Home / Romansa / Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku: Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

Mendapat Pengganti Nadya

“Tidak!” Kalen buru-buru menghapus air matanya dengan gerakan cepat dan kasar, seolah ingin menghapus bukti kelemahannya di hadapan siapa pun.Matanya yang masih sedikit memerah kini menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya.“Ada apa kemari? Kenapa tidak bilang padaku jika hendak datang?” suaranya terdengar datar, nyaris dingin, berusaha menyembunyikan emosinya yang baru saja berkecamuk.Shopia, sepupunya, hanya menaikkan sebelah alis dengan ekspresi skeptis. “Aku tahu Nadya ada di sini. Bibi Eliza yang memberitahuku. Jadi, aku ingin bertemu dengannya.”Kalen mengembuskan napas berat, jelas-jelas tak ingin memperpanjang percakapan ini. “Sebaiknya besok saja. Nadya sedang istirahat dan ini sudah malam, Shopia.”Ia beranjak dari duduknya, mencoba mengakhiri interaksi itu sebelum semakin melelahkan baginya.Namun, Shopia tak bergeming. Dengan tangan terlipat di dadanya, ia menatap Kalen dengan sorot mata penuh penilaian.“Kau dan Nadya … masih bertengkar?” tanyanya dengan nada yan
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Enyahlah, Selamanya!

“Apa?” Mata Nadya membulat mendengar ucapan Nala barusan. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk sesaat. Tangannya gemetar, dan ia harus berusaha keras menahan guncangan emosinya.“Ta—tapi, Nyonya—” suaranya bergetar, mencoba mencari celah untuk mempertahankan dirinya.“Tidak ada tapi-tapi!” bentak Nala tajam. Mata wanita itu menyala penuh determinasi. “Kau sendiri yang bilang akan angkat kaki dari rumah ini begitu aku menemukan penggantimu, kan? Sekarang, apa lagi alasanmu, huh? Kau bilang tidak akan menggoda anakku lagi.”Nadya menggigit bibirnya. Ada perasaan sakit yang menyelinap di hatinya mendengar tuduhan itu. Dia menghela napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab.“Ini bukan tentang menggoda Kalen atau apa pun itu, Nyonya,” ujar Nadya dengan suara lebih mantap.“Tapi, belum tentu Melvin cocok minum ASI dari ibu susu yang baru. Melvin masih dalam fase menyeimbangkan tubuhnya. Dia butuh adaptasi, dan itu tidak bisa sembarangan.”Nala mendengus sinis. “Halah! Banyak
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Emosi Melanda Kalen

"Kau keterlaluan, Bibi!" seru Shopia, matanya menatap penuh dengan rasa kecewa dan amarah karena cara Nala mengusir Nadya begitu kasar.Namun, Nala sama sekali tidak terganggu oleh kata-kata keponakannya itu. Dia mendengus dan menatap Shopia dengan pandangan dingin."Dia memang pantas mendapatkannya, Shopia. Dia sudah membuat anakku hampir mati karena ulahnya! Nadya tidak pantas mendapat maaf dari Kalen!"Suara Nala penuh dengan kebencian yang masih tertanam kuat dalam hatinya.Kilasan kejadian lima tahun lalu kembali berputar dalam pikirannya—Kalen yang hancur, putus asa, dan nyaris kehilangan dirinya sendiri setelah pengkhianatan yang menurutnya dilakukan oleh Nadya.Rasa sakit yang dialami putranya kala itu begitu membekas dalam ingatan Nala. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita itu kembali ke dalam kehidupan Kalen, seolah tidak terjadi apa-apa."Bibi, bahkan Kalen sendiri telah memaafkan Nadya. Dia membutuhkan Nadya untuk mengasuh Melvin," ujar Shopia dengan nada geram. N
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Perdebatan Anak dan Ibu

