Share

56. Sosok Yang Sama

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 19:37:24

Rara menarik napasnya beberapa kali, mengembuskannya kuat-kuat. Jika tadi adalah mimpi, kenapa rasanya nyata sekali? Apalagi saat melihat ke arah lelaki ini, hati Rara menghangat. Hanya dengan memandang Ryu seperti ini saja ia merasa tenang. Ryu memang tidak pandai bicara, ia bukan seseorang yang pintar menghibur dengan kata-kata. Namun soal act of service, Ryu juaranya, bahkan melebihi kebucinan Rain pada Mika, orang tuanya. Rasa-rasanya, semua beban yang Rara tanggung di dalam hatinya sedikit terangkat ketika ia bersama Ryu.

"Bapak nggak bangunin saya?" tegur Rara yang sudah turun dari mobil, mengagetkan Ryu.

"Mana mungkin, kamu ngorok gitu tidurnya," ucap Ryu menahan senyum.

Spontan Rara menutup mulutnya, malu, "Apa iya Pak? Ih, saya jarang ngorok padahal," desisnya.

"Nyatanya emang begitu, mana tega saya bangunin," ucap Ryu. "Kita nanti makan sahur di sini, baru balik lagi ke kebun," ujarnya.

"Emang di si
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   57. Kekhawatiran Terbesar

    "Saya ganti baju dulu, kamu kalau mau sahur duluan, duluan aja," ucap Ryu sambil membuka satu per satu kancing kemejanya. Setelah memeluk Rara di pantai untuk menenangkannya, Ryu mengajak Rara pulang ke pondok milik Amang Rimang yang memang sudah disiapkan. Menu makan sahur sudah tersedia, ada air hangat untuk mandi dan tempat tidur yang nyaman. Lokasinya masih di sekitar pantai meski tak terlalu dekat dengan bibir pantainya. "Gara-gara saya, baju Pak Ryu jadi basah," sesal Rara. Sebuah kata singkat, tapi bermuatan perhatian. "Nggak pa-pa, saya bawa ganti," ucap Ryu melepas kemejanya dan bertelanjang dada dengan santainya di depan Rara. Kini, Rara bisa melihat dengan jelas tulisan di dada Ryu itu. Tertera tulisan "LEMBAYUNG" kecil dengan dua garis pendek yang mengapitnya. Ryu cukup percaya diri karena yakin bahwa Rara tak mungkin membaca tulisan permanen di dadanya itu. "Lembayung ...," desis Rara lirih. Gerakan Ryu yang tengah mengambil handuk kecil di atas nakas terhenti

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   58. Kegilaan Ini

    "Pak," Rara susah payah menelan nasinya. "Saya takut kalau semua yang Ibuk bilang itu bener," lirihnya. "Kenapa takut? Ada saya," jawab Ryu sederhana. "GM nikahin perempuan bekas orang banyak, apa nggak memalukan?" "Biasa aja," Ryu mengedikkan bahunya santai. "Saya tidur dulu bentar, ngantuk," pamitnya kabur, tak menghabiskan makanannya. Rara mengangguk, dihelanya napas panjang seraya menatap punggung tegap Ryu yang akhirnya berbaring nyaman di sofa panjang. Sambil memberesi bekas piringnya bersama Ryu, sesekali Rara menoleh calon suami tampannya. Ryu yang istimewa dan luar biasa, si canggung yang sangat perhatian terhadapnya, si pemilik gengsi seluas samudra.Berbeda dengan Ryu, Rara yang sudah tidur sepanjang perjalanan menuju pantai, justru terjaga hingga adzan subuh berkumandang. Ia memilih untuk duduk di depan pondok, sesekali memainkan ponselnya yang mulai panas karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   59. Kenal Sebelumnya

    Rara akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Ryu tak mau ambil resiko, ia memilih untuk kembali ke Sampit, menghubungi Mika dan meminta Rara dirawat karena sang PA demam tinggi dan tak sadarkan diri. "Mama nggak akan tanya kenapa Abang bisa sampe Seibakau sama Rara. Kalian udah sama-sama dewasa, udah mau nikah, jadi Mama nggak mau tau. Yang Mama nggak ngerti, kenapa bisa tiba-tiba demam?" desis Mika yang menemani Ryu menunggui Rara di kamar perawatan. "Akhir-akhir ini, kayaknya dia terlalu maksa dirinya sendiri buat ngingat kejadian masa lalu. Bu Endah sengaja ngomong soal kejadian traumatis itu Ma, Rara jadi sering kepikiran. Dan dia dapet potongan kenangan pas ada aku di dalamnya," desis Ryu meraup wajahnya kalut. "Semua kenangan tentang kejadian nahas itu, Rara inget?" tanya Mika. Ryu menggeleng, "Kayaknya cuma potongan-potongan aja, Ma. Belom secara keseluruhan," katanya. "Oke," Mika menghela napas panjang, ia usap pundak anak sulung tampannya. "Kita harus siap buat momen i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   60. Sejauh Apa?

