Kalingga duduk di tepi tempat tidur, memandangi jendela yang terbuka. Angin sore menyentuh wajahnya, tetapi pikirannya melayang pada semua kekacauan yang baru saja terjadi. Ini semua salahku. Aku yang menyeret Ilman, Pak Cakra, dan Ibu Rinjani ke dalam masalah ini. Aku yang menyebabkan luka pada Ilman. Apa yang sebenarnya kupikirkan?Pintu kamar terbuka perlahan, Gala masuk dengan langkah berat. Matanya sembab, dan wajahnya terlihat lebih lelah dari sebelumnya. Ia berhenti di depan Kalingga, menatapnya dalam diam sebelum akhirnya duduk di kursi di dekatnya.“Kalingga ....” Gala memanggil namanya dengan suara berat. Ia meraih tangan Kalingga, menggenggamnya erat. “Maafkan aku,” ucapnya, dan untuk pertama kalinya, air mata mengalir di pipinya.Kalingga terpaku. Ia menatap Gala, tak pernah menyangka pria itu bisa menangis. Selama ini, Gala adalah sosok yang keras, tak tersentuh oleh emosi. Tetapi di hadapannya sekarang, Gala terlihat rapuh.“Apa yang
Terakhir Diperbarui : 2025-03-05 Baca selengkapnya