Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

11. Tersebar Kabar Pernikahan

Setelah mengusir Rara dari kamarnya karena kelepasan bicaranya semalam, Ryu sengaja tidak mengganggu Rara sampai pagi harinya. Ia biarkan sang asisten menikmati istirahatnya dalam rasa penasaran. "Jadwal kita cuma ke kantor perwakilan hari ini, Pak," sambut Rara begitu Ryu keluar dari kamarnya sudah dengan pakaian rapi. "Kita ke citymall setelahnya," ucap Ryu singkat. "Bapak mau belanja?" "Mandi," balas Ryu asal. "Hah? Emang bisa ya Pak mandi di sana?" gumam Rara polos sekali, susah payah ia imbangi langkah lebar Ryu yang sudah mendahuluinya. Langkah Ryu terhenti seketika, dihelanya napas panjang, "Tidur di sana juga boleh kalau kamu mau," tandasnya gemas. "Oh," Rara manggut-manggut. "Saya tidur di sini aja deh kalau Bapak tidur di citymall, n
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

12. Ijinkan Aku Membuktikan

"Baru tadi pagi ja, kaget juga aku nah. Tapi belum banyak yang komentar, maklum masih jam kerja kan, jadi belom banyak yang buka grup. Selamat ya Dek," ungkap Lia tulus. "Hah? I, iya, Kak," kata Rara reflek, ia manggut-manggut ragu. "Selamat repot, undangannya harus sampe aku juga ya," ujar Lia membuat syarat. "Keluar dulu," pamitnya seraya melambai, meninggalkan Rara yang kebingungan. Sepeninggal Lia pergi keluar ruangan, Rara meraup wajahnya berkali-kali, menjambak rambutnya sendiri. Kegalauan kembali menyelimuti seisi kepalanya. Bersamaan dengan itu, Ryu keluar dari dalam ruangan Gunawan, wajahnya selalu dingin tanpa ekspresi. "Kita ke citymall," putus Ryu tanpa menatap wajah bingung Rara. "Bapak nggak ikut grup karyawan pabrik?" tanya Rara sembari mengimbangi langkah Ryu menuju parkir mobil. "Kenapa? Berita soal saya yang mau meni
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

13. Saya Serius

"Saya nggak minta kamu diem, tapi malah kamunya diem, aneh," kritik Ryu. Pasalnya, sejak pulang dari kunjungan ke citymall sore kemarin, Rara memilih membisu, berbicara sekenanya. "Saya pusing banget, Pak," balas Rara singkat. Ryu tampak menghela napas, "Masih soal yang heboh di grup WA? Perlu saya komentar untuk klarifikasi?" tawarnya merasa tak nyaman juga jika Rara mendiamkannya seperti ini. "Bapak mau komentar yang gimana? Nanti kalau makin parah rumornya gimana?" sambut Rara panik. "Kalau gitu, saya bersikap masa bodoh aja ya?" "Bukannya biasanya gitu ya Pak?" tembak Rara menohok. "Ya?" Ryu menoleh, mau tidak mau, spontan ia menarik kaki dari pedal gasnya hingga laju mobil yang tengah dalam perjalanan menuju ke kebun itu melambat. "Seharusnya Bapak bisa bersikap masa bodoh sejak awal. Sekarang udah kepalang basah dan ayah saya juga udah denger soal rumor itu. Dan Pak Ryu tau
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

