Semua Bab Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku: Bab 101 - Bab 110

133 Bab

Sidang Putusan Jonathan

Satu bulan telah berlalu sejak kasus Jonathan mulai diproses di pengadilan. Waktu yang berjalan lambat, seolah tiap detiknya diukir dengan darah dan keringat. Hari ini, sidang putusan akhirnya digelar.Ruang sidang dipenuhi aura tegang, bagai aliran listrik tak kasat mata yang merambati setiap sudut ruangan. Kalen duduk di kursi pengunjung, jari-jarinya mencengkeram lututnya dengan erat, seakan takut kehilangan pijakan di dunia yang terasa begitu tak pasti.Ia tidak ingin kecolongan lagi seperti sebelumnya, saat laporan pertamanya hampir tak membuahkan hasil, tenggelam dalam lautan birokrasi yang dingin dan tak berperasaan.Kali ini, ia harus memastikan Jonathan mendapatkan hukuman yang setimpal. Matanya membara, memancarkan api dendam yang telah lama ia padamkan, namun tak pernah benar-benar mati.Pintu ruangan terbuka, dan hakim memasuki ruangan dengan langkah berat penuh kewibawaan.Palunya diketukkan ke meja, menciptakan dentuman nyaring yang seakan menggema di rongga dada Kalen.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Akan Memegang Janjimu, Nadya

"Amora?" Nadya terhenyak, matanya membulat ketika sosok itu muncul di ambang pintu rumahnya, seperti bayangan samar yang terbentuk dari embusan angin malam. "Kau?"Amora mengangguk perlahan, sehalus daun yang melayang ke permukaan danau yang tenang. "Bolehkah aku masuk?"Nadya mengerjapkan mata, seakan tak yakin bahwa ini nyata. Senyum tipis terbit di bibirnya, seperti bulan sabit yang enggan tenggelam. "Tentu. Silakan masuk."Langkah-langkah mereka menggema lembut di dalam rumah, seakan membisikkan cerita lama yang tak pernah benar-benar berakhir.Di ruang tamu yang diterangi cahaya kuning temaram, Nadya mempersilakan Amora duduk di sofa empuk berlapis kain beludru. Ia sendiri duduk di seberangnya, menatap tamunya dengan sorot mata yang ingin menguak rahasia yang mungkin tersembunyi dalam sorot redup mata Amora."Apa kau ingin bertemu dengan Melvin?" tanya Nadya, suaranya selembut hembusan angin yang menyusup di antara tirai jendela.Amora menggeleng pelan, hela napasnya melarikan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Apa yang Nala Lakukan?

"Aku akan kembali ke London untuk meneruskan cita-citaku di sana," ucap Amora, suaranya mengalun pelan, seperti hembusan angin senja yang menyelusup di antara celah dedaunan.Nadya, yang tengah menyeruput teh hangat di sampingnya, mendadak terdiam. Uap tipis dari permukaan cangkirnya melayang samar, seolah ikut membawa kepingan-kepingan kenangan yang perlahan menguap ke udara.Matanya menatap Amora, diam dan dalam, seakan ingin menangkap setiap makna tersembunyi di balik kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir sahabatnya.Setelah beberapa saat yang terasa lebih panjang dari seharusnya, Nadya bertanya dengan suara nyaris berbisik, "Apa kau tidak akan kembali dalam waktu lama?"Amora tersenyum tipis, senyum yang tak sepenuhnya cerah, seperti rembulan yang tersaput awan tipis. "Aku tidak yakin," jawabnya, suaranya bagaikan riak kecil di danau yang tenang."Tapi aku pasti akan mengabari kalian semua. Aku pasti akan merindukan Melvin, keponakanku."Nadya ikut tersenyum, namun ada soro
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Mengadu pada Kalen