    "Iya, waktu itu di SMP ada acara sosialisasi dari OSIS, Rara ketua OSIS-nya," ungkap Mika jujur. "Saya nggak ingat," desis Rara sedih. "Nggak pa-pa, jangan dipaksa buat mengingat, demam kamu baru aja turun," ujar Mika. "Rara udah bangun, Mama keluar sebentar ya, tadi ada pesen sama Rei buat nyariin sarapan Ryu. Takut Rei nyasar," katanya. "Iya Bu," jawab Rara. "Maaf kalau saya ngrepotin," sesalnya. "Enggak Sayang, jangan sungkan. Mama keluar dulu yaa, yang akur sama Abang," pamit Mika seraya beranjak keluar dari kamar perawatan Rara. Tepat setelah Mika menutup pintu, Ryu keluar dari kamar mandi. Ia nampak canggung saat menyadari bahwa Rara sudah membuka mata dan tengah menolehnya. "Gimana? Udah enakan?" tegur Ryu sambil berpura-pura sibuk mengenakan gelang yang tadi dilepasnya. "Sudah Pak," balas Rara. "Maaf gara-gara saya kita jadi telat naik ke kebun," sesalnya. "Nggak pa-pa, saya masih bisa kerja dari sini juga," kata Ryu santai. Ia sisir rambutnya dengan jemari sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   61. Kekalutan Mendadak

    Ryu memilih bungkam, ia biarkan Rara tetap dalam rasa penasarannya tanpa jawaban. Sampai mereka naik ke kebun malam harinya pun Ryu hanya bicara seperlunya, tak menanggapi pertanyaan Rara yang terus mendesaknya. Dua hari setelahnya ketika bertemu untuk bekerja, Rara masih dengan pertanyaan yang sama. "Gelang jelek yang kamu hina itu, gelang itu juga buatan kamu," jawab Ryu setelah terdesak. "Kenapa saya buatin gelang itu buat Bapak? Bapak pesen ke saya gitu?" tanya Rara tak puas hanya dengan jawaban singkat. "Azura," Ryu mendesah lirih. "Seminggu lagi kita nikah, sampe kapan kamu mau ngeributin masalah ini?" Rara terdiam, ia basahi bibirnya tanpa berani menatap wajah Ryu. Kekosongan pikirannya membuat ia lebih agresif menuntut penjelasan. Terlalu banyak yang tidak Rara ketahui dan lupakan. Ia kesulitan mencari tahu jawaban potongan ingatan yang terus berputar di kepalanya. Sosok Ryu yang tak henti muncul dan terus-menerus ada di dalam potongan ingatannya membuat Rara semak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   62. Lamaran Terselubung

    Sorot mata Ryu yang tadinya memilih untuk mencari fokus pada storage tank di kejauhan sana beralih menatap Rara. Betapa rasa sakit yang Rara tanggung tercermin dalam mata indah Ryu yang berkaca. "Saya cuma menyesalkan kenapa Pak Ryu nggak bilang ke saya soal pertemuan dengan Ibuk," ujar Rara masih tersenyum simpul. "Karena sejauh ini saya taunya Pak Ryu selalu membela saya, ada di pihak saya." "Kamu pikir saya bakalan ngejebak kamu bareng ibu tiri kamu?" tebak Ryu. "Saya hampir gila karena lupa sama kenangan lama saya. Di saat saya berusaha buat ngingat itu semua, fisik saya menolaknya. Saya takut Pak," gumam Rara gelisah. "Saya minta maaf," lirihnya lalu meraih jemari Ryu dengan berani. "Maaf udah sempat meragukan kebaikan Pak Ryu dan keluarga," tambahnya. Ryu membasahi bibirnya beberapa kali, ia tatap Rara sebelum akhirnya mengangguk lemah. Tangannya yang tadi diraih Rara terangkat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   63. Pujian Dari Hati

