Home / Rumah Tangga / Usai Keputusan Cerai / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Usai Keputusan Cerai: Chapter 11 - Chapter 20

90 Chapters

11. Maunya Apa?

USAI KEPUTUSAN CERAI - Maunya apa?Panggilan itu membuatku menoleh. Mas Arham berdiri menenteng godie bag di tangannya. Perlahan lelaki itu mendekat."Titip ini buat Rifky. Aku janjiin beliin robot buat dia. Nunggu hari Minggu nanti kelamaan," ujarnya seraya mengulurkan godie bag padaku."Terima kasih." Aku mengambil goodie bag itu tanpa banyak bicara. Tapi saat aku hendak berbalik, dia tiba-tiba berbicara lagi."Hilya."Aku berhenti dan kembali menoleh."Aku minta maaf."Aku menatapnya dengan dingin.Dia terdiam. Rahangnya mengencang. Seolah ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi tidak tahu harus mulai dari mana."Maaf, Pak Arham. Saya ingin pulang. Untuk urusan pekerjaan, bisa kita bahas dipertemuan berikutnya," kataku formal setelah dia diam tak segera bicara."Aku minta maaf, Hilya." Dia menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada luka, ada penyesalan. Tapi aku sudah terlalu lelah untuk peduli dan itu bukan urusanku lagi. Kuletakkan godie bag di cantolan motor lantas
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

12. Tidak Mudah

USAI KEPUTUSAN CERAI - Tidak Mudah "Hari ini kita pulang, Sayang," ujarku pada Rifky yang duduk di atas tempat tidur. Seorang perawat tengah melepas selang infusnya.Rifky menangis. Mungkin agak sakit. Aku buru-buru meraih dan menggendongnya. Mengusap lembut punggungnya. Sedangkan Mbak Asmi yang baru kembali mengantarkan Yazid pulang karena harus sekolah, langsung berkemas-kemas. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi."Kamu sama Rifky naik taksi saja, biar mbak pulang naik motor," kata Mbak Asmi setelah barang-barang beres semua."Apa nggak Mbak saja yang naik taksi sama Rifky.""Nggak usah. Rifky mau sama kamu itu. Yuk, kita pulang sekarang."Aku menggendong Rifky, Mbak Asmi membawa barang-barang kami. Pagi itu lorong klinik lumayan ramai oleh pembesuk.Sepuluh menit kemudian, kami sudah sampai di rumah. Rifky langsung diseka dan digantikan baju oleh Mbak Asmi, sementara aku bersiap-siap berangkat ke kantor. "Assalamu'alaikum." Suara di depan membuatku terkejut. "Wa
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

13. Tahu Diri 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Tahu Diri "Assalamu'alaikum." Seorang wanita anggun berpakaian syar'i mengucap salam. Di belakangnya, Mas Arham mengikuti."Wa'alaikumsalam," jawabku dan Mbak Asmi bersamaan.Kami bersalaman dan dia memelukku erat. Namanya Mbak Yana. Kakak kandungnya Mas Arham. Mereka tiga bersaudara dan Mas Arham anak nomer dua, satu-satunya lelaki. "Apa kabar, Hilya?" tanyanya memandangku. Matanya basah saat itu. Kami sudah lama sekali tidak bertemu. Semenjak aku dan Mas Arham berpisah."Kabar baik, Mbak. Silakan duduk," jawabku sopan. Kuraih Rifky dan membimbingnya bersalaman dengan Mbak Yana. Namun Rifky memelukku erat. Dia takut karena tidak pernah bertemu."Rifky sayang. Ikut budhe, yuk. Katanya kamu baru sembuh dari sakit, ya?" Mbak Yana membujuk, tapi Rifky tetap menolak. Sampai wanita itu menangis. Rifky tidak mau memandang dan melingkarkan tangan kecilnya di leherku.Kami berbasa-basi sebentar. "Hilya, kamu nggak ikut pergi bersama kami untuk bertemu Mama?""Mbak As
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

