Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Chapter 51 - Chapter 60

83 Chapters

51. Ikrar Untuk Pujaan

"Buat pernikahan adik tiri saya, saya pengin ditemenin Pak Ryu ke sana," ujar Rara penuh harap. "Dua hari setelah lebaran kan? Saya temenin," balas Ryu. "Beneran? Pak Ryu nggak nolak?" Ryu mengangguk, "Saya senggang, kita ke sana dan buat Bu Endah nggak berkutik," jawabnya yakin hingga mencipta senyum lebar di wajah cantik Rara. *** Rumah Sakit Umum Daerah, Sampit, 7 tahun lalu .... "Di mana?" Ryu mendatangi Mika tergesa, ia sampai tidak menyapa Rain sang papa yang duduk di sebelah ibundanya. "Tenang dulu, duduk dulu," kata Rain menahan lengan Ryu. "Ma, dia nggak kenapa-napa kan?" tanya Ryu dengan mata berkaca. "Bang," Mika mengusap punggung Ryu lembut. "Tenang ya," katanya tak bisa berkata-kata. Mendengar kabar dari Mika mengenai kejadian yang menimpa Rara, Ryu memaksa untuk pulang. Ia terbang langsung ke Indonesia dan
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

52. Calon Pengantin

Selama perjalanan pulang dari berbuka puasa bersama, Ryu tak mengajak bicara Rara sepatah kata pun. Mereka hanya naik mobil berdua, Reiga dan Raya ikut mobil jemputan untuk Rain dan Mika. Karena harus bekerja besok pagi, Ryu dan Rara kembali ke kebun lebih dulu, sementara Rain dan Mika serta dua anaknya yang lain memilih tinggal di rumah Sampit sampai nanti lebaran tiba. "Jadi mampir ke hypermart?" tawar Ryu buka suara. "Pak Ryu mau belanja sekalian? Kalau Bapak mau belanja sekalian, boleh Pak, mampir," jawab Rara bersemangat. "Saya mau cari rokok," gumam Ryu lantas membelokkan arah mobilnya ke Borneo City Mall. "Rokok bukannya bisa di warung kelontong ya Pak?" celetuk Rara sepolos kain penyaring ampas kedelai. "Di hypermart emang ada?" tambahnya setengah mengobrol dengan dirinya sendiri. "Jadi nggak nih? Kalau nggak jadi saya kel
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

53. Layaknya Pasangan

"Turun ke Sampit cuma dititipin suruh beli pembalut? Situ sehat?" "Sekarang sehat kok Pak. Emang ngumpul sama keluarga Pak Ryu itu positive vibes banget. Mana Reiga seru banget anaknya," puji Rara tulus. "Seru sampe saya pengin nyemplungin dia ke Sungai Mentaya," dengus Ryu. "Hihi, hobi ya dia buka aib sodaranya," Rara terkikik geli. Ryu tak lagi menanggapi, ia memilih untuk mengambil merk pembalut yang tadi ditunjuk oleh Rara. Melihat sikap sang GM, Rara langsung menahan jemarinya. "Bapak ngapain beli pembalut?" tanya Rara bingung. "Buat stok kamu di rumah. Biar nggak ngrepotin saya," tandas Ryu. "Saya masih punya banyak Pak, lagian saya dapet juga sebulan sekali, bukan seminggu sekali, ih. Takut amat saya titip beli kalau pas Bapak turun sendiri," desis Rara geleng-geleng kepala
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

54. Belum Waktunya

"Kamu minta uang ke Rara, Ndah?" Pak Darwis menoleh istrinya. "Aku pinjam, tapi nggak dikasih sama dia, lagian udah lama juga," jawab Bu Endah. "Ibuk bilang, aku bikin malu keluarga dan bikin Ayah dipandang hina sama satu kampung karena aku diperkosa banyak orang. Katanya, karena aku nggak bisa jaga diri, dia jadi ikut kena imbasnya," ungkap Rara sangat berani, bahunya sedikit naik-turun, menahan luapan emosi di dadanya. Mendengar ucapan Rara, Ryu terhenyak. Ketegangan di ruang tamu yang dipenuhi keluarga besar itu kian merebak. Pak Darwis bungkam, tapi matanya jelas menyiratkan kemarahan yang begitu besar. Sejenak keheningan hinggap, beberapa anggota keluarga dari Bu Endah yang tadinya asik mengobrol berubah bisu seketika, pandangan mereka lurus ke arah Rara. "Ayah sekarang udah punya keluarga baru, jadi, biarin aku hidup sendiri, aku ngg
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

