Share

51. Perhatian 3

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 15:20:39

Setelah Bre pergi, Mbak Asmi masuk ke rumah. "Dia tahu alamat kita dari mana, Hil?"

"Dari Ani, Mbak."

"Dia peduli juga. Mau menjengukmu."

Hilya tersenyum samar. Semoga hanya sebatas menjenguk sebagai rasa simpati karena mereka rekan kerja, bukan seperti Tristan, lelaki beristri yang menyimpan rasa terhadapnya. Dia tidak mau lagi berurusan dengan istri orang karena cemburu padanya. Bre ini istrinya pasti di Malang. Tapi bukan berarti tidak akan tahu.

Dari tampangnya, dia pria baik-baik. Ah, Hilya tidak ingin terkecoh. Siapapun bisa berpotensi untuk melukai, seperti Arham yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Hilya, sanggup menyakiti meski sudah ditemani berjuang dan menyembuhkan diri.

Ponsel di saku Mbak Asmi berdering.

"Arham nelepon, Hil" kata Mbak Asmi setelah melihat ponselnya.

"Nggak usah kasih tahu kalau kami kemarin jatuh, Mbak."

Mungkin dia ingin tahu kabar anaknya. Karena kemarin tidak bisa bertemu seperti biasanya. Sengaja nelepon pagi, karena Arham pikir Hilya sedang ada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (39)
goodnovel comment avatar
Noor Has
tristan.. yungalah le, kagetnya kayak kesengat kalajengking gitu
goodnovel comment avatar
Alya Khairunnisa
semoga Hilya jodohnya mas Bree
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
saingan berat km Tristan..km kudune sadar diri dong Tristan km Mash suami orng..kalo mau bersaing KD duda dulu kaya si bree
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Usai Keputusan Cerai   52. Cemburu 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Cemburu Author's POV "Kenapa, Pak?" tanya Hilya. Heran dengan nada suara bosnya. Ada apa dengan Bre? Kenapa membuat Tristan terdengar kaget. Apa Bre punya istri?Hmm, ternyata semua lelaki sama saja. "Pak Tristan, ada apa?" Hilya kembali bertanya dengan nada penasaran."Nggak ada apa-apa. Kaget saja Bre tahu rumahmu.""Katanya tanya ke Ani waktu di kantor tadi, Pak.""Oke. Istirahatlah dulu. Ketemu di kantor kalau kamu sudah sembuh. Misalnya ada sesuatu yang membuatmu harus periksa ke dokter, segera kabari aku.""Baik, Pak."Tanpa mengucapkan salam, Bre menutup telepon. Hilya menarik napas panjang. Apa selain Tristan, muncul lagi Bre. Pria beristri yang iseng dengan janda sepertinya.Ah, tidak. Jangan berprasangka dulu. Bre terlihat sangat sopan dan menjaga pandangannya. Ibunya juga terlihat sangat baik. Tapi Arham dan Bu Rida juga sangat baik, bukan? Dan ternyata lelaki yang dianggap baik itu telah menikamnya hingga hampir sekarat."Unda, mau syusyu." Rifky

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Usai Keputusan Cerai   53. Cemburu 2

    Walaupun malas bicara dengan sang istri, tapi akhirnya Arham meneleponnya juga."Sudah lihat videonya, Mas?" Arham langsung disambut ucapan sinis dari Atika."Dari mana kamu dapat video itu?""Nggak usah tahu dari mana. Yang penting kamu tahu kalau mantanmu seperti itu.""Kamu kira aku percaya? Aku kenal Hilya lebih darimu, Atika. Kamu dan Aruna itu sama saja. Hilya tidak mungkin berlaku murahan. Dia tak mungkin menggoda suami orang. Dia bukan kamu."Terdengar Atika mendengkus kesal. "Kamu jangan lupa, Mas. Kamu juga yang mau sukarela kembali padaku, bukan? Jangan sok suci, Pak Arham." Selesai bicara, telepon langsung dimatikan. Arham menghela nafas berat. Betapa bodohnya ia dulu. Meninggalkan Hilya yang setia demi Atika, perempuan yang dulu tampak penuh pesona tapi ternyata hanya fatamorgana.Bahkan sekarang tidak tahu bagaimana ia bisa bertahan dalam rumah tangga ini. Ingin rasanya berakhir sampai di sini saja. Ia sudah lelah. Ia yakin, Hilya tidak mungkin menggoda Tristan. Justru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Usai Keputusan Cerai   54. Cemburu 3

