Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Chapter 21 - Chapter 30

116 Chapters

21. Kecanggungan Yang Merebak

"Saya tau Pak Ryu bakalan bilang gitu," Rara mendengus, ia sudah duduk di kursi penumpang mobil Ryu. Mereka dalam kembali ke arah pabrik, pulang ke rumah dinas Rara. "Lhoh? Saya salah? Kan emang kamu berharga, bisa keteteran kerjaan kantor saya kalau kamu nggak ada. Siapa yang bakalan ngatur jadwal dan lain-lain," bahas Ryu tak ingin Rara tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Jemarinya sibuk mengutak-atik music player di dashboard, sarana lari dari cecaran pertanyaan Rara. "Nikah itu bukan perkara gampang, mana bisa saya tinggal serumah sama buta hejo yang hobi tantrum? Serius 24 jam penuh saya nggak bisa lepas dari Pak Ryu?" gumam Rara kelepasan. "Buta hejo tantrum? Kamu kayaknya lagi mabuk perjalanan ya Azura?" Spontan, Rara menutup mulutnya, ia nyengir kuda ke arah Ryu yang menatapnya sedingin salju di kutub utara. Buru-buru Rara melempar pandangannya dari Ryu, kikuk. Ryu
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

22. Jika Menikah

"Rame-rame apaan itu?" tunjuk Ryu di blok perumahan dinas sebelah, tak jauh dari blok Rara. "Mungkin orang kumpul-kumpul, Pak," jawab Rara menduga. "Ada Mas Jaka," gumam Ryu, otomatis melangkah mendekat ke arah tunjukannya, sedikit buru-buru. "Iya, tumben rame banget gitu," ujar Rara bermonolog, ikut mengekor Ryu mendekat. "Ada apaan Mas?" tegur Ryu hingga banyak orang yang tengah berkumpul, menoleh. "Pak GM!" sambut Pak Hengky, sang chief security aktif di estate Sungai Merah tempat Rara tinggal. "Ada maling, Bapak," lapornya. "Maling?" desis Ryu kaget. "Ketangkep?" tanyanya. "Enggak Pak, kabur masuk ke kebun sawit. Susah kami ngejarnya soalnya cuma pake kancut, apalagi masuk ke kebun, sama kayak nyari jarum di j
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

23. Apa Tentangku?

Akhirnya, bukannya pulang dan beristirahat, Ryu justru bertahan di rumah Rara sampai tengah malam. Suasana di luar masih ramai karena adanya pencurian tadi, banyak orang-orang estate yang berjaga malam, melakukan ronda. Sementara Ryu sudah menghabiskan setidaknya 6 batang rokoknya ditemani kopi buatan Rara. Minuman yang sempat Ryu tolak sebelumnya itu akhirnya ia terima untuk menghilangkan kecanggungan. "Saya sebenernya mikir keras, Pak. Gimana kita bakalan nikah kalau Pak Ryu sendiri nggak punya perasaan terhadap saya," lirih Rara buka suara, membahas hal serius di antara hal receh yang dikatakannya pada sang GM. "Pak Ryu segalak dan seketus itu sama saya selama ini, saya takut kena KDRT," ungkapnya konyol. Mulut Ryu spontan melongo, ia berkedip-kedip syok. Pikiran Rara memang tidak bisa ditebak, lebih misterius ketimbang pikiran laki-laki. "Gimana, gimana? KDRT?" gumam Ryu melotot. "Kekerasan Dalam Rumah Tangga, gitu?" ulangnya tampak syok. "Maksud saya, ehm, iya gimana ya P
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