"Dari mana kau tahu bahwa Rania ingin membuat Nadya dan Kalen bersama?” tanya Amora dengan nada penuh kecurigaan, suaranya mencicit tajam, membelah kesunyian di antara mereka, seperti kilatan petir yang menyambar langit gelap malam.Nala tampak membeku menatap Amora yang tiba-tiba saja ada di sana, tubuhnya seakan membatu, seakan jiwanya terjebak dalam suatu kabut yang tak terlihat. “Apa yang kau lakukan di sini, Amora?” tanyanya dengan nada datarnya, suara itu keluar begitu datar seolah mencoba menutup rapat-rapat gejolak yang mulai merembes dalam hatinya, tapi matanya, matanya seolah menceritakan sesuatu yang lain.“Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau di sini dan menyalahkan Rania? Apa salahnya jika Nadya dan Kalen masih sama-sama saling mencintai dan Rania ingin mengembalikan mereka?” Suara Amora terdengar lebih tegas, namun ada kegamangan di balik kata-katanya, seperti angin yang berdesir membawa kabar buruk dari kejauhan.Nala mengepalkan tangannya mendengarnya. Ia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Menemui Jonathan

“Apa maksudmu, Amora? Aku rasa, selama ini Mama sangat menyayangi Rania. Dan mungkin saat dia tahu Rania mencari tahu tentang Nadya, Mama kecewa padanya,” ucap Kalen, suaranya terdengar ragu.Kebingungan melintas di wajahnya, seperti seseorang yang baru saja disadarkan dari mimpi panjang yang menenangkan, namun kini dihadapkan pada kenyataan yang mengganggu.Amora tersenyum tipis, namun ada getir yang terselip di sana. “Dan kau berpikir bahwa ibumu menyayangi Rania layaknya mertua pada menantu?” Ia menggeleng pelan. “Kau salah besar, Kalen. Aku rasa, ibumu tidak tulus menyayangi kakakku.”Kalen terdiam, tubuhnya menegang. Kata-kata Amora menggema dalam benaknya, menciptakan celah dalam keyakinan yang selama ini ia pegang. “Aku tidak mengerti maksudmu, Amora,” katanya, suaranya lebih pelan, hampir seperti bisikan.Amora menghela napas panjang. Matanya menerawang, seperti sedang menggali kenangan yang dulu pernah ia abaikan. “Aku pernah melihat Rania menangis di pelukan Mama,” ucapnya l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Buku Diary Milik Rania

“Tentu saja tidak!” Jonathan langsung mengelak, suaranya terdengar tegas, hampir seperti ledakan kemarahan yang tertahan. Ia menggelengkan kepala dengan cepat, ekspresinya penuh ketidaksenangan atas tuduhan yang dilayangkan Kalen.“Aku dengannya memang sempat berdebat. Tapi, aku tidak pernah berniat menyabotase mobilnya karena bagiku itu tidak ada gunanya.” Rahangnya mengeras saat mengatakannya, matanya menatap tajam ke arah Kalen.“Sebab sebelum Rania memintaku menceraikan Nadya, aku sudah berencana melakukannya.”Kalen terdiam. Di dalam dadanya, sebuah ketidakpastian mulai muncul. Pikirannya berputar, mencoba memilah-milah mana kebenaran dan mana kebohongan dari mulut Jonathan.“Apa kau yakin?” suaranya lebih dalam, mencerminkan kecurigaan yang belum juga reda. “Siapa tahu kau menyuruh seseorang untuk menyabotase mobil Rania?”Jonathan menyunggingkan senyum tipis—senyum yang tak bisa diterjemahkan sepenuhnya oleh Kalen. Ada sesuatu di balik senyum itu, sesuatu yang entah itu penghin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Memberikan Bukti yang Selama ini Dicari

‘Nadya. Jika buku ini sudah ada di tanganmu, itu artinya aku telah berhasil membuatmu kembali pada Kalen. Aku sangat senang meski mungkin tak bisa melihatmu kembali pada Kalen.’Nadya menahan napasnya, jari-jarinya semakin erat menggenggam buku diary itu. Ada sesuatu yang begitu menyesakkan saat membaca tulisan Rania.Seolah… seolah Rania tahu bahwa usianya tidak akan panjang.Keningnya berkerut, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang semakin menyesak di dada. “Apa maksudmu menulis seperti ini, Rania? Apa yang kau ketahui sebenarnya?” gumamnya, suaranya lirih, hampir tak terdengar.Tangan Nadya bergerak dengan ragu, tetapi dorongan untuk mencari tahu lebih jauh membuatnya membuka lembaran berikutnya.‘Tolong sampaikan permintaan maafku pada Kalen karena tidak pernah bisa mencintainya sepenuh hatiku. Sebab di hatiku hanya ada nama yang telah pergi lebih dulu dariku. Aku hanya melanjutkan hidup dengan Kalen.’Hatinya terasa seperti diremas. Ia bisa merasakan kejujuran Rania yang terukir da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Menyerahkan Semuanya pada Eliza