    "Pokoknya kamu hebat. Aku doain kamu akan menemukan kebahagiaanmu. Dah, aku mau kerja." Ika bangkit dan keluar ruangan. Membiarkan Hilya menatapnya heran.Tidak lama kemudian intercom di mejanya berdering. Tristan yang menelepon. "Hilya, bisa menemuiku? Atau aku yang ke ruanganmu.""Saya saja yang ke ruangan, Pak Tristan.""Oke, kutunggu."Hilya berdiri pelan-pelan. Pergelangan kakinya masih terasa sakit kalau dipakai untuk berdiri mendadak. Harus diam dulu, baru melangkah."Kubantu, Hilya." Tristan buru-buru bangkit hendak memapah Hilya yang baru masuk ke ruangannya. Namun wanita itu menolak dengan isyarat tangannya. "Tidak usah, Pak.""Kalau belum sembuh benar, harusnya kamu nggak perlu maksain diri masuk kerja."Hilya tersenyum sambil duduk pelan-pelan. "Ini sudah jauh lebih baik, Pak. Saya punya tanggungjawab pada pekerjaan. Nggak mungkin saya tinggal terlalu lama. Ada yang perlu kita bahas sekarang, Pak?"Tristan tidak segera menjawab. Ia diam memandang Hilya begitu dalam. Apa Hi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Usai Keputusan Cerai   55. Saya Tunggu di Depan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Saya Tunggu di DepanAuthor's POV "Boleh, Mbak?" tanya Bre mengulang saat Hilya masih diam. "Boleh, Pak Bre. Tapi ajak istri dan anak Bapak, ya. Jangan sendirian. Saya dan kakak saya janda. Saya nggak ingin timbul fitnah nantinya," jawab Hilya tegas. Ya, dia memang harus memperjelas dan berterus terang. Melindungi diri itu wajib. Sebab tidak ada lagi yang bisa melindungi selain dirinya sendiri.Bre tersenyum. Sikapnya tenang memandang wanita di hadapannya. "Saya tidak punya istri dan anak, Mbak Hilya."Hilya terkejut. Pria di depannya ini tidak sedang berbohong, kan? Masa iya lelaki sekeren dia tidak punya istri. "Oh, maaf Pak Bre. Saya nggak tahu.""Jadi, boleh saya mampir?"Sejenak Hilya diam. Kemarin-kemarin dia mengira Bre pria beristri, jadi agak meresahkan kalau bertamu ke rumah. Namun setelah tahu Bre single, Hilya juga waspada. Takut Bre berbohong.Ya, perempuan kalau sudah berulang kali terkena trust issue dengan kaum laki-laki, membuatnya terlalu be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Usai Keputusan Cerai   56. Saya Tunggu di Depan 2

    Hilya tersenyum melihat ekspresi bahagia anaknya. "Wah, mobilnya bisa berubah, ya?""Bisa." Rifky mengangguk cepat, matanya berbinar.Di samping Hilya, sang kakak ikut memperhatikan keseruan anak-anak. "Sepertinya ada yang mulai perhatian sama kamu, Hil. Dia tertarik padamu. Lihat saja bagaimana dia peduli pada Rifky. Itu bukan sikap yang biasa ditunjukkan pria yang hanya ingin bersikap basa-basi. Terlebih kalian baru saling kenal."Hilya tersenyum hambar. Ia meraih cangkir teh yang sudah mulai dingin di meja, mengaduknya pelan dengan sendok kecil. "Bisa jadi dia hanya merasa kasihan. Atau sekadar bersimpati. Aku ini janda, Mbak. Dia bos besar, dari keluarga berada. Kulihat profil perusahaannya sangat bonafit. Jelas kami nggak sekufu."Untuk perempuan nggak sekufu sepertiku, biasanya mereka hanya ingin sekedar bermain-main. Kalau dia ingin menjalin hubungan serius, pasti mencari yang setara. Bukan seseorang sepertiku yang hanya seorang wanita biasa."Bre memang sosok yang tampak baik.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Usai Keputusan Cerai   57. Saya Tunggu di Depan 3