14. Jangan Harap, Azura

Hening. "Orang-orang tipe kayak temen dan ibu tiri kamu itu nggak akan cukup ngedenger penjelasan kenapa kamu ada di kamar saya malam kemaren. Mereka perlu dikasih pelajaran biar nggak terus berusaha memojokkan kamu, juga memukul telak harga diri saya. Oke, soal menikahi kamu, itu memang spontan keluar dari mulut saya, tapi saya sudah bilang akan bertanggungjawab atas apa yang saya ucapkan. Saya pantang menarik kata-kata saya, Azura." "Pak Ryu, Bapak tau kenapa saya cerita soal kehidupan saya? Saya ini rumit lho Pak. Saya bukan tipe alpha woman, independent apalagi." Ryu tak langsung memberi tanggapan, ia melepas kacamata hitamnya dan memilih untuk menatap Rara tajam, "Saya nggak peduli dengan latarbelakang kamu, masa bodoh dengan itu!" tegasnya. "Saya tau Pak Ryu bakalan jawab begitu. Tapi tolong Pak, jangan dengan menikah. Jangan menjerumuskan diri Bapak sendiri!" pinta Rara. "
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

15. Tidak Terselamatkan

Setelah Ryu dan Rara kembali ke kebun dan bekerja di keesokan harinya, rumor pernikahan yang sebelumnya menyebar kencang melalui pesan grup itu perlahan meredup. Rara setidaknya bisa lebih tenang bekerja, meski beberapa kali ia harus menemui pandangan iri dari banyak karyawan perusahaan yang lain. Ini membuat Rara sadar bahwa ada untungnya Ryu melarangnya untuk bergaul dan menimbrung sesama karyawan di jam istirahat siang, meskipun sebenarnya ada maksud yang lebih khusus dari itu. "Boleh saya tanya hal pribadi, Pak?" ucap Rara disela perjalanan pulang dari mendampingi Ryu mengunjungi anak perusahaan, Mina Utama. "Silahkan," balas Ryu singkat. Ia memilih fokus menatap layar ponselnya. "Nanti saja," ujar Rara lagi, urung bertanya karena ia tidak mau sopir pribadi yang tengah mengantar mereka ikut mendengar pertanyaannya. Ryu hanya mengedikkan bahunya sebagai tanggapan, tampak tak peduli meski Rara urung bertanya sekalipun. Se
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

16. Pasrah dan Menyerah

"Pa, Ma!" sapa Ryu sesaat setelah pintu ruangan terbuka dan Rain serta Mika nampak sudah duduk di sofa tamunya. "Abang!" sambut Mika, nyonya cantik yang selalu perhatian pada Rara melebihi pada anaknya. Ia peluk Ryu erat, melepas rindu. "Gimana Mina?" tembak Rain tanpa basa-basi. Ia adu kepalan tangan dari Ryu dengan kepalan tangannya pula sebagai bentuk sapaan yang sangat 'laki.' "Sejauh ini aman, Bos. Cuma ada beberapa wilayah kebun yang dua bulan lagi musti di re-plant," jawab Ryu. "Eh, Rara!" Mika mengintip di antara dua tubuh tinggi menjulang suami dan putranya, menyapa Rara. "Sini, sayang!" pintanya. Rara bergerak, ia menyeruak dua lelaki di depan Mika, lantas memeluk Mika dengan senyum yang ambigu. Jelas terlihat bahwa ia cukup khawatir akan diserang dan dicecar oleh Mika karena rumor yang beredar. "Kami ke sini karena Papamu katanya pengin ke Tanjung Puting. Ini cuma mampir kok," terang
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

17. Tentang Harga Diri

Ryu mengembuskan asap rokoknya ke udara, membuatnya berbentuk lingkaran kecil-kecil yang cantik. Terhitung sudah 3 batang rokok ia habiskan tanpa bicara apa-apa sementara Rara sesekali di sebelahnya mengusap air mata. "Gimana saya bisa menghindar lagi kalau Ibu sudah minta ketemu ayah saya besok sore, Pak," lirih Rara tersendat. Ryu tak langsung memberi tanggapan, jemarinya asik menjentik abu rokok ke asbak kantin yang sedikit menghitam pinggirannya itu. Ya, meski beberapa karyawan lain tampak menatap aneh pada keduanya, baik Rara maupun Ryu tak memiliki pilihan tempat lain untuk bicara berdua karena Mika dan Rain masih ada di ruang manager. "Sejak ayah kamu pensiun, informasi cuma beliau dapet dari ibu tiri kamu kan?" tanya Ryu. "Menurut saya, beliau belum denger soal ini," tambahnya. "Terus kalau nanti Ayah ketemu Bu Mika dan Pak Rain, apa nggak bakalan denger juga? Pak Ryu pikir B
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

