แชร์

Sikap Aneh Kalen

ผู้เขียน: Senja Berpena
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-17 23:04:26

“Kondisimu sudah membaik. Mungkin besok siang sudah bisa pulang,” ucap John ketika selesai memeriksa kondisi Nadya. Suaranya lembut, namun tetap terdengar tegas, mencerminkan kepedulian yang tulus.

Nadya, yang bersandar pada bantal rumah sakit, menatap John dengan mata yang masih menyiratkan kecemasan.

Jemarinya bermain-main dengan ujung selimut putih yang menutupi kakinya. “Bagaimana dengan produksi ASI-ku? Tidak berpengaruh, kan?” tanyanya, suaranya sedikit bergetar, mencerminkan kegugupan seorang ibu yang hanya memikirkan bayinya.

John tersenyum menenangkan. Ia menggeleng ringan. “Tidak. Produksi ASI-mu masih bagus seperti biasanya. Kau hanya kelelahan dan stres saja, bukan tersendat dalam memproduksi ASI.” Nada suaranya penuh keyakinan, seolah ingin menghapus segala keraguan di hati Nadya.

Nadya menghela napas lega, senyumnya muncul perlahan, tipis namun sarat makna. Matanya tampak berbinar meski sedikit lelah.

“Aku tidak ingin Melvin kekurangan ASI dariku, John. Dan aku sangat le
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (8)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Bagus lah kalen kalau nadya mengkhawatirkan melvin disaat di sakit, itu tandanya nadya udah anggap melvin anaknya sendiri
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Melvin atau kau kalen yang merindukan nadya pulang ke rumah?
goodnovel comment avatar
Maimai
jangan jangan kalen mendengar obrolan jhon dan nadya nih?
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hal yang Dilakukan oleh Kalen

    Dering ponsel John terus berbunyi, membuatnya harus menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap layar ponselnya. Nama yang tertera di sana sudah bisa ditebak—Kalen.John mendesis pelan. Sudah bisa ditebak bahwa sepupunya itu akan menghubunginya lagi, entah untuk mengomel atau mempertanyakan sesuatu yang mungkin tidak penting.Dengan sedikit malas, ia mengangkat panggilan tersebut.“Ada apa?” tanyanya, suaranya terdengar sedikit lelah.Namun, bukannya mendapat jawaban yang langsung ke pokok pembicaraan, Kalen justru menyemprotnya dengan nada kesal.“Kenapa lama sekali menerima telepon dariku?” protes Kalen tanpa basa-basi.John memijat keningnya, berusaha menahan diri agar tidak langsung menutup panggilan itu."Aku baru selesai memeriksa ibu hamil, Kalen. Aku tidak bisa langsung mengangkat telepon saat sedang bekerja," jawabnya dengan nada datar.Ia sudah terbiasa menghadapi sifat menyebalkan sepupunya itu, tapi tetap saja, ada saat-saat di mana ia benar-benar ingin mengabaikannya.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-17
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Belanja Keperluan Melvin

    "Nadya?"Suara berat Kalen memecah kesunyian ruangan. Nadya, yang tengah melipat pakaian kecil Melvin yang baru saja kering, menoleh pelan ke arahnya."Ada apa?" tanyanya tanpa menghentikan pekerjaannya.Kalen menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap Nadya dengan ekspresi sulit ditebak. "Hari ini tidak ke mana-mana, kan?"Nadya menaikkan alis, sedikit heran. "Memangnya sejak kapan aku pergi ke mana-mana setelah tinggal di sini?"Kalen tersentak mendengar balasan itu. Lidahnya mendadak kelu, merasa bodoh karena menanyakan sesuatu yang seharusnya sudah ia ketahui. Nadya memang tidak pernah ke mana-mana sejak tinggal di rumahnya.Untuk menutupi rasa canggungnya, ia segera mengalihkan pembicaraan. "Antar aku beli keperluan Melvin ke mal. Sebagai wanita, kau pasti tahu apa saja yang harus dibeli, kan?"Nadya menghentikan gerakannya sejenak, memandang Kalen dengan tatapan penuh tanya.Kalen melanjutkan, "Sekalian juga denganmu. Aku lihat kau memakai pakaian yang itu-itu saja. Apa aku

