela taksi yang membawanya malam itu, Hilya memperhatikan sepanjang perjalanan menuju kafe tempat ia akan bertemu Bre. Hanya berdua saja."Yakinkan hatimu, bahwa langkah yang kamu ambil ini tepat. Mbak 100% mendukungmu. Budhe juga mendukung. Mbak sudah cerita pada beliau tadi pagi." Mbak Asmi yang menungguinya bersiap berkata seperti itu tadi."Sebenarnya aku juga pengen Mbak Asmi juga menikah lagi." Hilya memandang sang kakak."Jangan tunggu mbak. Pokoknya kamu jangan abaikan kesempatan ini. Pria seperti Bre nggak akan datang dua kali, Hilya."Hilya sebenarnya tidak sampai hati kalau harus menikah lebih dulu. Namun kakaknya yang justru mendesak agar Hilya segera menerima Bre.Akhirnya taksi berhenti di depan sebuah kafe dua lantai di salah satu sudut kota Surabaya. Bre sudah menunggunya di teras. Kemudian langsung mengajaknya naik ke lantai dua. Mereka disambut dengan lampu-lampu redup yang menciptakan nuansa romantis. Dinding interior dihiasi dengan lukisan abstrak berwarna

  • Usai Keputusan Cerai   82. Hanya Berdua 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Hanya Berdua Author's POV "Bagaimana rasanya diperjuangkan, Hilya? Selama ini kamu yang selalu berjuang dan bertahan. Dengan Arham sebagai suami atau dengan mantan pacarmu yang sama-sama nggak tahu diri itu. Sekarang kamu tahu bagaimana seorang laki-laki itu berjuang untuk mendapatkanmu. Bahkan sepaket dengan keluargamu juga, bisa diterima dia apa adanya."Hilya tersenyum sambil mengunyah nasi. Kalau dibilang 100% ia percaya Bre, tidak juga. Sudah berulang kali terluka, membuat Hilya tidak segampang itu memberikan semua kepercayaannya. Namun ia tetap berusaha untuk menghargai seseorang yang telah berupaya memperjuangkannya."Tapi kita akan berpisah, Hil," ujar Ani memicu kesedihan mereka lagi."Nggak mungkin kamu akan bertahan di Global, sedangkan Mas Bre juga memiliki perusahaan sendiri," lanjut Ani."Tapi sesekali kita masih bisa bertemu, An. Kita kan bisa berkunjung ke Malang atau sebaliknya. Via tol kan cepat," kata Ika."Arham bakalan berjauhan sama anakn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status