18. Kesempatan Terbaik

"Azura," desah Ryu merasa bersalah. "Saya hanya akan menginjak-injak ibu tiri kamu, bukan kamu!" tegasnya meralat. "Maaf Pak, saya mau ketemu temen saya dulu," tunjuk Rara pada Arum, seorang guru yayasan yang nampak berjalan ke arahnya. "Boleh?" tanyanya. "Silakan, ini masih jam makan siang," ucap Ryu, ia memilih untuk pergi ke lain meja, menjauh dari Rara dan sahabatnya. Tampak Arum mengangguk sopan ke arah Ryu, melempar senyum. Seperti biasa, Ryu cukup mengedikkan dagunya sebagai balasan, sudah sangat dihafal oleh orang-orang di sekitarnya. Sang GM mungkin cukup penasaran dengan obrolan asistennya itu, tapi ia berusaha terlihat tak terlalu peduli. "Nggak ngasih tau kalau kamu lagi ngobrol sama si Tantrum," ujar Arum setengah berbisik, takut Ryu bisa mendengarnya. "Kami habis ketemu Pak Rain sama Bu Mika, ngobrolin soal nikah lagi," jawab Rara mengurut keningnya frustasi. "Seri
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

19. Sepengetahuan Ryu

Ryu menyesap kopi susu buatan Rara yang sengaja dihidangkan oleh sang asisten sebagai suguhan. Matanya terpejam sebentar, semanis dan seharum itu mahakarya Rara di kopi miliknya. Malam sudah hampir bertamu, mengganti senja yang kembali ke peraduannya saat Ryu datang mengantar Rara pulang ke rumahnya di kampung Borneo Capital. "Rara nggak ngasih kabar kalau Bapak mau datang, jadi kami nggak persiapan apa-apa ini Pak," ucap Darwis sangat hormat, ia tahu Ryu adalah anak tampan Rain yang kini menjabat sebagai General Manager di Agrorei Palm Oil Company. "Nggak pa-pa, saya sengaja datang mendadak," balas Ryu tenang. "Silakan Pak, dinikmati yang ada, kebetulan tadi saya habis menjala, ini ikannya masih segar," tawar Darwis ramah. "Masih banyak ikan di danau sekarang Pak?" tanya Ryu setelah mengangguk dan dengan senang hati menerima uluran piring dari Rara. "Ya walau kecil-kecil kayak ini, lumayan Pak kalau untuk ko
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

20. Sangat Berharga

Ryu mengangguk, "Itulah alasan utama kenapa saya pengin menikahi Azura. Bapak juga tau bagaimana ibu saya melindungi Azura selama ini, memastikan keselamatan dan kesejahteraannya. Bapak ragu dengan saya? Bukannya Pak Darwis yang paling tau gimana perasaan saya terhadap Azura?" ucapnya menuntut. "Saya hanya belum bisa mencerna kebaikan keluarga Pak Ryu yang luar biasa. Pak Ryu tau, anak saya tidak seperti perempuan lajang lainnya," ujar Darwis putus asa. "Dia berharga untuk saya," sambar Ryu. "Dan saya tau, Azura juga sangat berharga bagi Pak Darwis. Itulah kenapa saya sengaja datang ke sini, meminta secara pribadi untuk menggantikan tugas Bapak dalam menjaga dan melindungi Azura." "Pak Rain dan Bu Mika?" gumam Darwis sangsi. "Semua sudah atas ijin dan restu mereka. Besok sore, ibu saya mengundang Pak Darwis untuk makan bersama, saya ke sini adalah untuk sekalian menyampaikan undangannya," balas Ryu. "Saya sud
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status