    "Pak, maaf lahir dan batin ya," kata Rara begitu masuk ke dalam mobil Ryu. "Hem," balas Ryu. "Saya juga minta maaf," ujarnya. "Kamu turun sama siapa kemarin?" Persis setelah hari raya, Ryu dan Rara baru bertemu hari ini, lebaran hari ketiga. Rencananya, setelah menghadiri resepsi pernikahan David sang adik tiri, Rara akan bertemu keluarga Ryu di Sampit, merayakan lebaran bersama mereka sekalian fitting baju pengantin untuk terakhir kalinya. "Bareng Arum Pak, kami motoran, terus daripada saya naik lagi kan, ya udah saya nginep di perumahannya dia sekalian," ujar Rara. "Kenapa nggak bilang kalau udah di Sampit dari kemarin?" "Kan masih libur kerja Pak, iya kan?" gumam Rara polos. "Ssh," Ryu meringis gemas. "Iya, masih libur," desahnya mengalah. "Maksud saya, kalau masih libur kan Bapak nggak terlalu butuh saya sebagai asisten, jadi saya pikir nggak perlu ngabarin Bapak," terang Rara. "Kita nikah seminggu lagi kan ya, Azura?" "Iya Pak. Ambil hari Sabtu ya Pak ya?" jawab Rara pol

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   64. Menyerahkan Diri

    "Biar aja saya dibilang buta hejo, kamu timun emasnya," desis Ryu. 'Aku begitu karena nggak mau ada satu pun manusia yang berani menyakitimu, Azura. Kubuat benteng tinggi di sekitarmu dengan sengaja.' "Bukannya dimakan saya malah dijadiin istri ya Pak?" Rara tertawa. "Iya," Ryu ikut tertawa. "Ayo, kayaknya akadnya udah selesai," ajaknya sebelum turun dari dalam mobil, mengenakan kacamata hitamnya. Beberapa tamu undangan tampaknya juga ada yang baru hadir, mereka mengisi buku tamu. Sedangkan Ryu dan Rara ikut mengantre bersama mereka, benar-benar tak menunjukkan bahwa mereka adalah anggota keluarga salah satu mempelai. "Biasanya, acara bakalan sampe malem Pak," bisik Rara setelah Ryu tanpa ijin menggenggam tangannya. "Nggak capek apa pengantennya?" tanya Ryu kaget. "Capek. Tapi nanti ada istirahatnya, kayak pas jam-jam salat, sambil ganti kostum," terang Rara balas menggenggam erat jemari Ryu k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01

Bab terbaru

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   83. Kehidupan Setelah Menikah

    "Saya langsung mandi dulu ya Mas, masaknya makan malam habis mandi nggak pa-pa?" tanya Rara saat ia dan Ryu tiba di rumah dinas hampir pukul 8 malam. "Mandi aja dulu, saya nggak terlalu laper," balas Ryu sekenanya. Bukan apa-apa, mereka tengah membangun komunikasi seperti biasanya setelah tadi mereka berciuman lagi dan terlibat suasana canggung tak berkesudahan. Rara hanya membalas pertanyaan Ryu singkat-singkat, pun Ryu yang bingung harus bertanya apa lagi untuk menghidupkan suasana. "Mau saya siapin air hangat untuk mandi?" tawar Rara sebelum masuk ke kamarnya. "Ini Kalimantan, Azura. Nggak lagi hujan juga, tambah gerah saya kalau kamu suruh mandi pake air hangat," kata Ryu seraya menggeleng. "Kalau capek istirahat aja, nggak usah masak, saya bisa pake lauk yang kamu masak tadi pagi," ujarnya manis sekali. "Nggak capek kok Mas, sayang ini dibawain ikan segar kalau nggak digoren

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   82. Provokasi Semanis Madu

    Wajah pias Rara yang tadi hampir digenangi air mata, sontak mengukir senyum lega. Ryu memang tidak banyak bicara, jarang memberi Rara afirmasi positif lewat ucapan. Namun, sekali berucap, damage-nya maksimal, meruntuhkan kemelut di hati Rara secara total. Pesona Ryu ini membuat Rara tak sadar bergeser mendekati sang suami, tatapannya tak lepas dari wajah tampan yang tengah menyesap rokoknya itu. Diremasnya lengan Ryu lembut, membuat sang suami reflek menolehnya. "Mas nggak cuma green flag tapi udah level rainforest," puji Rara tulus. Ia berjinjit untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan Ryu. Lalu, dikecupnya pipi Ryu lembut, lama, dengan segenap perasaan yang berkecamuk di dadanya. Rokok yang masih menyala separuhnya itu lolos dari jemari Ryu dan jatuh di parit mengalir saat bibir Rara menyentuh pipinya. Otomatis, lengannya berganti melingkar di pinggang indah Rara, mengunci sang istri agar tetap menempel padanya.