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Jangan Salah Paham

    "Aku… aku hanya bekerja di rumah Melvin," jawab Nadya dengan suara yang sedikit bergetar.Ia tidak ingin berdebat lebih lama dengan Jonathan, mantan suaminya. Perasaan lelah masih menggelayuti tubuhnya setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Ditambah lagi, pertemuan ini terasa seperti pukulan yang tidak ia duga sebelumnya.Namun, Jonathan justru tertawa sinis, seakan enggan mempercayai satu kata pun dari yang baru saja Nadya ucapkan."Bohong! Tidak mungkin kebetulan seperti ini, Nadya!" suaranya terdengar mencemooh, matanya memicing penuh tuduhan.Nadya menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya yang mulai naik ke permukaan."Terserah kau saja jika tidak percaya, Jonathan. Aku sudah memberitahumu yang sebenarnya. Tidak ada yang aku tutupi." Nadya menatap lurus ke arah pria di depannya, menampilkan ekspresi penuh ketegasan."Lagi pula, kenapa kau berpikir bahwa aku berbohong? Bahkan kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi."Jonathan menyipitkan mata, sudut bibirnya m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-19
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hanya Sakit Hati

    "Maaf."Hanya satu kata itu yang akhirnya keluar dari bibir Nadya, nyaris seperti bisikan. Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.Kata-kata Kalen tadi menusuk dalam, tapi ia terlalu lelah untuk membela diri atau mencari pembenaran.Sejenak, Nadya menatap pria di sampingnya. Jonathan dan Kalen… apa bedanya? Keduanya sama-sama pernah menyakitinya, sama-sama membuat hatinya remuk.Hening menyelimuti mereka selama hampir setengah jam setelahnya. Nadya sibuk memilih daging di rak pendingin, sementara Kalen hanya berdiri di dekat troli, sesekali memainkan ponselnya seolah tidak peduli.Hingga akhirnya suara Kalen kembali memecah kesunyian."Bukankah dia akan menikah?"Nadya mengernyit sebelum menoleh ke arahnya. "Siapa?" tanyanya, meskipun ia bisa menebak siapa yang dimaksud."Jonathan," jawab Kalen singkat.Nadya menghela napas. Ia tidak tahu harus merasa lega atau justru semakin tertekan dengan pertanyaan itu. Kenapa semua orang terus membicarakan Jonathan?"Aku tidak tahu," jawabnya ak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-19
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Negoisasi

    "Itulah yang kurasakan lima tahun yang lalu."Suara Kalen terdengar datar, nyaris tanpa emosi, tetapi justru itulah yang membuat ucapannya terasa begitu menusuk.Ia menatap Nadya sejenak, seolah ingin memastikan wanita itu memahami maksudnya, sebelum akhirnya membuang muka, menatap jendela restoran dengan pandangan kosong.Nadya diam, hanya mampu menghela napas pelan. Ucapan Kalen barusan bukan hanya sekadar kata-kata. Itu adalah pengingat—tentang betapa dalam luka yang pernah ia tinggalkan.Ia menunduk, meraih gelas lemon tea di hadapannya, lalu menyeruputnya perlahan. Sensasi dingin minuman itu sedikit meredakan panas yang terasa di dadanya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kegelisahan yang mulai merayapi hatinya."Maaf, jika sudah membuatmu sakit hati."Nada suaranya terdengar lirih, tetapi ia tetap berbicara."Dan aku anggap ini adalah ajang balas dendammu padaku karena sudah menyakiti hatimu." Nadya menoleh menatap Kalen, lalu mengulas senyum kecil, meskipun di dalam hatinya ia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kenangan itu tak Bisa Dilupakan

    Begitu tiba di rumah, Nadya langsung masuk ke kamarnya tanpa berkata apa pun.Langkahnya terdengar lemah, seakan seluruh energi dalam dirinya terkuras habis setelah pertemuan tak terduga dengan Jonathan dan negosiasi dingin dengan Kalen.Di dalam kamar, Melvin masih tertidur nyenyak. Nadya dengan hati-hati mengangkat bayi itu dari stroller dan menidurkannya di atas tempat tidur.Senyum tipis terukir di wajahnya saat melihat wajah polos Melvin yang damai dalam tidurnya. Bayi itu tidak tahu apa-apa tentang keributan yang terjadi di antara orang-orang dewasa di sekelilingnya.Setelah memastikan Melvin tetap nyaman, Nadya beranjak ke meja kecil di sudut ruangan.Ia menarik napas dalam, lalu mengambil selembar kertas dan mulai menuliskan perjanjian yang harus Kalen tandatangani."Aku harus meminta tanda tangan pria itu agar tidak bohong. Aku akan menagihnya setiap tanggal satu setiap bulannya."Suara Nadya lirih saat berbicara pada dirinya sendiri. Tangannya mulai bergerak, menuliskan seti