    Tidak dipungkiri, sisi hatinya yang lain justru berandai-andai, kalau bisa ia menginginkan Hilya dan Rifky kembali. Sering ia bermimpi untuk hal itu. Tapi, luka yang ia torehkan teramat dalam. Bisakah disembuhkan?"Aku nggak bisa ambil Rifky dari Hilya," ucap Arham datar."Kenapa? Dia anakmu juga.""Karena aku nggak bisa menjaganya.""Kamu meragukanku?""Ya. Kamu pasti nggak sebaik Hilya menjaga Rifky. Karena kamu melakukannya bukan pakai hati, tapi karena ingin dimenangkan. Sudahlah jangan membahas hal ini.""Kamu menyepelekanku, Mas. Kalau kamu nggak mau ngambil Rifky, berarti kamu memang sengaja supaya bisa bertemu Hilya kalau sedang mengunjungi anakmu.""Aku nggak ingin berdebat denganmu.""Tapi bener, kan?" Mata Atika menyorot garang pada suaminya. Namun Arham diam. Lantas ia bangkit hendak masuk ke kamar. ""Jangan berpikir untuk meninggalkanku," teriak Atika yang didengar jelas oleh Arham. Pria itu terus masuk kamar tanpa meresponnya. Padahal dia sedang memikirkan, mungkin lebi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Usai Keputusan Cerai   58. Tak Sabar 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Tak SabarAuthor's POV Mobil Tristan kembali melaju di aspal. Tadi memang sengaja lewat jalan dekat rumah Hilya, meski tidak akan pernah bisa datang ke rumahnya. Namun ternyata ia melihat Bre di depan minimarket untuk menemui Hilya dan anaknya.Hati Tristan tambah remuk rasanya. Jelas dia kalah jauh dari Bre. Sahabatnya itu pria bebas. Tidak ada penghalang untuk mendekati siapapun yang ia mau. Dan membuat Tristan terbakar cemburu. Tidak seharusnya begitu, tapi ia tak bisa menghindari. Rasa itu benar-benar nyaris membuat gila.Hilya memang sungguh meresahkan. Janda yang menggoda. Oh, bukan. Hilya sama sekali tidak menggodanya. Tapi dia yang tergoda dengan sendirinya. Dia yang tidak bisa mengendalikan hati.Wanita itu menjaga sikap, berpakaian sopan, tidak cari perhatian, bahkan tidak peduli pada lelaki yang berusaha menarik perhatiannya. Bahkan terus terang bilang, "Jangan pernah jatuh cinta pada saya, Pak."Sambil nyetir pikiran Tristan gelisah sampai berger

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Usai Keputusan Cerai   59. Tak Sabar 2

    Bre, yang menyadari perubahan sikap Hilya, bertanya pelan, "Mbak Hilya, tidak nyaman?"Hilya mengangguk, menggeser Rifky mendekat ke sisinya. "Saya janda, Pak. Orang-orang selalu punya bahan gosip tentang status itu.""Ya, saya ngerti.""Maaf, Pak Bre. Kami harus pulang!" "Tapi anak-anak masih makan," jawab Bre memandang Rifky dan Yazid yang masih asyik dengan es krim mereka.Hilya serba salah. Ia tidak ingin berlama-lama di sini, tapi tidak tega memaksa anak-anak menyelesaikan makanan mereka dengan terburu-buru.Bre tersenyum kecil. "Biar saya saja yang pergi duluan, Mbak Hilya."Hilya menatapnya. "Maaf, Pak Bre.""Tidak perlu minta maaf. Saya paham. Kita bisa bertemu lagi lain waktu.""Rifky, Yazid, salim dulu sama Om. Om Bre mau pulang ke Malang." Hilya menyuruh anak-anak bersalaman. Yazid yang menyalami lebih dulu, baru Rifky mengulurkan tangannya.Bre meraih anak itu untuk dipangkunya sejenak. Rifky tampak tenang, menatapnya begitu tulus. "Lain hari kita bertemu lagi, Rifky dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28

