Home / Romansa / Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Kesempatan untuk Menjelaskan

“Ada apa, Kalen?” tanyanya, suara lembutnya memecah keheningan di antara mereka. Ia terheran-heran pada sikap pria itu yang akhir-akhir ini sering sekali mengusir orang-orang yang mencoba berbicara dengannya.Kalen menoleh, menatap Nadya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Ada luka di sana, tertutup oleh dinginnya ekspresi yang selalu ia tunjukkan.Ia menarik napas pelan sebelum akhirnya bersuara, nadanya terdengar datar namun menusuk.“Apa kau menjual kesedihanmu pada Mama, sehingga dia sangat percaya padamu?” tanyanya, lebih ke arah menuduh daripada sekadar bertanya.Nadya mengerutkan keningnya, jantungnya berdebar tak nyaman. “Kau … apa maksudmu, Kalen?” tanyanya, hatinya sedikit terluka dengan pertanyaan yang terasa seperti tuduhan itu.Kalen tetap pada posisinya, pandangannya tajam. Sejenak, ia terdiam seakan menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan kata-katanya atau tidak. Akhirnya, ia memilih untuk berbicara.“Kau tahu? Hubunganku dengan Rania tidak dia restui, dan
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Debat Nala vs Eliza

"Apa yang kau lakukan pada Nadya itu sama saja dengan membunuh cucumu sendiri, Nala!" suara Eliza menggema di seluruh ruangan.Tanpa menunggu izin, ia melangkah masuk dengan mata membara, menghujam langsung ke arah Nala yang berdiri dengan angkuh di tengah ruangan.Nala mengangkat dagunya sedikit, memandang besannya dengan sorot mata yang penuh keangkuhan. Ia tidak tergoyahkan.“Apa kau ingin membiarkan Nadya melukai Melvin, Nyonya Eliza?” suaranya dingin, nyaris tanpa emosi. “Dia sudah pernah menyakiti anakku. Sebagai seorang ibu, wajar bila aku sangat membencinya!”Nada bicara Nala semakin tajam, seperti belati yang siap menghunjam lawannya. Namun, Eliza tidak mundur.“Tapi ini bukan tentang masa lalu yang melukai hatimu dan juga Kalen, Nala! Ini tentang masa depan Melvin!”Eliza menegakkan tubuhnya, tatapannya penuh keyakinan. “Dia harus mendapatkan ASI terbaik, dan hanya Nadya yang bisa melakukannya!”Seketika rahang Nala mengeras. Tangan kurusnya mengepal erat, kukunya hampir men
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Sebaiknya Periksa CCTV

Keduanya tenggelam dalam keheningan yang canggung setelah ciuman yang baru saja terjadi. Baik Nadya maupun Kalen tak tahu harus berkata apa.Nadya berusaha mengalihkan pikirannya dengan melipat pakaian-pakaian kecil milik Melvin, jemarinya sibuk merapikan tiap helai kain, namun benaknya masih terjebak dalam perasaan yang bercampur aduk.Sementara itu, Kalen hanya duduk di sofa dengan iPad di pangkuannya, namun layar yang menyala tidak benar-benar menarik perhatiannya.Pandangannya kosong, sesekali melirik Nadya dengan ekor matanya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi urung melakukannya.Melvin masih terlelap di atas bangsal bayi, napas kecilnya teratur, menjadi satu-satunya suara lembut yang mengisi ruangan selain dengungan pendingin ruangan.Mereka tetap diam.Hingga tiba-tiba suara langkah kaki tergesa terdengar dari luar.“Nadya!”Sebuah suara penuh kekhawatiran memecah keheningan, disusul dengan kehadiran seorang wanita yang langsung menghampiri Nadya dan tanpa ragu merengkuhn
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Mengungkap Sebuah Rahasia