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Mendapat Pengganti Nadya

    “Tidak!” Kalen buru-buru menghapus air matanya dengan gerakan cepat dan kasar, seolah ingin menghapus bukti kelemahannya di hadapan siapa pun.Matanya yang masih sedikit memerah kini menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya.“Ada apa kemari? Kenapa tidak bilang padaku jika hendak datang?” suaranya terdengar datar, nyaris dingin, berusaha menyembunyikan emosinya yang baru saja berkecamuk.Shopia, sepupunya, hanya menaikkan sebelah alis dengan ekspresi skeptis. “Aku tahu Nadya ada di sini. Bibi Eliza yang memberitahuku. Jadi, aku ingin bertemu dengannya.”Kalen mengembuskan napas berat, jelas-jelas tak ingin memperpanjang percakapan ini. “Sebaiknya besok saja. Nadya sedang istirahat dan ini sudah malam, Shopia.”Ia beranjak dari duduknya, mencoba mengakhiri interaksi itu sebelum semakin melelahkan baginya.Namun, Shopia tak bergeming. Dengan tangan terlipat di dadanya, ia menatap Kalen dengan sorot mata penuh penilaian.“Kau dan Nadya … masih bertengkar?” tanyanya dengan nada yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Enyahlah, Selamanya!

    “Apa?” Mata Nadya membulat mendengar ucapan Nala barusan. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk sesaat. Tangannya gemetar, dan ia harus berusaha keras menahan guncangan emosinya.“Ta—tapi, Nyonya—” suaranya bergetar, mencoba mencari celah untuk mempertahankan dirinya.“Tidak ada tapi-tapi!” bentak Nala tajam. Mata wanita itu menyala penuh determinasi. “Kau sendiri yang bilang akan angkat kaki dari rumah ini begitu aku menemukan penggantimu, kan? Sekarang, apa lagi alasanmu, huh? Kau bilang tidak akan menggoda anakku lagi.”Nadya menggigit bibirnya. Ada perasaan sakit yang menyelinap di hatinya mendengar tuduhan itu. Dia menghela napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab.“Ini bukan tentang menggoda Kalen atau apa pun itu, Nyonya,” ujar Nadya dengan suara lebih mantap.“Tapi, belum tentu Melvin cocok minum ASI dari ibu susu yang baru. Melvin masih dalam fase menyeimbangkan tubuhnya. Dia butuh adaptasi, dan itu tidak bisa sembarangan.”Nala mendengus sinis. “Halah! Banyak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22

บทล่าสุด

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Ending Chapter~

    “Apa yang kau lakukan di sini? Jangan bunuh diri. Apa kau gila?” suara tegas itu terdengar diiringi genggaman kuat pada pergelangan tangannya.Wanita itu tersentak, lalu menoleh dengan wajah basah air mata. Seorang pria muda dengan jas dokter dan wajah cemas menatapnya tajam.Davian langsung menaruh kacamatanya di saku jas, lalu menarik wanita itu turun dari pagar dengan cermat dan cepat.Napasnya memburu. Ia menatap wanita yang kini terduduk di trotoar, menangis sesenggukan tanpa bisa menyembunyikan rasa hancurnya.“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang,” tanya Davian lembut, menekuk lutut di hadapan wanita itu.Namun, wanita itu menggeleng pelan. Ia menarik tangannya dari genggaman Davian dan menunduk.“Tidak perlu mengurusku. Bahkan orang tuaku saja ingin menjualku pada mucikari. Apa gunanya aku hidup di dunia ini jika orang tuaku saja membuangku begitu hinanya?”Kalimat itu menggema di telinga Davian, menusuk hatinya. Ia terdiam sejenak, tak menemukan kata.Matanya menatap

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Perkenalan Menyebalkan

    Ruang rapat utama di lantai tertinggi gedung KL’s Group hari itu penuh dengan petinggi perusahaan dan kepala divisi yang mengenakan setelan terbaik mereka.Mata-mata tertuju pada satu sosok muda yang berdiri di samping Kalen, CEO yang sudah memimpin selama lebih dari dua dekade. Kini, estafet itu akan diberikan kepada darah dagingnya sendiri.“Perkenalkan, Melvin,” ujar Kalen lantang, suaranya memenuhi ruang rapat dengan wibawa yang masih kuat meskipun usianya tak lagi muda.“Putra pertamaku yang akan menjabat sebagai CEO di kantor ini mulai hari ini. Aku akan tetap memantaunya selama beberapa bulan ke depan untuk melihat potensinya dengan baik.”Beberapa orang bertepuk tangan pelan, sementara sebagian lainnya saling pandang, mencoba menebak bagaimana kepemimpinan Melvin akan berjalan.Sebagian besar dari mereka tahu reputasi Melvin—brilian, tapi keras kepala. Pintar, tapi sering kali terlalu tajam dalam bicara. Sifat yang mewarisi Kalen, namun dengan ketidaksabaran khas anak muda.Ha