Bab terbaru

  • Usai Keputusan Cerai   207. Sang Mantan 3

    "Aku tahu dari anaknya Arham. Aku masih ingat wajah anak itu yang dulu di gendong Bre saat kami ketemuan di sebuah rumah makan. Tiga setengah tahun yang lalu." Agatha mengeluarkan ponsel yang sejak tadi belum dikeluarkan dari dalam sakunya. Ia menunjukkan foto Rifky yang diambilnya di area tempat bermain."Ini anak tirinya Bre?" Bu Wawan memandang Agatha."Ya. Ganteng, kan?"Bu Wawan mengangguk. Kemudian meletakkan ponsel di atas meja. "Apa itu masalah buatmu?" tanyanya lembut pada Agatha."Aku kaget, Ma. Dikala aku siap membuka hati, harus menghadapi kenyataan seperti ini. Kalau ada jodoh antara aku dan Arham. Begitu lucunya kenyataan. Kami seolah bertukar pasangan.""Semua nggak disengaja dan ini bukan lelucon. Majulah terus, Nduk. Kalian bisa sama-sama berusaha untuk saling menyembuhkan dan membina masa depan. Apapun yang terjadi di masa lalu, kalian berhak juga mendapatkan kebahagiaan. Kalau Nak Arham memang serius, terima saja. Percayalah hati kalian akan sembuh seiring berjalann

  • Usai Keputusan Cerai   206. Sang Mantan 2

    Namun hari ini dia tahu satu kenyataan. Ternyata Arham mantan suaminya Hilya, istri Bre. Lalu bagaimana dia bisa bangkit dan melupakan semuanya kalau masih saling berkaitan begini."Dari sini Mas Arham langsung mengajak Rifky pulang ke rumah?""Aku mampir ke rumah mama dulu. Sorenya baru pulang ke rumah. Mbak Gatha, mau ikut?""Sore ini saya harus mengantarkan mama keluar, Mas. Lain kali saja.""Oke." Arham mengangguk.Mereka menemani Rifky bermain hingga satu jam kemudian. Lantas keluar mall dan berpisah di parkiran.Melihat sikap Agatha yang perhatian terhadap Rifky, Arham lega. Timbul harapan hubungan mereka akan ada peningkatan. Dia tidak mempermasalahkan usianya yang lebih muda dari Agatha. Apalagi sang mama juga menyukai wanita itu. Arham ingin mewujudkan keinginan mamanya untuk segera menikah. "Mama ingin melihatmu berumah tangga lagi, sebelum mama pergi. Lihat sekarang mama sakit-sakitan. Mama berharap kamu punya pasangan dan hidup bahagia. Toh hubunganmu dengan Hilya juga su

  • Usai Keputusan Cerai   205. Sang Mantan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Sang MantanAuthor's POV "Rifky, salim dulu sama Tante Agatha." Rifky mengulurkan tangan kecilnya untuk menyalami wanita yang seketika itu menyondongkan tubuh padanya.Benar, tidak salah lagi. Dia anak tirinya Bre. Agatha masih ingat wajah tampannya. Untuk Rifky sendiri, tentu saja dia tidak ingat dengan Agatha. Saat bertemu kala itu baru berumur dua setengah tahun."Sudah sekolah?" tanya Agatha dengan wajah ramah."Sudah, Tante."Agatha mengusap lembut rambut Rifky. Kemudian ia berbincang dengan Arham. Namun belum membahas tentang apa yang ia ketahui. Setelah perkenalan di rest area saat itu, mereka berteman. Lumayan akrab setelah beberapa bulan kemudian. Sama-sama bekerja di bidang yang sama, jadi bertukar pengalaman. Apalagi sudah sepuluh tahun lebih Agatha meninggalkan Surabaya. Jadi dia belum begitu memahami banyaknya perubahan.Mereka sudah beberapa kali janjian makan siang di sela jam istirahat. Akan tetapi, Arham tidak banyak menceritakan tentang kehid