55. Mimpi Buruk?

Dini hari, mobil Ryu menepi di dingin dan sepinya Pantai Seibakau. Rara yang duduk di kursi penumpang depan nampak lelap tertidur, kelelahan. Ryu menghela napas panjang, diraihnya rokok di atas dashboard, ia memilih turun lebih dulu. Tampak di sebelah kiri pantai, beberapa tenda kecil didirikan, beberapa muda-mudi memang sering bercamping di sana. Setenang dan se-syahdu itu Pantai Seibakau, itulah kenapa Ryu memilihnya untuk membawa Rara ke sana. Meski harus menempuh jauh perjalanan sekitar 3-4 jam, semuanya sepadan. Bunyi debur ombak yang mencium pantai menjadi satu musik indah yang menenangkan. "Mas Ryu!" sapa sebuah suara. "Amang," Ryu melambai begitu tahu siapa yang datang. "Maaf ngrepotin tengah malam gini," sesalnya bersalah. Amang Rimang adalah penduduk lokal, orang yang sering Rain mintai bantuan ketika ia berlibur bersama keluarganya mengunjungi Pantai Seibakau. Semua kebutuhan liburan keluarga
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

56. Sosok Yang Sama

Rara menarik napasnya beberapa kali, mengembuskannya kuat-kuat. Jika tadi adalah mimpi, kenapa rasanya nyata sekali? Apalagi saat melihat ke arah lelaki ini, hati Rara menghangat. Hanya dengan memandang Ryu seperti ini saja ia merasa tenang. Ryu memang tidak pandai bicara, ia bukan seseorang yang pintar menghibur dengan kata-kata. Namun soal act of service, Ryu juaranya, bahkan melebihi kebucinan Rain pada Mika, orang tuanya. Rasa-rasanya, semua beban yang Rara tanggung di dalam hatinya sedikit terangkat ketika ia bersama Ryu. "Bapak nggak bangunin saya?" tegur Rara yang sudah turun dari mobil, mengagetkan Ryu. "Mana mungkin, kamu ngorok gitu tidurnya," ucap Ryu menahan senyum. Spontan Rara menutup mulutnya, malu, "Apa iya Pak? Ih, saya jarang ngorok padahal," desisnya. "Nyatanya emang begitu, mana tega saya bangunin," ucap Ryu. "Kita nanti makan sahur di sini, baru balik lagi ke kebun," ujarnya. "Emang di si
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

57. Kekhawatiran Terbesar

"Saya ganti baju dulu, kamu kalau mau sahur duluan, duluan aja," ucap Ryu sambil membuka satu per satu kancing kemejanya. Setelah memeluk Rara di pantai untuk menenangkannya, Ryu mengajak Rara pulang ke pondok milik Amang Rimang yang memang sudah disiapkan. Menu makan sahur sudah tersedia, ada air hangat untuk mandi dan tempat tidur yang nyaman. Lokasinya masih di sekitar pantai meski tak terlalu dekat dengan bibir pantainya. "Gara-gara saya, baju Pak Ryu jadi basah," sesal Rara. Sebuah kata singkat, tapi bermuatan perhatian. "Nggak pa-pa, saya bawa ganti," ucap Ryu melepas kemejanya dan bertelanjang dada dengan santainya di depan Rara. Kini, Rara bisa melihat dengan jelas tulisan di dada Ryu itu. Tertera tulisan "LEMBAYUNG" kecil dengan dua garis pendek yang mengapitnya. Ryu cukup percaya diri karena yakin bahwa Rara tak mungkin membaca tulisan permanen di dadanya itu. "Lembayung ...," desis Rara lirih. Gerakan Ryu yang tengah mengambil handuk kecil di atas nakas terhenti
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