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Debat Ayah dan Anak

    Dua puluh dua tahun kemudian…Suasana ruang keluarga itu masih sama seperti bertahun-tahun lalu—hangat, luas, dan penuh kenangan.Namun kini, aroma kopi dan dokumen kantor menggantikan bau susu bayi dan tawa anak-anak. Waktu telah berjalan jauh, dan generasi baru telah tumbuh dewasa.“Melvin. Mulai besok kau masuk kantor dan bekerja seperti saat kau magang enam bulan yang lalu. Tidak ada penolakan apa pun kecuali kau mengalami diare,” kata Kalen tegas, tanpa basa-basi.Ia berdiri di depan rak buku dengan kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku, memperlihatkan gurat-gurat usia dan ketegasan yang kian menguat.Melvin, yang kini berusia dua puluh lima tahun dengan tubuh tinggi tegap dan wajah tampan mirip ayahnya, hanya memutar bola matanya.Dengan malas ia mengempaskan tubuhnya ke sofa empuk berwarna krem dan menatap ayahnya dengan tatapan datar dan penuh protes.“Apa tidak bisa lusa saja? Besok aku masih harus bertemu dengan teman-temanku, Pa,” ucapnya beralasan, nada suaranya

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Davian Arlangga Reandra

    Kalen perlahan membuka matanya. Ia sempat kebingungan beberapa detik sebelum kesadarannya pulih sepenuhnya.Begitu melihat Nadya yang tengah menyusui, ia segera bangkit dan menghampiri dengan langkah pelan, khawatir mengganggu.Ia duduk di kursi dekat ranjang dan tersenyum melihat pemandangan indah di depannya. "Pemandangan paling indah di dunia," gumamnya.Nadya tersenyum kecil menatap suaminya. "Sudah kenyang tidurnya?"Kalen terkekeh pelan sambil mengusap wajahnya. "Sepertinya begitu. Tapi sepertinya aku melewatkan sesuatu?""Ya, sepertinya kau tidur terlalu pulas. Tadi Mama dan Papa datang menjenguk," jawab Nadya sambil memandangi bayi mereka.Kalen membelalakkan mata, lalu menatap Nadya dengan raut bersalah. "Apa? Serius? Aku bahkan tidak mendengar apa-apa… Maaf ya, Sayang. Aku benar-benar kelelahan."Nadya menggeleng pelan, wajahnya tetap lembut. "Tak apa, Kalen. Mama mengerti. Dia tahu kau begadang semalaman menemaniku."Kalen menghela napas lega dan mengangguk. Ia memandangi b

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Ada Pada Diri Kalen

    "Nadya..." pintu ruangan terbuka pelan. Eliza dan Ferdy melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Mata Eliza langsung berkaca-kaca begitu melihat putrinya terbaring di ranjang rumah sakit.Eliza menghampiri dan memeluk anaknya dengan lembut. Ia mencium kening Nadya dengan penuh kasih. "Apa kau baik-baik saja, Sayang? Kata Kalen, kau terus menangis sepanjang persalinan."Nadya tersenyum lemah dan menoleh ke arah sofa, melihat Kalen yang tertidur dengan kepala bersandar ke sisi tangan sofa. "Apa Kalen yang menghubungi Mama dan Papa?" tanyanya pelan.Eliza mengangguk, wajahnya masih diliputi rasa khawatir. "Ya. Dia menangis saat menelepon kami... suaranya gemetar saat bilang kau terus menangis. Dia sangat mengkhawatirkanmu, Nadya. Ada apa sebenarnya?"Nadya terdiam sejenak, menatap kosong ke arah jendela. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan, seolah mencoba meredakan gejolak di dadanya."Aku hanya... teringat kejadian tiga tahun lalu," ucapnya akhirnya, suaranya berge