"Kenapa kau tidak memberitahuku, Yanna?!"Suara Kalen menggelegar di seluruh ruangan, membuat atmosfer rumah itu terasa lebih tegang. Urat-urat di lehernya menegang, wajahnya memerah menahan amarah.Yanna langsung menundukkan kepalanya, bahunya bergetar karena ketakutan. "Ma—maafkan saya, Tuan. Saya tidak memberitahu Tuan karena… karena Nyonya besar melarang saya menghubungi Tuan," ucapnya dengan suara lirih, takut melihat kilatan emosi di mata Kalen.Kalen mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras menahan emosi yang membakar dadanya. Napasnya memburu, pikirannya kacau.Namun, sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu lagi, suara tangisan Melvin yang begitu kencang tiba-tiba terdengar dari dalam kamar. Jeritan itu menyayat hati Kalen, membuatnya spontan menoleh ke arah sumber suara."Sial!" Kalen mengumpat pelan. Dengan langkah lebar dan penuh kemarahan, ia berjalan cepat menuju kamar anaknya.Tanpa ragu, ia membuka pintu dengan gerakan kasar.Brak!Pintu kamar terbuka dengan keras, membu
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Kemarahan yang Menggelegar

“Cukup!” teriak Kalen menatap nanar wajah ibunya. Napasnya memburu, dadanya naik turun menahan emosi yang meluap-luap dalam dirinya.“Kali ini aku tidak akan membiarkan kau ikut campur urusanku, Ma. Lihat! Apa yang sedang dia lakukan pada Melvin?” ucapnya sembari menunjuk ke arah Lily yang berdiri canggung dengan bayi mungil dalam gendongannya.Wajah Lily pucat, tangannya gemetar, jelas terlihat ia merasa tidak nyaman. Melvin yang berada dalam dekapannya menangis semakin keras, seolah merasakan ketegangan yang memenuhi ruangan.“Bahkan menggendong Melvin saja tidak becus!” Kalen mendengus kasar sebelum dengan sigap mengambil alih buah hatinya dari tangan Lily.Dengan segera, Melvin menempelkan wajah mungilnya di dada ayahnya, tangisnya sedikit mereda meski masih tersendat-sendat.“Apa yang kau lakukan, Kalen? Beri Lily kesempatan terlebih dahulu, baru kau bisa menilainya!” Nala membela Lily dengan suara penuh ketegasan.Tatapan matanya yang tajam mengarah ke Kalen, menunjukkan ketidak
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Kalen Sudah tidak Membutuhkanku

“Astaga, ASI-ku terus keluar. Stok kantong ASI sudah menipis,” keluh Nadya sembari menatap botol penampung ASI yang hampir penuh.Sejak tadi, ia terus memompa karena produksi ASI-nya seolah tidak mau berhenti.Ia mengusap dahinya yang mulai berkeringat, tubuhnya terasa lelah setelah berjam-jam duduk di sudut kamar kontrakannya yang sederhana.Di antara suara dengungan pompa ASI yang monoton, pikirannya melayang ke sosok kecil yang baru saja lepas dari dekapannya. Melvin. Bayi mungil itu kini berada jauh darinya.“Melvin. Apakah kau sedang diberi ASI oleh Lily?” gumamnya lirih, suaranya nyaris tenggelam dalam kesunyian kamar.Matanya menerawang, membayangkan bayi itu sedang berada di pelukan perempuan lain.“Aku senang kau mendapat ibu susu penggantiku karena nenekmu amat sangat membenciku. Tapi, di sisi lain aku juga mengkhawatirkanmu, Nak.”Nadya menghela napas panjang, menekan rasa sesak di dadanya. Meskipun hanya dua minggu ia menggendong, menyusui, dan merawat Melvin, ikatan batin
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Melvin Masuk Rumah Sakit

Pada tengah malam yang sunyi, suara tangis Melvin kembali melengking, menembus keheningan dan menciptakan suasana mencekam di dalam rumah.Lampu kamar redup berpendar, menciptakan bayangan samar di dinding. Kalen, yang tertidur di sisi ranjang bayinya, langsung tersentak bangun.Ia mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan sebelum akhirnya bergegas menghampiri sang anak.“Ada apa, Nak? Apa kau haus, hm?” suara Kalen bergetar, dipenuhi kekhawatiran saat ia mengangkat tubuh mungil Melvin ke dalam pelukannya.Namun, saat tangannya menyentuh kulit sang bayi, dada Kalen seolah dihantam keras. Tubuh Melvin panas, kulitnya berkeringat tetapi bibirnya tampak kering dan pucat.“Astaga, kau demam, Sayang.” Kalen menahan napas, jantungnya berdegup cepat. Ia bisa merasakan keringat dingin mulai muncul di pelipisnya.Tanpa menunggu lebih lama, ia segera berteriak, memanggil Yanna, pengasuh yang tinggal di rumah itu.Tak butuh waktu lama, Yanna masuk dengan wajah panik. “Iya
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Pengakuan John

