Home / Romansa / Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku: Chapter 21 - Chapter 30

68 Chapters

Itu Hanya Masa Lalu

"Dengan senang hati!" ucap Kalen dengan wajah datarnya. Namun, sorot matanya jelas menyiratkan ketegangan yang mendidih di dalam dadanya."Kau pikir aku akan memohon padamu agar membiarkanku berada di sini menemanimu? Kau salah besar, Nadya!"Nada suaranya terdengar getir, penuh dengan kemarahan yang tertahan. Tatapan Kalen menusuk seperti belati, seolah ingin menembus pertahanan terakhir yang dimiliki Nadya.Nadya membuang muka, enggan melihat ekspresi Kalen yang menyimpan ribuan kebencian padanya.Ia hanya bisa meremas ujung selimut yang menutupi tubuhnya, jari-jarinya yang pucat bergetar halus saat ia menarik napas panjang.Di dalam dadanya, ada gejolak yang tak bisa ia kendalikan. Ia ingin membela diri, ingin menjelaskan, tetapi lidahnya terasa kelu.Tanpa sepatah kata tambahan, Kalen berbalik dan melangkah menuju pintu. Gerakannya kasar, seakan ingin menunjukkan betapa tidak pentingnya keberadaan Nadya di hidupnya kini.Bahkan untuk sekadar berpamitan pun tidak, ia langsung pergi
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Dua Hati yang Bersarang di Hati Kalen

"Apa maksudmu, Nadya?" tanya John dengan kening berkerut. Tatapannya tajam, penuh keingintahuan.Nadya menghela napas panjang sebelum mengangkat wajahnya untuk menatap John.Ada kelelahan yang tergambar jelas di sorot matanya, kelelahan karena bertahun-tahun menanggung kesalahpahaman yang tak pernah terjelaskan."Itu semua hanya kesalahpahaman saja, John," ujarnya dengan suara pelan, tetapi tegas."Aku tidak pernah berniat mengkhianati Kalen ataupun menduakannya. Aku mencintainya dengan tulus."Nadya berhenti sejenak, seolah mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan kisah yang selama ini terpendam di hatinya.Jari-jarinya saling meremas di atas pangkuan, dan matanya sedikit berkabut ketika ia kembali berbicara."Tapi kemudian entah kenapa aku terjebak dalam masalah dengan pengusaha itu. Kami berdua dijebak, John. Aku sama sekali tidak tahu kenapa semua itu bisa terjadi.“Yang aku tahu, tiba-tiba saja aku terperangkap dalam situasi yang membuatku tampak bersalah di mata Kalen."Napas N
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Diary Milik Nadya untuk Melvin

"Biar aku saja."Suara Kalen terdengar datar namun tegas saat ia mengulurkan tangan, mengambil dot susu dari genggaman Yanna sebelum perempuan itu sempat memberikannya pada Melvin.Yanna menatapnya sejenak, ragu, tetapi akhirnya mengangguk dan menyerahkan tanggung jawab itu pada Kalen."Baiklah. Saya akan menyiapkan beberapa keperluan lain," ujarnya sebelum meninggalkan ruangan.Kalen melangkah masuk ke dalam kamar putranya. Suasana di dalam ruangan itu begitu tenang, hanya terdengar suara napas lembut Melvin yang terbaring di ranjang bayi.Lampu tidur memancarkan cahaya redup yang hangat, menciptakan suasana nyaman yang menenangkan.Ia duduk di kursi kecil di samping ranjang, lalu dengan hati-hati menyodorkan dot berisi ASI yang telah disiapkan oleh Yanna. Bibir mungil Melvin langsung meraih dot itu, menyedot isinya dengan lahap.Kalen terdiam. Matanya tak lepas dari wajah kecil itu—wajah yang begitu mirip dengan Rania.Namun, di balik kemiripan itu, ia juga melihat sesuatu yang lain
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Sikap Aneh Kalen

