Pagi itu, Kalen tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen di ruang kerjanya yang sepi.Jemarinya menari di atas papan ketik, suara ketikan bergema di ruangan yang hanya ditemani denting jam dinding dan dengung lembut AC.Pintu diketuk pelan, lalu terbuka. Ferdy, mertuanya, masuk dengan langkah berat. Wajahnya tegang, matanya menyimpan kabar yang tak mudah disampaikan.“Kalen,” panggil Ferdy pelan.Kalen mendongak. “Pa?” Ia tersenyum tipis, lalu kembali pada dokumennya. “Ada apa, Pa?”Ferdy menarik napas dalam-dalam. “Aku harus memberitahumu sesuatu.”Kalen menghentikan ketikannya, menoleh. Sorot mata Ferdy membuatnya langsung merasa tidak enak.“Nala… ibumu… dia meninggal,” ucap Ferdy dengan nada pelan.Kalen terdiam. Kedua matanya membeku, wajahnya tak menampilkan ekspresi apa pun, tapi tubuhnya jelas menegang.“Kenapa… dia meninggal?” tanyanya pelan, nyaris berbisik. “Kecelakaan?”Ferdy menggeleng perlahan. “Bunuh diri. Di sel. Polisi baru mengabariku beberapa menit sebelum Nala dinya
Terakhir Diperbarui : 2025-04-19 Baca selengkapnya