"Katakan apa yang Mama katakan padamu, Nadya!"Suara Kalen terdengar dalam dan penuh tekanan, menembus ruang di antara mereka seperti pisau yang tajam. Sorot matanya lekat, menuntut jawaban dari wanita yang duduk di depannya.Nadya terdiam. Seperti seekor burung kecil yang terpojok, ia menundukkan kepala, jemarinya saling menggenggam satu sama lain, memainkan ujung kukunya dengan gelisah. Matanya berkabut, dan napasnya terasa lebih berat dari biasanya.Kalen bisa melihatnya. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang dipendam Nadya—sesuatu yang selama ini menghantui wanita itu hingga memilih diam dan menerima segala perlakuan buruk dari ibunya."Nadya, apa kau ingin terus-menerus menyembunyikan sesuatu dariku?"Suara Kalen lebih rendah kali ini, lebih tenang, namun justru terdengar lebih menekan.Nadya perlahan mengangkat kepalanya. Matanya yang semula tampak kosong kini bergetar oleh ketakutan yang sulit ia sembunyikan."Tidak. Aku… aku hanya takut kau tidak percaya padaku, Kalen."Suara Nad
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Ada Sesuatu yang Disembunyikan

"Apa kau melihat bahwa sebenarnya Kalen juga tidak ingin kehilangan Nadya untuk kedua kalinya?" tanya Julian, matanya menatap lekat pada Shopia yang sedang sibuk dengan makanannya.Keduanya tengah duduk di salah satu sudut kafetaria yang cukup ramai. Hawa malam yang sejuk terasa menyusup dari jendela besar di belakang mereka, membawa aroma kopi dan pastry yang menggoda selera.Shopia terkekeh kecil, menaruh sendoknya sebelum menatap Julian dengan sorot mata penuh arti.“Tentu saja. Rania sering berbincang denganku jika Kalen masih sering menyebut nama Nadya ketika dia sedang mabuk.”Julian yang baru saja menyesap kopinya hampir tersedak. Ia menatap Shopia dengan ekspresi tercengang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“What? Are you serious?” ujarnya dengan alis terangkat tinggi.Shopia tertawa melihat reaksi Julian yang berlebihan. Ia mengambil cangkir vanila latte-nya, mengaduk perlahan, sebelum mengangguk mantap.“Yeah. Rania sangat lapang dada menerima bahwa
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Pengakuan Lily yang Mengejutkan

"Selamat malam, Nona Lily."Suara Julian terdengar begitu tenang, namun ada nada licik yang tersirat di dalamnya.Senyum kecil yang tersungging di bibirnya lebih menyerupai senyum misterius yang membuat bulu kuduk Lily meremang. Ada sesuatu yang terasa tidak beres dari cara pria itu menatapnya.Lily menelan ludah, langkahnya refleks mundur selangkah, tubuhnya tiba-tiba terasa kaku."Si—siapa kau? Ada urusan apa datang kemari?" tanyanya dengan nada gugup, matanya menatap ke kanan dan kiri, seolah mencari jalan keluar jika keadaan semakin berbahaya.Julian mengamati reaksi itu dengan tatapan penuh arti. Ia lalu mengangkat tangan dan meniupkan asap vape ke udara, membiarkan kepulan putih itu menguar di sekitar mereka, menciptakan atmosfer yang semakin mencekam."Aku akan memberitahumu ... jika kau mau bekerja sama denganku, Nona."Lily semakin tidak nyaman. "Aku tidak tahu siapa kau dan maksud kedatanganmu kemari untuk apa."Julian mendesah pelan, lalu menggelengkan kepalanya. "Baiklah."
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Rasa Kecewa Kalen yang Mendalam

“Apa?!” Mata Kalen membola, seolah hendak melompat keluar dari rongganya, mengisyaratkan keterkejutan yang begitu mengguncang relung kesadarannya.Informasi yang meluncur dari bibir Julian menghantamnya seperti gelombang pasang, membanjiri pikirannya dengan amarah yang nyaris tak tertahankan.Julian mengangguk pelan, sorot matanya teduh namun menyiratkan ketegasan yang tak terbantahkan.“Aku sudah merekamnya. Ini bukan sekadar dugaan kosong, Kalen. Fakta berbicara lebih lantang dari kemarahan kita.”Tangannya yang kokoh menyodorkan ponsel itu, layar hitamnya seakan menyimpan seribu luka yang akan segera menganga lebar.“Terserah padamu apakah ingin membawa ini ke ranah hukum. Tapi satu hal yang pasti, ibumu sudah melangkahi batas yang seharusnya tidak boleh dilewati.”Nadya, yang sejak tadi diam, merasakan dadanya sesak oleh beban yang mendadak terasa begitu berat.Udara di ruangan seakan mengental, menekan paru-parunya dengan ketegangan yang tak kasat mata. “Jadi... Nyonya Nala bena
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Memberi Peringatan pada Nala