“Kondisimu sudah membaik. Mungkin besok siang sudah bisa pulang,” ucap John ketika selesai memeriksa kondisi Nadya. Suaranya lembut, namun tetap terdengar tegas, mencerminkan kepedulian yang tulus.Nadya, yang bersandar pada bantal rumah sakit, menatap John dengan mata yang masih menyiratkan kecemasan.Jemarinya bermain-main dengan ujung selimut putih yang menutupi kakinya. “Bagaimana dengan produksi ASI-ku? Tidak berpengaruh, kan?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar, mencerminkan kegugupan seorang ibu yang hanya memikirkan bayinya.John tersenyum menenangkan. Ia menggeleng ringan. “Tidak. Produksi ASI-mu masih bagus seperti biasanya. Kau hanya kelelahan dan stres saja, bukan tersendat dalam memproduksi ASI.” Nada suaranya penuh keyakinan, seolah ingin menghapus segala keraguan di hati Nadya.Nadya menghela napas lega, senyumnya muncul perlahan, tipis namun sarat makna. Matanya tampak berbinar meski sedikit lelah.“Aku tidak ingin Melvin kekurangan ASI dariku, John. Dan aku sangat le
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Hal yang Dilakukan oleh Kalen

Dering ponsel John terus berbunyi, membuatnya harus menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap layar ponselnya. Nama yang tertera di sana sudah bisa ditebak—Kalen.John mendesis pelan. Sudah bisa ditebak bahwa sepupunya itu akan menghubunginya lagi, entah untuk mengomel atau mempertanyakan sesuatu yang mungkin tidak penting.Dengan sedikit malas, ia mengangkat panggilan tersebut.“Ada apa?” tanyanya, suaranya terdengar sedikit lelah.Namun, bukannya mendapat jawaban yang langsung ke pokok pembicaraan, Kalen justru menyemprotnya dengan nada kesal.“Kenapa lama sekali menerima telepon dariku?” protes Kalen tanpa basa-basi.John memijat keningnya, berusaha menahan diri agar tidak langsung menutup panggilan itu."Aku baru selesai memeriksa ibu hamil, Kalen. Aku tidak bisa langsung mengangkat telepon saat sedang bekerja," jawabnya dengan nada datar.Ia sudah terbiasa menghadapi sifat menyebalkan sepupunya itu, tapi tetap saja, ada saat-saat di mana ia benar-benar ingin mengabaikannya.
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Belanja Keperluan Melvin

"Nadya?"Suara berat Kalen memecah kesunyian ruangan. Nadya, yang tengah melipat pakaian kecil Melvin yang baru saja kering, menoleh pelan ke arahnya."Ada apa?" tanyanya tanpa menghentikan pekerjaannya.Kalen menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap Nadya dengan ekspresi sulit ditebak. "Hari ini tidak ke mana-mana, kan?"Nadya menaikkan alis, sedikit heran. "Memangnya sejak kapan aku pergi ke mana-mana setelah tinggal di sini?"Kalen tersentak mendengar balasan itu. Lidahnya mendadak kelu, merasa bodoh karena menanyakan sesuatu yang seharusnya sudah ia ketahui. Nadya memang tidak pernah ke mana-mana sejak tinggal di rumahnya.Untuk menutupi rasa canggungnya, ia segera mengalihkan pembicaraan. "Antar aku beli keperluan Melvin ke mal. Sebagai wanita, kau pasti tahu apa saja yang harus dibeli, kan?"Nadya menghentikan gerakannya sejenak, memandang Kalen dengan tatapan penuh tanya.Kalen melanjutkan, "Sekalian juga denganmu. Aku lihat kau memakai pakaian yang itu-itu saja. Apa aku
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Jangan Salah Paham

"Aku… aku hanya bekerja di rumah Melvin," jawab Nadya dengan suara yang sedikit bergetar.Ia tidak ingin berdebat lebih lama dengan Jonathan, mantan suaminya. Perasaan lelah masih menggelayuti tubuhnya setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Ditambah lagi, pertemuan ini terasa seperti pukulan yang tidak ia duga sebelumnya.Namun, Jonathan justru tertawa sinis, seakan enggan mempercayai satu kata pun dari yang baru saja Nadya ucapkan."Bohong! Tidak mungkin kebetulan seperti ini, Nadya!" suaranya terdengar mencemooh, matanya memicing penuh tuduhan.Nadya menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya yang mulai naik ke permukaan."Terserah kau saja jika tidak percaya, Jonathan. Aku sudah memberitahumu yang sebenarnya. Tidak ada yang aku tutupi." Nadya menatap lurus ke arah pria di depannya, menampilkan ekspresi penuh ketegasan."Lagi pula, kenapa kau berpikir bahwa aku berbohong? Bahkan kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi."Jonathan menyipitkan mata, sudut bibirnya m
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Hanya Sakit Hati