24. Berhadapan Langsung Dengan Saya

Rara tidak mengejar Ryu, ia memilih duduk diam di kursinya, merenungkan kalimat-kalimat yang Ryu lontarkan barusan. Seakan mereka sudah sangat dekat dulu, tapi Rara sama sekali tidak memiliki memori tentang itu. Apa yang sudah Rara lewatkan dan tak ia sadari? Bukankah mereka saling mengenal hanya sejak Ryu resmi ditunjuk Rain untuk menggantikan posisi sebagai GM di kebun? Lantas kenangan apa yang sempat Rara lupakan hingga Ryu memintanya untuk mencari kepingan masa lalu yang tak ingin diingatnya? "Azura, saya pamit pulang," suara Ryu menyadarkan Rara dari lamunan. "Ah, iya Pak. Saking fokusnya saya melamun sampe lupa Pak Ryu di depan dari tadi," kata Rara seketika bangkit dari kursi. "Pintu jangan lupa dikunci," pesan Ryu perhatian. "Awas besok telat!" ancamnya kemudian berbalik melangkah ke pintu depan. "Kalau saya telat ya Bapak yang tanggung jawab. Pak Ryu di rumah saya sa
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

25. Setulus dan Sebesar Itu

"Saya nggak mau kamu diremehin, nanti ganggu kinerja kamu," jawab Ryu. "Saya pulang dulu," pamitnya lagi. Rara tak menanggapi, ia iringi langkah Ryu hingga ke pintu depan. Suasana halte bus di dekat koperasi masih ramai oleh bapak-bapak yang berjaga, takut ada maling lagi. Sementara Jaka tampak sudah duduk manis di kursi kemudi mobil Ryu, rupanya Ryu meminta Jaka untuk mengantar pulang. "Kamu hati-hati, jangan lupa cek lagi pintu dan jendela sebelum tidur," pesan Ryu masih menyempatkan diri untuk berbalik ke arah Rara. Tatapannya pada Rara terlihat seperti tak tega untuk pulang meninggalkannya. "Iya Pak," jawab Rara mengangguk. "Kenapa Pak? Ada yang ketinggalan?" tanyanya seolah tahu sorot teduh mata Ryu yang tidak seperti biasanya. "Aman kan ya Mas, ini?" bukannya menjawab Rara, Ryu justru menoleh Jaka. "InsyaAllah aman Pak. Banyak yang begadang untuk berjaga j
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

26. Ryu dan Cinta Pertamanya (1)

-Sekolah Menengah Pertama Swasta Harapan Kita, Yayasan Agrorei Palm Oil Company, Central Kaimantan-12 tahun silam ...- "Cemberut gitu anak Mama," gumam Mika yang sudah siap turun dari mobil tapi Ryu, anak tampannya yang kini beranjak dewasa masih saja menekuk wajah. "Kalau ini bukan Mama yang minta, aku ogah ke sini ya Ma," kata Ryu mendengus lemah. "Kenapa sih? Cuma 5 hari doang lho Bang, nanti abis dari sini, boleh liburan ke Jerman nyusul Raya," bujuk Mika, menyebut anak keduanya sambil tersenyum sangat cantik. Awet menjadi Ketua Yayasan, Mika setidaknya aktif mengurus sekolah dan membantu memfasilitasi semua kebutuhan siswa di perkebunan bersama Rain. Perusahaan di Jakarta sana diurus dengan baik oleh Dila-kakak perempuan Rain, sementara Rain memimpin perusahaan sawit di kebun. Jadi, sebelum Mika siap mendampingi Rain hidup di Sampit tanpa harus bolak-ba
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

27. Ryu dan Cinta Pertamanya (2)

"Mas Ryu tunggu di sini dulu ya, temen-temen kelas 9 lagi dikumpulin di aula depan," kata Azura tetap menyungging senyum manis, menggoda Ryu untuk tak berpaling dari paras ayunya nan apa adanya. Memperkenalkan Ryu dengan dunia pendidikan yang digerakkan oleh yayasan memang sudah diusulkan Mika pada Rain sejak dulu. Harapannya, setelah Ryu lulus kuliah, si sulung siap untuk memimpin Raya dan Reiga, adik-adiknya mewarisi bisnis keluarga. "Ryu punya kemampuan PR yang bagus," bisik Mayang bangga sekali pada sang keponakan. "Duh, gantengnya kena ke bapaknya banget sih Mik," pujinya kesengsem. "Mbak, Cila terlalu tua buat Ryu ya," desis Narra tak melepas tatapannya dari sang anak tampan yang masih berbicara pada para siswa kelas 9 sambil memotivasi. "Heh!" Mayang melotot, "ada Jingga," kekehnya penuh kemenangan, menyebut kakak Cila, anak sulungnya.
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