14. Tahu Diri 2

Ingat semua kenangan pahit itu, aku buru-buru menyeka pipi, tapi semakin aku berusaha menahan, semakin deras alirannya. Ingatan itu datang lagi, seperti ombak yang terus menghantam.Aku pernah menahan diri untuk tidak membeli apa yang kuinginkan, hanya agar kebutuhan kami tercukupi. Aku bahkan rela memakai baju lama berulang kali untuk acara non resmi ke kantor, sementara teman-temanku sudah berganti mode setiap musim. Make-up? Aku hanya membeli yang paling murah, sekadar agar wajahku tidak terlihat pucat.Semua itu kulakukan demi Mas Arham.Kukejar mimpinya lebih dari aku mengejar mimpiku sendiri. Aku ingin dia berhasil, ingin dia bangga berdiri di puncak kariernya, sementara aku tersenyum puas di sampingnya.Tapi kenyataannya ....Dia berdiri di puncak tanpa aku di sisinya.Dan lebih menyakitkan lagi, dia berdiri bersama perempuan lain yang pernah mengkhianatinya. Mungkin ini yang benar-benar membuatku sakit.Rasa sakit ini masih saja sama seperti dulu. Aku tersenyum getir. Aku pura
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

15. Tahu Diri 3

Malamnya setelah anak-anak tidur. Aku dan Mbak Asmi duduk di depan televisi. Sambil mencatat barang-barang toko yang akan dipesan besok pagi, Mbak Asmi bercerita."Mbak juga bertemu Artika tadi."Dadaku perih mendengar nama itu disebut. Padahal aku tidak pernah bertemu dia setelah aku dan Mas Arham berpisah. Terakhir aku melihatnya menunggu di mobil, saat Mas Arham datang ke rumah mengantarkan susu dan mainannya Rifky."Sepertinya Atika nggak seberapa dianggap oleh keluarga Arham, Hil. Dia terlihat ceria, tertawa-tawa, sok mengakrabkan diri dengan ipar-iparnya. Namun mereka hanya menanggapi sekilas saja.""Mantan mama mertuamu, budhenya, dan buleknya Arham malah sibuk nanyain kabarmu. Bu Rida sebenarnya pengen sekali bertemu kamu sebelum berangkat ke Bali. "Hari ini tasyakuran karena Bu Rida sudah sembuh dan bisa berjalan lagi meski pelan-pelan. Pas Mbak Yana pulang juga dari Bali. Jadi keluarga berkumpul semua."Aku tetap mendengarkan seraya memandang layar televisi yang menyala."M
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

16. Akhirnya Tahu 1

USAI KEPUTUSAN CERAI- Akhirnya TahuAku melangkah meninggalkan dua perempuan yang menatapku geram. Menunggu Ika dan Ani di depan toilet. Tidak lama kemudian mereka keluar dan kami melangkah ke arah eskalator.Sama sekali aku tidak memberitahu tentang pertemuanku dengan Aruna dan Atika. Kami hendak memanfaatkan waktu ini untuk bersenang-senang. Me time disela kesibukan sebagai perempuan pekerja dan ibu rumah tangga.Ika dan Ani juga punya permasalahan sendiri. Jadi urusan tadi tak ada hubungannya dengan mereka. Aku sendiri malas membahas apalagi mengajak teman untuk mengeroyok mereka.Dan aku tidak menoleh juga saat menaiki eskalator. Bodo amat dengan dua wanita yang ternyata bestie-an."Hilya, kamu mau makan apa?" tanya Ika setelah kami mengambil tempat duduk."Nasi goreng saja," jawabku seraya memandang stand nasi goreng yang agak sepi."Nggak deh, nasi goreng bisa kita beli di luar kalau mau. Tiap hari kita sudah sering makan nasi goreng di kantin. Apa kamu nggak bosan." Ika malah
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

17. Akhirnya Tahu 2

Kami melangkah ke parkiran. Tanpa sengaja, kami melihat Mas Arham yang baru turun dari mobilnya. Masih mengenakan pakaian kerja. "Mantanmu, Hil. Jemput bininya mungkin," ujar Ika lirih sambil terus melangkah. "Dia mandangin kita."Aku tak menjawab. Ika dan Ani menuju ke arah 'mercedeznya' Ika. Sedangkan aku ke arah motor yang kuparkir tidak jauh mobil itu."Hilya, hati-hati, ya!" Ani melambaikan tangan."Iya," jawabku sambil tersenyum. Kemudian segera memakai jaket dan helm. Saat itu suasana sudah gelap karena memang sudah malam. Kami sampai mall tadi langsung salat Maghrib dulu baru belanja.Kubunyikan klakson lantas melaju pergi.***L***[Besok kita meeting pagi saja, Hilya. Bahas projek Indonusa.] pesan dari Tristan jam sembilan malam. Saat aku sedang menidurkan Rifky di kamar.Hanya kubaca pesan itu tanpa membalasnya. Apa dia tidak sedang bersama istri dan anaknya? Sempat-sempatnya mengirimkan pesan padaku. Tristan sudah memiliki anak perempuan umur enam tahun. Aku mencium kenin
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