"Maaf."Hanya satu kata itu yang akhirnya keluar dari bibir Nadya, nyaris seperti bisikan. Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.Kata-kata Kalen tadi menusuk dalam, tapi ia terlalu lelah untuk membela diri atau mencari pembenaran.Sejenak, Nadya menatap pria di sampingnya. Jonathan dan Kalen… apa bedanya? Keduanya sama-sama pernah menyakitinya, sama-sama membuat hatinya remuk.Hening menyelimuti mereka selama hampir setengah jam setelahnya. Nadya sibuk memilih daging di rak pendingin, sementara Kalen hanya berdiri di dekat troli, sesekali memainkan ponselnya seolah tidak peduli.Hingga akhirnya suara Kalen kembali memecah kesunyian."Bukankah dia akan menikah?"Nadya mengernyit sebelum menoleh ke arahnya. "Siapa?" tanyanya, meskipun ia bisa menebak siapa yang dimaksud."Jonathan," jawab Kalen singkat.Nadya menghela napas. Ia tidak tahu harus merasa lega atau justru semakin tertekan dengan pertanyaan itu. Kenapa semua orang terus membicarakan Jonathan?"Aku tidak tahu," jawabnya ak
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Negoisasi

"Itulah yang kurasakan lima tahun yang lalu."Suara Kalen terdengar datar, nyaris tanpa emosi, tetapi justru itulah yang membuat ucapannya terasa begitu menusuk.Ia menatap Nadya sejenak, seolah ingin memastikan wanita itu memahami maksudnya, sebelum akhirnya membuang muka, menatap jendela restoran dengan pandangan kosong.Nadya diam, hanya mampu menghela napas pelan. Ucapan Kalen barusan bukan hanya sekadar kata-kata. Itu adalah pengingat—tentang betapa dalam luka yang pernah ia tinggalkan.Ia menunduk, meraih gelas lemon tea di hadapannya, lalu menyeruputnya perlahan. Sensasi dingin minuman itu sedikit meredakan panas yang terasa di dadanya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kegelisahan yang mulai merayapi hatinya."Maaf, jika sudah membuatmu sakit hati."Nada suaranya terdengar lirih, tetapi ia tetap berbicara."Dan aku anggap ini adalah ajang balas dendammu padaku karena sudah menyakiti hatimu." Nadya menoleh menatap Kalen, lalu mengulas senyum kecil, meskipun di dalam hatinya ia
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Kenangan itu tak Bisa Dilupakan

Begitu tiba di rumah, Nadya langsung masuk ke kamarnya tanpa berkata apa pun.Langkahnya terdengar lemah, seakan seluruh energi dalam dirinya terkuras habis setelah pertemuan tak terduga dengan Jonathan dan negosiasi dingin dengan Kalen.Di dalam kamar, Melvin masih tertidur nyenyak. Nadya dengan hati-hati mengangkat bayi itu dari stroller dan menidurkannya di atas tempat tidur.Senyum tipis terukir di wajahnya saat melihat wajah polos Melvin yang damai dalam tidurnya. Bayi itu tidak tahu apa-apa tentang keributan yang terjadi di antara orang-orang dewasa di sekelilingnya.Setelah memastikan Melvin tetap nyaman, Nadya beranjak ke meja kecil di sudut ruangan.Ia menarik napas dalam, lalu mengambil selembar kertas dan mulai menuliskan perjanjian yang harus Kalen tandatangani."Aku harus meminta tanda tangan pria itu agar tidak bohong. Aku akan menagihnya setiap tanggal satu setiap bulannya."Suara Nadya lirih saat berbicara pada dirinya sendiri. Tangannya mulai bergerak, menuliskan seti
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status