58. Kegilaan Ini

"Pak," Rara susah payah menelan nasinya. "Saya takut kalau semua yang Ibuk bilang itu bener," lirihnya. "Kenapa takut? Ada saya," jawab Ryu sederhana. "GM nikahin perempuan bekas orang banyak, apa nggak memalukan?" "Biasa aja," Ryu mengedikkan bahunya santai. "Saya tidur dulu bentar, ngantuk," pamitnya kabur, tak menghabiskan makanannya. Rara mengangguk, dihelanya napas panjang seraya menatap punggung tegap Ryu yang akhirnya berbaring nyaman di sofa panjang. Sambil memberesi bekas piringnya bersama Ryu, sesekali Rara menoleh calon suami tampannya. Ryu yang istimewa dan luar biasa, si canggung yang sangat perhatian terhadapnya, si pemilik gengsi seluas samudra.Berbeda dengan Ryu, Rara yang sudah tidur sepanjang perjalanan menuju pantai, justru terjaga hingga adzan subuh berkumandang. Ia memilih untuk duduk di depan pondok, sesekali memainkan ponselnya yang mulai panas karena
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

59. Kenal Sebelumnya

Rara akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Ryu tak mau ambil resiko, ia memilih untuk kembali ke Sampit, menghubungi Mika dan meminta Rara dirawat karena sang PA demam tinggi dan tak sadarkan diri. "Mama nggak akan tanya kenapa Abang bisa sampe Seibakau sama Rara. Kalian udah sama-sama dewasa, udah mau nikah, jadi Mama nggak mau tau. Yang Mama nggak ngerti, kenapa bisa tiba-tiba demam?" desis Mika yang menemani Ryu menunggui Rara di kamar perawatan. "Akhir-akhir ini, kayaknya dia terlalu maksa dirinya sendiri buat ngingat kejadian masa lalu. Bu Endah sengaja ngomong soal kejadian traumatis itu Ma, Rara jadi sering kepikiran. Dan dia dapet potongan kenangan pas ada aku di dalamnya," desis Ryu meraup wajahnya kalut. "Semua kenangan tentang kejadian nahas itu, Rara inget?" tanya Mika. Ryu menggeleng, "Kayaknya cuma potongan-potongan aja, Ma. Belom secara keseluruhan," katanya. "Oke," Mika menghela napas panjang, ia usap pundak anak sulung tampannya. "Kita harus siap buat momen i
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

60. Sejauh Apa?

"Iya, waktu itu di SMP ada acara sosialisasi dari OSIS, Rara ketua OSIS-nya," ungkap Mika jujur. "Saya nggak ingat," desis Rara sedih. "Nggak pa-pa, jangan dipaksa buat mengingat, demam kamu baru aja turun," ujar Mika. "Rara udah bangun, Mama keluar sebentar ya, tadi ada pesen sama Rei buat nyariin sarapan Ryu. Takut Rei nyasar," katanya. "Iya Bu," jawab Rara. "Maaf kalau saya ngrepotin," sesalnya. "Enggak Sayang, jangan sungkan. Mama keluar dulu yaa, yang akur sama Abang," pamit Mika seraya beranjak keluar dari kamar perawatan Rara. Tepat setelah Mika menutup pintu, Ryu keluar dari kamar mandi. Ia nampak canggung saat menyadari bahwa Rara sudah membuka mata dan tengah menolehnya. "Gimana? Udah enakan?" tegur Ryu sambil berpura-pura sibuk mengenakan gelang yang tadi dilepasnya. "Sudah Pak," balas Rara. "Maaf gara-gara saya kita jadi telat naik ke kebun," sesalnya. "Nggak pa-pa, saya masih bisa kerja dari sini juga," kata Ryu santai. Ia sisir rambutnya dengan jemari sa
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status