Ketika pintu rumah terbuka, Kalen melangkah masuk dengan wajah penuh ketegangan. Napasnya sedikit memburu, menahan gejolak emosi yang sejak tadi berputar di dadanya.Begitu melihat ibunya duduk dengan sikap angkuh di ruang tamu, ia segera membuka suara tanpa basa-basi.“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” suaranya tegas, nyaris bergetar oleh emosi yang ditahannya.Nala yang tengah menikmati secangkir teh hanya melirik sekilas sebelum meletakkan cangkir itu di atas meja.Tatapan matanya datar, tak menunjukkan sedikit pun keterkejutan atas kedatangan putranya. Dengan nada dingin, ia bertanya,“Apa lagi yang ingin kau bicarakan, Kalen?”Kalen mengepalkan tangan, berusaha meredam amarah yang hampir meledak. Namun, ketegangan itu sulit dikendalikan.“Kenapa kau tega melakukan ini pada Melvin? Aku sudah tahu semuanya!” suaranya meninggi, sorot matanya menusuk tajam ke arah ibunya.Nala masih mempertahankan ekspresi angkuhnya. Ia menyandarkan tubuh ke sofa, kedua lengannya terlipat di de
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Menyesal Kenapa?

Pertanyaan itu membuat Nadya terdiam. Sekilas, matanya meredup, namun ia segera mengulas senyum kecil, meski senyum itu tak sepenuhnya sampai ke matanya.“Aku belum memikirkan soal itu, Julian.” Suaranya terdengar datar, namun penuh ketulusan. “Fokusku saat ini hanya pada Melvin. Aku ingin memberikan ASI yang terbaik untuknya.”Julian masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Nadya merasa bahwa pria itu masih menyimpan kata-kata lain yang ingin diungkapkan.“Andai ternyata Kalen lah yang mengajakmu menikah, apakah kau akan menerimanya?”Pertanyaan itu membuat Nadya terkejut. Sontak, ia terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepala dengan ringan.“Kalen? Tidak mungkin, Julian.” Nadya menghela napas, lalu melanjutkan, “Dia hanya… membutuhkan bantuanku demi Melvin. Tidak akan berniat menikahiku. Itu tidak ada dalam kamus hidupnya.”Julian menatapnya tajam, seakan tidak sepenuhnya setuju dengan jawaban itu. “Ada.” Suaranya terdengar m
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Penawaran Kalen

Senyumnya makin melebar saat melihat ekspresi Kalen yang seketika berubah. Mata pria itu sedikit menyipit, rahangnya menegang, namun dengan cepat ia menyembunyikan reaksinya dengan mendengus pelan."Aku tidak peduli, Julian." Kalen mengibaskan tangannya, mengusir pembicaraan itu begitu saja. "Sebaiknya kau pulang. Aku ingin istirahat. Hari ini sangat melelahkan."Julian mencebikkan bibirnya, lalu menggelengkan kepala dengan ekspresi pasrah. Baik Nadya maupun Kalen memang sama-sama keras kepala.Sama-sama enggan mengakui perasaan masing-masing. Atau mungkin, mereka memang sudah menutup hati?Tidak ada yang tahu, kecuali hati mereka sendiri.Akhirnya, Julian memilih untuk tidak memperpanjang percakapan. Ia berpamitan karena malam sudah semakin larut.Namun, Kalen tidak langsung pergi ke kamarnya. Setelah Julian pergi, langkahnya justru membawanya ke sebuah ruangan lain—kamar Melvin.Di dalamnya, Nadya masih terjaga, duduk di tepi ranjang kecil Melvin dengan wajah lembut yang diterangi c
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status