Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Chapter 31 - Chapter 40

83 Chapters

31. Awal Ketidakrelaan?

"Bapak sudah sarapan?" tanya Rara sebelum beranjak untuk duduk di kursi belakang ruang pertemuan. "Sudah," jawab Ryu sekenanya, tangannya melambai sebagai isyarat agar Rara tak perlu memedulikannya. "Isi perut dulu, takutnya acara sampe sore," tukasnya sambil lalu. "Curang ikam!" bisik Arum yang tersenyum penuh arti saat menghampiri Rara. "Begini heh amun (Banjar: kalau) kerja bareng calon suami, iri!" ujarnya berjenggit. "Segala sarapan aja diperhatiin. Act of service-nya Pak GM juara!" "Sst, berisik! Sini, ketimbang iseng begitu, temenin aku makan," Rara segera menarik lengan Arum ikut dengannya. "Gimana ini panitia, masa konsumsinya kurang," protesnya. "Orang dari TC itu dadakan ya Ra, nggak tau kalau bakalan sebanyak itu. Lagian, jadi enak di kamu kan, dapet sarapan dari Ayang, dia ngalah buat calon istri lho," ledek Arum gemas.
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

32. Sebagai Permulaan

Ryu dan Arum otomatis menoleh Rara, merasa heran. Sementara, Rara yang sudah terlanjur bicara sembarangan hanya bisa meringis, memutar otak untuk segera melontarkan revisi ucapannya. Entah mengapa ia merasa tidak rela jika Ryu terlibat akrab dengan Arum. Apa ini kecemburuan? "Maksud saya, kalau memang berhubungan dengan pekerjaan, saya bantu siapkan Pak, saya kan asisten Pak Ryu. Nggak mungkin kan saya enak-enakan makan sementara Pak Ryu ngurus kerjaan," ucap Rara meralat kata-katanya. "Nggak perlu," jawab Ryu. "Saya mau ngobrol berdua aja sama Bu Arum, ini soal pribadi, bukan kerjaan," ujarnya ketus. "Ah iya," wajah Rara tampak pias. "Silakan," ujarnya dalam suara yang sedikit bergetar, lantas melirik Arum curiga. "Ke kantin sambil ngambil es kopi saya," kata Ryu mempersilakan Arum berjalan lebih dulu, meninggalkan Rara yang terdiam kikuk.
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

33. Memancing Reaksi

"Kita nginep di sini lagi?" Rara menghela napas panjang. "Sengaja," ucap Ryu langsung turun dari kursi kemudinya dan menenteng tas ransel miliknya menuju lobi hotel. "Biar ibu tiri saya gampang nyarinya?" tembak Rara. "Biar temen kamu makin panas kalau tau kamu nginep di sini lagi sama saya." "Kalau mau bikin dia panas, kenapa pesen dua kamar Pak? Nggak sekalian sekamar?" sindir Rara. "Ide bagus," sambar Ryu menyeringai. "Ish! Pak Ryu kenapa sih!" Ryu menoleh, "Emang saya kenapa?" "Saya udah keliatan cantik ya di mata Bapak?" Rara melebarkan senyumnya, sengaja terlihat memesona di mata Ryu. "Kamu serius pengin kita sekamar? Saya bisa urus pembatalan kamar kamu." "Ck," terdengar Rara berdecak. "Ck? Macam cicak," dengus Ryu. "Abis Bapak ih, gemes saya nih!" desis Rara, "jangan bilang nanti Pak Ryu minta Ayah
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