“Kenapa kau tidak percaya padaku, John?” ucap Kalen dengan suara bergetar.Ia memijat keningnya, merasakan denyut sakit yang tak kunjung reda. John terus-menerus menyudutkannya, membuatnya lelah lahir dan batin.John menatap Kalen dengan ekspresi datar, tetapi matanya menyiratkan kemarahan yang tertahan.“Karena kau selalu memperlakukan Nadya dengan buruk, Kalen. Kau sadar tidak? Semua yang kau lakukan berdampak pada Melvin. Aku bertanya sekali lagi, sebenarnya kau menyayangi anakmu atau tidak?”Kalen terdiam. Bibirnya sedikit terbuka, seolah ingin berkata sesuatu, tetapi ia mengurungkannya.Tidak ada gunanya berbicara saat ini. John tidak akan mendengarkan, tidak akan percaya apa pun alasannya.Kemarahan pria itu masih membara, dan Kalen tahu betul bahwa semua yang ia katakan hanya akan dianggap sebagai pembelaan kosong.“Terserah kau saja.” Kalen akhirnya membuka suara, suaranya lelah dan nyaris tak bernyawa. “Aku lelah, John. Jika kau ingin memakiku, lakukan saja. Aku hanya ingin i
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Hati Nadya Terlalu Baik

Dering ponsel Kalen terus berbunyi, mengusik tidur nyenyaknya. Dengan mata yang masih setengah terbuka, ia meraba-raba ponselnya di atas nakas.Begitu layar menyala, nama yang tertera di layar langsung membuatnya terjaga sepenuhnya.Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menggeser ikon hijau di layar dan mendekatkan ponsel ke telinganya.“Halo, Ma? Ada apa?” suaranya sedikit serak, masih terbawa sisa kantuk.Tanpa basa-basi, suara di seberang langsung menghujaninya dengan pertanyaan yang menusuk.“Apa yang terjadi pada Melvin? Kalian di rumah sakit mana?” suara Eliza terdengar cemas sekaligus penuh tuntutan.Kalen menutup matanya sejenak, memijat batang hidungnya dengan lelah. Jadi, akhirnya Eliza tahu tentang kondisi Melvin.Seharusnya ia bisa memperkirakan bahwa cepat atau lambat, berita ini akan sampai ke telinga mertuanya.“Maaf, Ma. Aku yang salah karena tidak mengetahuinya lebih awal. Melvin masuk rumah sakit karena dehidrasi.” Nada suaranya penuh dengan penyesalan.“Apa
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Cemburu yang Disembunyikan

“Kopi untukmu.” Nadya meletakkan secangkir kopi moka hangat di atas meja kecil di samping Kalen sebelum duduk di sebelahnya. Aroma kopi yang khas langsung menyebar di udara, mengisi ruangan dengan kehangatan yang menenangkan. Sesaat, Nadya mengamati wajah pria itu. Mata Kalen tampak sayu, seperti menyimpan beban yang berat di dalamnya.“Terima kasih,” ucapnya singkat sambil mengambil cangkir tersebut. Uap tipis mengepul dari permukaan kopi saat Kalen menyesapnya perlahan. Pandangannya tetap kosong, tertuju lurus ke depan, seolah pikirannya sedang melayang ke tempat lain yang jauh. Helaan napas panjangnya terdengar begitu berat.“Riana sangat beruntung memiliki ibu yang baik hati seperti Nyonya Eliza,” ujar Nadya, mencoba mencairkan suasana. “Dan kau juga beruntung memiliki mertua sebaik dia.”Kalen menoleh pelan, menatap Nadya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada sedikit kelelahan, sedikit kebingungan, bahkan sedikit kepedihan yang tersirat di matanya. “Apa menurutmu dia sangat
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status