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Rintihan Tangis Haru Nadya

    Suara detak mesin monitor rumah sakit berdentang pelan di ruangan bersalin yang terasa dingin, meski udara di dalamnya cukup hangat.Malam itu langit mendung, hujan rintik-rintik turun membasahi jendela besar di sisi ruangan. Di atas ranjang bersalin, Nadya menggenggam erat seprai putih di bawah tubuhnya.Napasnya berat, bibirnya kering, dan wajahnya tampak pucat karena menahan rasa sakit luar biasa dari kontraksi yang terus datang bergelombang.Sembilan bulan sudah ia mengandung, dan kini saat itu telah tiba—waktu untuk melahirkan anak kedua.Rasa sakit itu begitu nyata, begitu kuat, mengingatkannya pada tiga tahun silam. Saat ia berjuang melahirkan bayinya yang telah tiada… seorang diri.Tak ada seorang pun dari keluarga mantan suaminya, Jonathan, yang menemani atau peduli. Ia merasa seperti bertarung sendirian antara hidup dan mati.Namun, kali ini berbeda. Di sisinya ada Kalen—pria yang kini menjadi suaminya, yang mencintainya dengan tulus, dan yang tak pernah lelah menemaninya se

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kebahagiaan yang Tak Mau Dibagi

    Di bawah langit biru cerah dan hembusan angin laut yang sejuk, villa mewah di tepi pantai Spiaggia San Vito Lo Capo tampak bagaikan istana dalam dongeng.Laut yang tenang menjadi latar sempurna untuk pernikahan Julian dan Shopia. Hari itu, bukan hanya momen sakral untuk pasangan pengantin, tapi juga momen penuh haru dan sukacita bagi keluarga dan sahabat yang hadir.Musim semi menghiasi Italia dengan bunga-bunga yang bermekaran. Aroma lavender dan melati menyatu dengan garam laut, menciptakan atmosfer yang mendamaikan.Nadya yang tengah hamil lima bulan tampak anggun dengan gaun sifon berwarna pastel yang mengembang lembut di sekeliling tubuhnya.Ia berdiri di samping suaminya, Kalen, memandangi prosesi pemberkatan pernikahan sepupunya, Shopia, dengan mata berkaca-kaca.Usai prosesi, para tamu mulai memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Nadya dan Kalen melangkah mendekati Julian dan Shopia, bergabung dengan gelombang orang-orang yang memeluk dan menyalami mereka."Selamat,

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hadiah untuk Kalen

    Kalen memutar bola matanya dan tertawa pelan. “Hanya dua menit, Sayang. Bukan dua jam.” Balasnya sambil mencondongkan tubuh, ingin menyentuh tangannya.Nadya mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sebelum senyum lebarnya merekah. “Karena hari ini aku sedang ingin memarahimu, jadi biarkan saja. Sekarang make a wish dulu dan tiup lilinnya.”Kalen tertawa pelan, lalu menatap kue ulang tahun di hadapannya. Cahaya lilin menari lembut di antara angin malam yang tenang. Ia menutup mata, dan dalam diam ia berdoa.Bukan untuk kesuksesan atau kekayaan, tapi untuk kebahagiaan sederhana yang ada di hadapannya malam itu—istri yang setia menantinya, anak yang tumbuh dalam cinta, dan hidup yang tak perlu sempurna, selama mereka saling memiliki.Lilin itu padam seiring doanya berhembus, dan Nadya langsung bertepuk tangan sambil tersenyum sumringah.“Selamat ulang tahun, Kalen. Semoga hanya aku yang bisa membuatmu bahagia dan selalu menjadi tempat ternyamanmu.”Nadya mengucapkan kalimat itu dengan

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kejutan untuk Kalen

    “Kau masih di mana, Kalen?” Suara Nadya terdengar pelan namun mengandung nada khawatir saat ia menghubungi Kalen.Tangannya sibuk merapikan taplak meja putih yang telah ia pilih dengan penuh pertimbangan pagi tadi.Di atasnya, dua buah piring porselen bermotif elegan telah tersusun rapi, disertai lilin kecil dan bunga mawar yang ia petik sendiri dari taman belakang rumah mereka.Malam itu bukan hari jadi pernikahan mereka, bukan ulang tahun, tapi Nadya ingin memberikan sesuatu yang sederhana namun bermakna—sebuah malam tenang hanya untuk mereka berdua.“Aku masih di kantor, Sayang. Baru saja selesai meeting dan evaluasi beberapa proyek yang hampir selesai,” jawab Kalen dari seberang telepon. Suaranya terdengar lelah namun tetap hangat.Nadya menatap langit yang mulai meredup, rona jingga senja perlahan memudar di antara dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin.“Tapi, kau tidak lupa, kan?” tanyanya pelan, ada sedikit ketakutan yang tak ia ucapkan—takut momen yang ia siapkan dengan

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status