  • Usai Keputusan Cerai   204. Kenalan 3

    Hilya teringat satu malam yang berlalu begitu cepat saat sang suami menginginkannya. Malam di mana ia lupa menelan pil kecil yang biasa melindungi dari kemungkinan seperti ini. Hamil. Apa mungkin hamil hanya karena sekali saja lupa minum pil kontrasepsi? Tapi dia merasakan perubahan itu. "Sayang." Suara serak Bre terdengar dari balik selimut. Ia menggeliat lalu melihat istrinya duduk termenung."Kenapa? Kamu nggak enak badan?" tanya Bre sambil bangkit dan duduk merapat pada sang istri dan menyentuh keningnya.Hilya menoleh, menatap wajah suaminya yang terlihat masih mengantuk. Tadi malam Bre memang pulang dari Surabaya sudah jam sebelas. Hilya menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Aku mual sudah beberapa hari ini, Mas. Tapi pagi ini malah tambah begah."Bre mengerutkan kening. Seketika matanya terbuka lebar karena ingat percakapan mereka suatu malam, di mana Hilya bilang lupa minum pil kontrasepsi. "Kamu hamil?""Mungkin. Aku sudah sebulan lebih telat haid."Napas Bre langsung t

  • Usai Keputusan Cerai   203. Kenalan 2

    "Kalau gitu, saya pamit dulu." Arham bangkit dari duduknya lalu menyalami Bre dan Hilya. Pria itu mendekat pada dua bocah yang masih sibuk dengan mainannya. Rifky dan Rafka langsung berdiri dan memeluk Arham. Menciuminya bergantian. Dia pun sayang pada Rafka yang tampan dan menggemaskan. Arham melangkah keluar rumah di antarkan oleh Bre, Hilya, dan anak-anak. Arham menoleh sebelum membuka pintu pagar. Melambaikan tangan yang dibalas oleh Rifky dan Rafka.Setelah itu Hilya mengajak Rifky untuk berganti pakaian ke kamarnya, sedangkan Rafka duduk bermain di karpet ditemani oleh sang papa.Sementara Arham kembali melaju di jalan utama. Sendirian lagi setelah dua hari ditemani. Namun sebenarnya dia sudah terbiasa kesepian semenjak perceraian. Hidup sendiri, kalau sakit juga sendiri. Arham tidak pernah memberitahu pada mamanya, karena Bu Rida sendiri juga sakit-sakitan. Kalau memang sudah tidak tahan, baru ia memberitahu adiknya. Itu pun setelah sangat terpaksa, karena Arham juga kasihan p

  • Usai Keputusan Cerai   202. Kenalan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- KenalanAuthor's POV "Mas." Wanita berpakaian seragam sebuah butik itu menghampiri Arham."Tika." Arham mendekap erat Rifky.Mereka saling pandang sejenak. Wajah wanita itu berbinar. Semenjak bercerai, dia tidak pernah bertemu mantan suaminya. Berbagai cara dilakukan supaya bisa berjumpa dengan Arham, tapi tak pernah berhasil.Setiap kali melihatnya, mungkin Arham sengaja menghindar. Hubungan mereka benar-benar sudah selesai di akhir persidangan.Sudah setahun ini dia bekerja di butik yang ada di mall itu. Setahun kemarin sibuk dengan keterpurukannya. Tak ada dukungan, tak ada support karena keluarganya memang berantakan. Sudah seperti orang stres saja menghabiskan waktu ke sana ke mari tanpa teman. Karena beberapa teman dekat menjauhi, tidak peduli, dan mereka juga sibuk dengan aktivitas masing-masing.Apalagi Aruna sama sekali tidak pernah menghubunginya. Dihubungi juga tidak bisa. Ia dengar wanita itu sudah kembali bahagia dengan suami dan anaknya.Uang Idda