“Aku tidak menyangka jika orang yang telah mencelakai Rania adalah ibuku sendiri,” lirih Kalen dengan suara serak setelah menonton beberapa rekaman rahasia yang Rania tinggalkan.Setiap potongan gambar, setiap kata dalam percakapan antara Rania dan Nala—ibunya—menusuk hati Kalen seperti belati. Matanya berkaca-kaca, tubuhnya nyaris tak bisa menopang kenyataan yang baru saja ia telan.“Mama hanya pura-pura baik di depanku, dan Rania menutupi itu semua…” lanjutnya pelan. “Dan mungkin inilah alasan dia mencarimu, Nadya.”Suara Kalen pecah. Ia menunduk, kedua tangannya mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan isak yang tak lagi bisa ia tahan.Napasnya tersengal di sela-sela tangisan lirih yang mulai tak terbendung.Selama ini ia berpikir bahwa ibunya, meski keras dan sering membuatnya kesal, tetaplah seorang ibu yang mencintainya.Tapi kenyataan yang terkuak justru jauh dari harapan—sosok yang ia panggil "Mama" ternyata adalah sosok yang mengoyak hidupnya dari balik bayangan.Ia telah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Terungkap Kembali

“Huft. Aku tidak menyangka jika Bibi Nala yang telah melakukan semuanya. Apa yang dia inginkan dari Kalen? Apakah dia ingin memiliki Kalen seutuhnya, tanpa ada yang memilikinya?” ucap Shopia sambil memeluk gelas kopi hangat di tangannya.Tatapannya menerawang ke luar jendela kafe, mencoba memahami kebusukan di balik wajah elegan seorang Nala.Kepalanya pelan-pelan menggeleng, menunjukkan rasa kecewa yang begitu dalam setelah mendengar semua cerita dari Nadya.Kafe yang mereka singgahi cukup tenang. Letaknya tak jauh dari kantor Kalen, tempat mereka baru saja mengantarkan berkas. Namun, suasana hatinya sama sekali tidak serupa dengan suasana kafe yang nyaman itu.“Jangan melamun, Nadya.” Shopia menyikut lengan sahabatnya dengan lembut.Nadya tersentak kecil dari lamunannya. Ia menoleh, lalu mengulas senyum yang begitu tipis—senyum yang menyimpan banyak kepedihan.“Aku memikirkan perasaan Kalen sekarang, Shopia…” ucapnya pelan, seperti suara hati yang dibiarkan meluncur keluar dari bibi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Penangkapan Nala

Plak!Tamparan keras Eliza mendarat telak di pipi Nala, menimbulkan suara tajam yang memantul di seluruh ruangan. Udara seketika menjadi dingin dan tegang.Nala hanya bisa menunduk dalam diam, jemarinya mengepal, tapi tak berani membalas atau menatap wanita yang kini berdiri di hadapannya—Eliza, ibu dari anak yang telah ia rampas nyawanya.Tatapan Eliza tajam, menusuk seperti belati yang panas. Matanya memerah, dadanya naik turun menahan gejolak yang nyaris meledak dari dalam.“Apa yang kau dapatkan setelah membunuh anakku, sialan?!” suaranya bergetar, bukan karena takut—tapi karena amarah yang tertahan terlalu lama akhirnya menemukan jalan keluar.Nala tetap diam. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Ia tahu, tidak ada pembelaan yang bisa menebus darah yang telah ditumpahkan.“Apa kau puas, hah? Sudah membunuh anakku?!” teriak Eliza lagi, kali ini lebih nyaring, suaranya menggema, mengguncang dinding hati siapa pun yang mendengarnya.“Kau pikir aku merestui hubungan mereka? Ten
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status