34. Pancingan Mahal

"Silakan masuk," Ryu membuka pintu kamarnya iseng, tak memedulikan pertanyaan Rara. Tangannya terulur mempersilakan. "Kok?" kedua alis Rara bertaut. "Katanya kamu mau sekamar sama saya?" "Ih, Bapak! Kan bercanda!" keluh Rara panik. "Nanti ibu tiri saya makin menjadi kalau liat kita sekamar," tukasnya. "Saya yang akan jawab kalau itu ibu tiri kamu. Tapi kalau Pak Darwis, saya masih sangat menghormati beliau," ucap Ryu. "Masih? Pak Ryu kayak udah kenal lama sama ayah saya." "Hah?" Ryu tergagap, kelepasan bicara. "Saya capek, mau rebahan!" katanya lalu kabur masuk ke dalam kamar tanpa penjelasan, menutup pintunya cepat-cepat. "Pak!" panggil Rara mengetuk pintu kamar Ryu. "Bapak, buka dulu!" pintanya. "Apalagi?" Ryu muncul di depan pintunya. "Saya tau soal ayah kamu dari Pak Rain!" terangnya asal mencari alasan. "Bukan itu ih Bapak ni! Cardlo
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

35. Teramat Berharga

"Kami nggak perlu persetujuan Bu Endah untuk menikah. Dan persoalan jujuran, biar Azura sendiri yang menentukan," tegas Ryu menatap Darwis dan Endah bergantian. "Saya ibunya, kami wali resminya. Ayahnya yang membesarkan Rara sampai bisa seperti sekarang, wajar kalau kami yang berhak menentukan besaran nominal jujuran-nya!" ucap Bu Endah berapi-api. "Ndah," Pak Darwis menengahi, "biar Rara yang urus masalah jujuran, kita tinggal kasih restu," ungkapnya bijak. Seringai Ryu muncul setelah mendengar ucapan Pak Darwis. Puas sekali ia bisa membuat ibu tiri Rara itu bungkam dan tak bisa membantah. Setelah pertemuan dadakan tadi di hotel yang hanya diketahui oleh Ryu dan Bu Endah saja, mereka bertemu kembali di rumah keluarga Rara, keluarga tiri tepatnya. "Ngomong ikam Ra! Jangan hanya diam, ini kamu yang mau menikah, minta yang jelas berapa kamu mau dikasih jujuran!" sergah Bu Endah berapi.
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

36. Aku Di Sampingku

"Ayah dan Ibuk nggak perlu repot sama persiapan pernikahanku. Urusin aja persiapan pernikahan David, bukannya dia juga perlu nyiapin uang jujuran buat calon istrinya?" cibir Rara seraya mengusap air matanya. "Obrolan ini udah selesai kan Yah? Aku udah sebutin jujuran yang kuminta," tutupnya. "Saya nggak keberatan dengan nominalnya," sambar Ryu. "Sudah selesai ya Pak?" tanyanya meminta ijin. Pak Darwis tampak berat untuk mengangguk, bingung bagaimana harus bersikap. Di sebelahnya Bu Endah hanya diam, pundaknya saja yang naik-turun tak teratur, masih terlihat emosi dari matanya yang membulat. "Saya tidak bisa berhutang budi terlalu banyak, Pak Ryu, dan saya tidak mau orang-orang menilai jika Rara memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memeras keluarga Pak Ryu seandainya berita mengenai jujuran ini sampai terdengar," ucap Pak Darwis lemah. "Ini bukan hutang budi Pak, ini murni apresiasi saya pada Rara, jangan dipikirkan," kata Ryu bijak. "Pak Darwis sudah sangat mengenal keluarga
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

37. Sebagai Suami

"Soal nominal jujuran tadi, saya nggak serius, Pak," ungkap Rara akhirnya angkat bicara. "Kita bahas itu sambil makan, saya laper soalnya tadi kamu nolak pas disuruh makan sama Pak Darwis," sindir Ryu setengah menggoda. Rara ingin segera mendebat, tapi Ryu sudah lebih dulu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam salah satu rumah makan padang andalannya. Benar, Ryu memang terkesan galak dan kejam, tapi ia sangat detail. Terbukti, bukannya mencari tempat makan yang sesuai seleranya, ia justru membawa Rara ke rumah makan padang favorit perempuan berusia 25 tahun itu. "Pak, soal jujuran itu, saya nggak serius. Saya nggak akan menyebutkan nominal. Tadi itu saya cuma spontan karena saya nggak tahan sama sikap ibu tiri saya," ungkap Rara setelah mengambil makanannya dan duduk menghadapi Ryu. "Makan dulu," ucap Ryu singkat. "Pak," Rara tidak
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