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   81. Tak Akan Terjadi

    "Langit Kalimantan nggak pernah mengecewakan," gumam Ryu saat turun dari mobil. Kini, ia dan juga Rara tengah meninjau lahan yang baru selesai dilakukan proses replanting. Ia sengaja pergi menyetir sendiri dengan Rara sementara Jaka menunggu di kantor Mina Utama. "Bagus ya Mas view-nya," ucap Rara menghirup udara dalam-dalam, matanya terpejam. "Pekerjanya udah pada pulang, jam 4 soalnya," desis Ryu celingak-celinguk. "Iya, sepi banget," ucap Rara membenarkan. Suasana kebun di sore hari dengan pemandangan langit biru nan bersih itu memang sangat memanjakan mata. Tanah laterit khas perkebunan kelapa sawit yang berwarna merah nampak kontras dengan warna langit dan hamparan hijau tanaman baru. "Habis ini, di Agrorei yang Blok L juga bakalan ada replanting," ucap Ryu menyalakan rokoknya. "Tapi view-nya nggak akan secantik ini," desisnya. Rara hanya memberi senyuma

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   80. Semesra Pasangan Muda

    "Maaf kita jadi telat makan siangnya," sesal Ryu tanpa menatap istrinya. "Nggak pa-pa, Pak," balas Rara ikut membuka bekal makanan yang dibawanya. "Kan sama-sama telat," tandasnya. "Jaka saya suruh beli makan di kantin," lapor Ryu otomatis, seperti berbicara pada istri yang sudah lama sekali dinikahinya. "Iya Pak," gumam Rara. "Masih enak kan mangutnya? Nggak bau?" "Masih," jawab Ryu sambil mengunyah. "Kapan-kapan bikin kroket lagi, enak itu," katanya. "Mas suka?" tanpa sadar, senyuman Rara melebar. "Dari semua makanan buatan kamu, kroket itu favorit." "Besok kalau libur kerja, saya bikinin." "Oke," Ryu manggut-manggut. "Mangutnya juga enak," pujinya tulus. Sepanjang tinggal di kebun dan bekerja sebagai GM, ini kali pertama ia makan bekal yang dibawa dari rumah. Biasanya, ia akan mengajak Jaka makan di luar ketika jam makan siang

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   79. Mau Lagi?

    "Kamu gila?" desis Ryu saat melihat Rara justru duduk di kursi penumpang depan mendampingi Jaka yang menyetir. "Mbak Rara masih kagok kayaknya, lupa kalau udah jadi Nyonya GM," kekeh Jaka. "Ah," Rara menelan ludahnya gugup. Cepat-cepat ia berpindah tempat, masuk ke kursi penumpang di belakang bersama Ryu. "Maaf," ujarnya lirih. "Ayo jalan Mas," ujar Ryu pada Jaka. "Siap Pak!" jawab Jaka seraya melajukan mobil keluar dari parkir perusahaan, melintasi tanah laterit khas kebun yang sudah mulai berdebu karena tak ada hujan. Sepanjang perjalanan, Rara yang biasanya cerewet dan senang mengobrol dengan Jaka, kali ini bungkam. Di kepalanya masih terbayang bagaimana tadi ia dan Ryu berciuman. Melirik ke arah Ryu saja ia benar-benar tidak berani, darahnya akan berdesir hebat saat matanya menatap bibir Ryu yang penuh goda. Berkali-kali Rara merutuki dirinya sendiri, ia yang bodoh karena mengira Ryu tidak akan mau menyen

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   78. Tindakan Yang Sangat Provokatif