28. Menyambutmu Tak Kembali

Desa Adat Bangkal, 12 tahun lalu... "Kamu sering nonton acara adat gini, Azura?" tanya Ryu sembari mengulur minuman teh kemasannya pada Rara. Rara menggeleng, "Jarang Mas, kalau lagi ada temen aja sih nontonnya. Atau ada klotok milik tetangga yang kebetulan memang mau menyeberang ke sini, kami sering ikut, nanti kami turun di dermaga, pulangnya nunggu tetangga itu juga. Kalau lewat darat kan jauh Mas. Ini aja kalau nggak dijemput mana bisa aku ke sini," terangnya melebarkan senyum. "Kalau nyeberang pake kelotok berapa lama? Sampe satu jam?" "Enggak, paling 20 menit juga sampe Mas," jawab Rara. "Mas Ryu mau coba?" tawarnya iseng. "Pengin, tapi waktuku di kebun terbatas. Besok udah harus balik ke Jakarta, lusa berangkat buat urus kuliah kan," cerita Ryu. "Ah iya, padat ya jadwalnya, Mas," gumam Rara. "Nanti kalau Mas Ryu liburan ke kebun lagi, cari aja aku Mas,
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

29. Kamu Nggak Akan Ngerti

Kebun Agrorei, Hari ini.... "Kenapa kamu nolak buat diadain resepsi di Jakarta? Kamu tau orang tua saya aktivitasnya lebih banyak di sana ketimbang di kebun, otomatis tamu mereka orang Jakarta semua," sebut Ryu setelah meminta Jaka mengantar ayah Rara pulang ke Borneo Capital. "Saya nggak mau bikin malu Pak Rain dan Bu Mika. Saya ini apa sih Pak," keluh Rara tergopoh duduk di kursi taman restoran. Mika dan Rain sudah langsung pergi menuju Pangkalan Bun, melanjutkan acara liburan mereka ke Tanjung Puting. Sementara Ryu dan Rara tinggal di restoran untuk sesaat, mengobrol konsep lamaran dan acara pernikahan yang akan digelar sederhana itu. "Kamu nggak punya konsep pernikahan impian?" tanya Ryu setelah menghela napas panjang. "Kenapa Bapak tanya begitu?" "Saya pikir kamu punya bayangan lain soal pernikahan kita. Pertama, saya bukan
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

30. Mimpi Yang Nyata

"Kalian mau nikah tapi nggak keliatan kayak orang yang pacaran ih," bisik Arum yang duduk di samping Rara. Hari ini, sekolah perusahaan kedatangan tamu dari Jepang. Ryu yang bertindak sebagai GM otomatis terlibat langsung dalam penyambutan dan sepaket dengan Rara, mereka mengunjungi sekolah dua jam sebelum tamu itu datang. "Diem ikam! Jangan ajak aku ngobrol masalah itu di sini," larang Rara galak. "Kenapa? Calon suami fresh amat kayak jeruk santang, segerrr!" "Arum!" Rara mendesis, "nanti aku ceritain soal pertemuan Ayah sama Pak Rain dan Bu Mika kemarin lusa, sekaligus niat Pak Ryu ngasih jujuran 1 milyar!" "HAH!" seru Arum seketika, membuat perhatian mengarah padanya. "Kubunuh ikam ni heh!" geram Rara kesal. "Kayak apa wujud uang 1 milyar itu Ra," gumam Arum takjub. "Jangan dibahas sekarang ya, Bu Guru!"
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
123456
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status