38. Serasi Tanpa Rasa?

"Kamu yakin nggak mau pake wedding dress ala-ala princess?" tanya Ryu meyakinkan Rara. Setelah kejadian tidak mengenakkan sore hari tadi, malam harinya Ryu mengajak Rara untuk bertemu dengan vendor gaun pernikahan. Rara justru memilih satu set kebaya simpel berwarna broken white dipadu kain batik kalimantan yang nantinya akan dijahit sesuai ukuran tubuh Rara. "Saya nggak mau terlihat memanfaatkan kesempatan banget Pak." "Kenapa? Kesempatan itu terbuka lebar buat kamu, manfaatkan!" ujar Ryu. Rara menggeleng, "Keluarga Pak Rain dan Bu Mika sudah terlalu baik sama saya. Ngasih saya kerjaan, bantuin ayah saya pensiun dengan nyaman, sekarang ngasih anak sulungnya pula buat nikah sama saya. Saya nggak bisa nerima banyak kebaikan lagi. Pak, Pak Ryu yakin bisa punya perasaan ke saya nantinya kalau kita nikah? Ya saya tau saya ini cantik, tapi lebih cantik cewek-cewek di kota sana," katanya meracau gemas. "
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

39. Suka Sama Saya

Ucapan Ryu yang terdengar sedikit mencibirnya itu membuat Rara memanyunkan bibirnya. Namun, gadis ini tidak berucap apapun, ia memilih untuk mengalah. Ditatapnya Ryu dari pantulan cermin di depan sana. Ryu memiliki semua yang diidamkan perempuan, wajah tampan, harta, tahta, juga kehidupan yang sempurna. Menjadi pendamping Ryu dan berperan sebagai seorang istri dari lelaki seluar biasa itu tentu bagaikan mimpi bagi Rara. Mimpi yang sebentar lagi akan berubah menjadi kenyataan. Beranikah ia menumbuhkan perasaan? Mungkinkah ikatan pernikahan itu akan bertahan lama jika semua dilakukan atas dasar ego dan rasa kasihan? "Abang mau dibikinin jas aja untuk temen kebaya hitamnya?" tawar Nurma sebelum menyelesaikan ritual pengukurannya. "Ikut Tante gimana bagusnya. Yang penting harus mencolok dan jadi pusat perhatian. Terutama dia!" ucap Ryu mengedikkan dagunya ke arah Rara yang melamun. "Oke, sebentar kita urus tanda jadinya ya," ujar N
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

40. Terserah Kamu

"Ibu tiri saya selalu bilang kalau saya ini bakalan susah dapet jodoh. Saya nggak punya temen, jadi bahan gunjingan di kampung, kepala kosong nggak ada isinya," desah Rara lirih. Di sampingnya Ryu duduk sambil menyesap rokok. Suasana Patung Ikan Jelawat sudah mulai lengang. Sudah hampir tengah malam, tapi Ryu masih setia bertahan menemani Rara duduk di kursi taman, memandang beberapa kapal besar yang tengah sandar di dermaga. "Kata dia, syukur-syukur ada yang mau sama saya. Jadi saya nggak dia kasih kesempatan buat kenal sama cowok, dia nyuruh saya kerja aja biar saya lupa sama pacaran," lanjut Rara. "Semenjak Bunda meninggal dan Ayah nikah lagi sama Bu Endah, saya adalah orang lain buat Ayah saya," ceritanya. "Saya nggak tau apa yang ada di Bu Endah sampe Ayah bisa kepelet begitu. Kejadiannya cepet banget, seinget saya dari Bunda meninggal sampe ke Ayah nikah lagi itu jaraknya nggak terlalu jauh."
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
1234569
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status