  • Usai Keputusan Cerai   201. Izin 3

    "Kita masuk dulu dan lihat-lihat di dalam. Nanti beliin juga buat adek."Rifky mengangguk. Arham menggandengnya masuk ke dalam. Berjalan melihat mainan yang dipajang. Akhirnya Rifky mengambil dua mobilan untuk dirinya dan Rafka.Setelah puas berkeliling dan bermain, mereka menuju food court. Arham membiarkan Rifky memilih sendiri apa yang ingin dia makan. Bocah itu menunjuk chicken nugget, bakso, dan kentang goreng. Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati makanan sambil bercakap ringan.Arham bahagia, tapi Rifky berusaha menyesuaikan dengan kondisi. Belum lama berpisah dari adik, bunda, dan Papa Bre, ia sudah merasa kangen. Dia belum pernah berjauhan dari mereka. Bocah itu agak terhibur karena Arham terus mengajaknya bicara dan bercanda.Setelah itu Arham mengajak putranya pulang. Kali ini bukan langsung pulang ke rumah, tapi singgah dulu ke rumah Bu Rida."Kita mampir ke rumah nenek dulu, ya!""Ini rumah nenek, Pa?""Ya. Rumah Nenek Rida. Ayo, kita ketemu nenek dulu sebelum pul

  • Usai Keputusan Cerai   200. Izin 2

    Dua anak itu tidur dalam satu kamar, di kamar berbeda dari kedua orang tuanya. Dijaga oleh Mak As. Tapi Hilya juga berperan penuh menjaga anak-anaknya. Dia belum kembali ke kantor seperti harapannya. Mungkin nanti jika anak-anak sudah sekolah semua. Bre pun memberikan kebebasan Hilya untuk menentukan. Dia senang kalau bisa setiap waktu bersama sang istri di kantor, tapi dia juga lega karena anak-anak dijaga bundanya sendiri dan tidak menyerahkan sepenuhnya pada pengasuh."Kak, mau ana?" Rafka yang sudah terbangun heran melihat sang kakak yang sedang digantikan baju rapi oleh bundanya. Bocah yang berusia dua tahun setengah itu mendekat dan memandangi sang kakak."Kak Rifky mau ke Surabaya. Besok kakak sudah pulang lagi." Sambil menyisir rambutnya Rifky, Hilya menjawab pertanyaan anak keduanya."Ikut," celetuk Rafka."Adek sama bunda dan papa di rumah. Kalau adek sudah besar, baru boleh ikut." Hilya memberikan pengertian.Bukannya mengerti, Rafka malah merengek. Rifky menangkupkan kedua

  • Usai Keputusan Cerai   199. Izin 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- IzinAuthor's POV Pagi itu langit di sepanjang jalan menuju Malang masih menyisakan kabut tipis. Di kejauhan terlihat seperti tirai putih yang menampilkan bayang pepohonan di latar belakang. Hawa pastinya masih terasa begitu dingin.Arham sengaja berangkat sehabis salat subuh tadi agar sampai kota Malang masih pagi. Dia sangat antusias ketika mendapatkan izin untuk mengajak Rifky ke Surabaya selama dua hari.Ini untuk pertama kalinya Arham diberi kesempatan membawa putranya menginap. Itu pun setelah Rifky sendiri ditanyai oleh bundanya, bersedia ikut papanya apa tidak. Ternyata Rifky mau. Akhirnya Bre yang menelepon Arham untuk bicara.Kebahagiaan Arham tidak terlukiskan dengan kata-kata. Dia harus berterima kasih pada Bre, telah begitu pengertian dan bijaksana menyikapi hubungan antara dirinya dengan Rifky. Walaupun ayah tiri, Bre menjadi ayah yang luar biasa. Mereka mendidik putranya begitu baik.Ketika mobil Arham sampai di depan pagar rumah Bre, suasana ma

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status