"Aaauuuw... ssshhhh!" Maiza merintih, rahangnya mengatup erat saat nyeri menusuk dari luka jahitannya kembali menyerang. Matanya terpejam rapat, jemarinya mencengkeram sprei dengan kuat. Galen yang duduk di tepi ranjang buru-buru merunduk, meniup-niup perban yang mulai tampak rembes oleh darah segar. "Rembes lagi, nih! Bentar, ya?" ucapnya cepat sebelum menekan tombol darurat. Tak lama, dua perawat masuk, mendorong kereta kecil berisi peralatan medis. Salah satu dari mereka segera membuka perban, sementara yang lain menyiapkan antiseptik. Maiza kembali mengerang pelan saat obat dioleskan ke lukanya. Rasa perih membakar, membuat tubuhnya refleks menegang. Tanpa pikir panjang, Galen menariknya dalam dekapan samping. Tangannya yang kokoh mengusap punggung Maiza, sementara bibirnya mengecup keningnya dengan lembut, seolah ingin mengalihkan rasa sakit itu. "Aku di sini ... Andai bisa gantiin, biar sakitnya aku yang rasa, ya?" bisiknya serak. Seakan mendapat izin, Galen kembali menge
Last Updated : 2025-03-18 Read more