"Mai ... kamu demam?"Galen menggeliat, merasakan sesuatu yang panas di dadanya. Mata yang masih setengah terpejam perlahan membuka, lalu menunduk. Kepala Maiza bersandar di lengannya, napasnya memburu dan terasa panas di kulit.Satu minggu terakhir, mereka tinggal bersama di apartemen ini, meski status pernikahan belum resmi. Mereka hanya tidur berpelukan tanpa melangkah lebih jauh. Jika gejolak dalam dirinya terlalu besar, Galen memilih pergi. Balapan di jalanan, menghabiskan malam bersama geng motornya, dan kembali ketika matahari sudah tinggi.Tapi pagi ini berbeda. Galen baru saja pulang setelah dua hari menghilang. Begitu masuk kamar, dia menemukan Maiza terlelap di sofa dengan televisi masih menyala. Dia membawanya ke ranjang, memeluknya dalam diam, lalu ikut tertidur.Namun kini, Maiza terbaring lemah, tubuhnya bersuhu tinggi."Sayang? Maiza?"Galen mengguncangnya pelan, menepuk pipinya, tapi tak ada respons. Panik, dia m
Last Updated : 2025-03-25 Read more