18. Akhirnya Tahu 3

"Dia nangis tahu, nggak. Matanya memerah dan nggak bisa ngomong apa-apa. Aku bilang ke dia, agar bini sama bestinya itu jangan ganggu hidup kamu lagi. Sudah cukup kamu dikhianati. Kenapa nggak tahu diri banget sampai terus mengganggumu."Kamu sudah bener jadi istri. Membela dan mengimbangi perjuangan suami. Tapi sayangnya mantanmu yang nggak tahu diri. Aku yakin, sekarang ini dia pasti menyadari kekeliruannya. Toh di awal-awal dulu, waktu baru nikah sama pelakor itu dia santai saja kan, karena semuanya masih terasa manis. Saat ini, aku nggak yakin mereka bahagia. Mana ada kebahagiaan setelah berkhianat."Makanya mulai sekarang, kamu harus memperhatikan diri, Hilya. Kerja dan ngurus anak nggak harus mengabaikan diri. Nanti waktu dinner, kamu harus dandan yang cantik. Bukan untuk memikat orang, tapi untuk dirimu sendiri. Kalau Rifky sudah paham, pasti dia juga bahagia melihat mamanya merawat diri."Pasang senyum lebar, tunjukkan meski single parent, kamu bahagia. Fighting, Bestie." Ika
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

19. Dinner 1

USAI KEPUTUSAN CERAI - Dinner Angin jalanan menjelang senja menerpa tubuhku. Terasa kering bercampur debu. Aku sudah akrab dengan semua ini sejak kecil. Dengan jalanan Surabaya yang macet dan panas Sempat mengecap naik mobil pun tidak lama. Karena kalau Mas Arham ada pekerjaan urgent di kantor, akhirnya aku berangkat sendiri naik motor. Sekarang yang menikmati jerih payah kami saat itu, cinta masa lalunya. Aku tersenyum getir dibalik masker yang kupakai. Tadi kutinggalkan saja dia di parkiran. Hendak bicara apa coba? Hubungan kami sudah selesai. Bicara hanya akan menggali luka lagi.Azan Maghrib berkumandang sesaat setelah motor memasuki rumah. "Unda." Rifky mengintip dari balik pintu ketika aku masih menaruh motor di teras rumah. Senyum manisnya menenangkanku. Dia patuh pada larangan budhenya, kalau maghrib tidak boleh keluar rumah."Assalamu'alaikum," ucapku."Wa'alaikumsalam," jawab Mbak Asmi dari dalam. Sedangkan Rifky menjawab dengan logat yang lucu karena belum bisa menguc
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

20. Dinner 2

Seharusnya aku cuman mengurusi bagian keuangan. Tapi masuk timnya Tristan, apa-apa kuurusi. Mulai dari meneliti berkas perencanaan dan lain-lain. Seperti sekretaris pribadinya saja. Entahlah, sebenarnya jabatanku ini apa.Asisten pribadi Tristan cuman mondar-mandir mengurus ini, mengurus itu yang berkaitan di lapangan. Asistennya seorang laki-laki."Aruna masih mengganggumu?""Apa Mbak Aruna berteman dengan Atika?" Bukan menjawab pertanyaan, aku justru mengorek keterangan lainnya."Mungkin?"Aku menatap heran. "Kok mungkin? Apa Pak Tristan nggak tahu istrinya berteman dengan siapa saja?""Nggak semuanya kuketahui, Hilya. Apa yang kamu tahu sampai bertanya begitu?""Nggak apa-apa, Pak," jawabku singkat. Sudahlah tak perlu membahas lagi hingga jadinya bisa ke mana-mana. Aku juga tidak tahu pasti, sebenarnya pernikahan Tristan dan Aruna ini bagaimana. Dan itu aku tidak perlu tahu.***L***Hari-hari selanjutnya aku bekerja seperti biasa. Tidak kupedulikan tatapan memuja dari Tristan, atau
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status