    "Saya cantik nggak sih Mas?" ulang Rara ngeyel. Ryu menegakkan kepalanya dan sengaja menatap sang istri, "Cantik," katanya. "Menarik nggak?" tanya Rara lagi, mengejar jawaban. "Kamu kenapa sih? Salah makan?" "Mas," sejenak Rara memberi jeda, ia menjernihkan tenggorokannya dengan berdehem. "Kenapa kita nikah?" desisnya. "Apalagi ini?" desis Ryu memejamkan mata gemas. Ia sudah bisa menebak bahwa Rara pasti mendengar suara sumbang dari luaran sana. "Ketemu sama siapa kamu? Dari mana barusan?" tanyanya menginterogasi. "Awalnya saya ngerasa mungkin emang saya nggak cukup menarik di mata Mas, apalagi kita ada di level yang berbeda," desah Rara menengadah. "Tapi, omongan orang-orang barusan menyadarkan saya. Saya nggak boleh berharap apapun pada pernikahan ini, apalagi berharap sama Mas. Saya yang nggak punya memori apapun soal kita di masa lalu. Mas, saya ini bekas ya kan?"

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   77. Kebenaran Tentangnya

    "Pengantin baru, auranya beda nih," goda Mbak Din, penjaga kantin perusahaan. "Tambah seger ikam, Ra," puji Ira dari divisi purchasing. "Keramas nggak tadi sebelom berangkat?" kekeh Hilda yang duduk di samping Ira. "Nggak nyangka emang beneran ada main kalian ini," desisnya terdengar sumbang. Entah sengaja bercanda atau memang iri pada keberuntungan Rara. "Langsung level GM lho ini yang mau, nggak nyangka kan?" sahut Ira. "Mbak Ira kok gitu ngomongnya," tegur Mbak Din. "Enggak Mbak, aku cuma seneng aja. Kan rumornya Rara sama Pak GM itu dulu jelek, dibilang Rara yang ngegodain Pak GM sampe ada yang ngomongin kalau Rara pake pelet," terang Ira. "Maaf ya Ra," ia toleh Rara yang bungkam. "Isunya Pak GM kan angkuh, galak, dan anti perempuan. Pas sama Rara, dia protektif banget, makanya banyak yang penasaran. Tau-tau, ada rencana nikah nih mereka. Kan heboh Mbak," tandasnya. "Iya, dipikir sama para

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   76. Falling Slowly

    "Boleh, saya nggak ngelarang," jawab Ryu. "Tapi pas hari libur, nggak boleh kalau pas hari kerja. Hari kerja, kamu milik saya!" "Hari libur juga saya udah jadi miliknya Mas." "Beda konotasinya, Azura," desah Ryu sabar. "Ayam goreng separuh aja, sama mangut lais-nya mau saya," ujarnya. Senyum Rara terkembang cantik, senang bahwa usahanya membuat sarapan benar-benar mendapat penghargaan dari sang suami. Apalagi saat Ryu memakan masakannya itu tanpa protes, nampak sangat menikmati dan lahap sekali. "Siapin buat bontot sekalian, ayam goreng sama bacem tahu tempenya," pinta Ryu setelah ia tuntaskan isi piringnya. "Iya, pake sayur nggak Mas?" tawar Rara. "Boleh," balas Ryu. "Kamu udah mandi kan? Ayo, siap-siap ngantor, jalan setengah jam lagi!" ajaknya. Rara mengangguk, buru-buru menyelesaikan sarapannya. Ia siapkan dua kotak makan kembar, kado pernikahan dari para karyawan dan kemudia

  • CINTA UNTUK GADIS TERNODA   75. Semanis Embun Pagi

    Pagi hari pertama Rara di rumah Ryu, ia bangun sebelum adzan subuh. Penuh semangat, ia memasak perdana di dapur sang suami sebagai nyonya rumah, bukan seorang PA yang membawakan masakan untuk atasannya. Sengaja memasak beberapa menu lauk yang kemarin dibelinya di Kampung, Rara takut Ryu tidak suka dengan masakannya. "Lagi mandi ternyata," desis Rara saat ia selesai memasak dan berniat membangunkan suaminya. Ryu sudah lebih dulu masuk ke kamar mandi saat Rara masuk ke dalam kamar sang suami. Ini kali pertama Rara masuk ke ruang privat Ryu, meneliti isi di dalam kamar yang sangat rapi dan minim perabotan itu. Ryu bahkan sudah merapikan ranjang dan melipat selimutnya. Jadi, Rara seperti tidak memiliki celah untuk melibatkan diri dalam ruang pribadi Ryu. "Ah, dia belom nyiapin baju," desis Rara tersadar. Lantas, Rara membuka satu-satunya lemari yang ada di dalam kamar itu. Baju-baju Ryu tergantung wangi dan rapi di dalamnya. Sekat pertama untuk baju kerja dan sekat kedua adalah baju

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status