แชร์

Season 2 Mulai Serius

ผู้เขียน: Iftiati Maisyaroh
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-18 18:49:14
"Aaauuuw... ssshhhh!"

Maiza merintih, rahangnya mengatup erat saat nyeri menusuk dari luka jahitannya kembali menyerang. Matanya terpejam rapat, jemarinya mencengkeram sprei dengan kuat.

Galen yang duduk di tepi ranjang buru-buru merunduk, meniup-niup perban yang mulai tampak rembes oleh darah segar.

"Rembes lagi, nih! Bentar, ya?" ucapnya cepat sebelum menekan tombol darurat.

Tak lama, dua perawat masuk, mendorong kereta kecil berisi peralatan medis. Salah satu dari mereka segera membuka perban, sementara yang lain menyiapkan antiseptik.

Maiza kembali mengerang pelan saat obat dioleskan ke lukanya. Rasa perih membakar, membuat tubuhnya refleks menegang.

Tanpa pikir panjang, Galen menariknya dalam dekapan samping. Tangannya yang kokoh mengusap punggung Maiza, sementara bibirnya mengecup keningnya dengan lembut, seolah ingin mengalihkan rasa sakit itu.

"Aku di sini ... Andai bisa gantiin, biar sakitnya aku yang rasa, ya?" bisiknya serak.

Seakan mendapat izin, Galen kembali menge
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kabur

    "Mai …" suara Galen lirih, seakan tahu apa yang berkecamuk di benak Maiza. Dia ingin bilang sesuatu, tapi Maiza lebih dulu menghela napas dan membuka mata. "Kamu terlalu terburu-buru, Galen. Saya tidak bisa memutuskan semuanya dalam satu malam. Apalagi ini menyangkut masa depan," bisiknya, suaranya goyah tapi tetap tegas. "Tapi gue udah yakin, Mai," sela Galen, nada suaranya tak kalah kuat. "Gue mau lo, dan gue tahu lo juga ada rasa buat gue." Maiza tersenyum miris. "Perasaan tidak bisa menjadi dasar yang kuat untuk memulai segalanya, Galen. Saya sudah belajar dari masa lalu. Saya pernah jatuh cinta, saya pernah percaya… tapi lihat bagaimana akhirnya?" "Tapi gue bukan dia," balas Galen cepat. "Gue nggak akan nyakitin lo. Gue nggak akan ninggalin lo." Maiza terdiam, matanya menerawang ke langit-langit ruangan. Galen mungkin benar. Tapi, keyakinan pemuda itu justru membuatnya semak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tak Bisa Bersama

    Di dalam mobil yang melaju menembus kemacetan jalan ibukota, Kalingga menatap kosong ke luar jendela. Kilatan cahaya matahari dari kaca menerangi wajahnya yang muram, menciptakan bayangan samar di matanya yang penuh pikiran.Kata-kata Galen masih terngiang di telinganya."Jangan bicara soal menyelamatkan orang di depan gue!""Anda tau dia nyakitin Maiza, Anda tau semuanya, tapi Anda tetep membela dia demi nama perusahaan?"Kalingga menghela napas panjang, menekan pelipisnya. Ia memang memilih menyelamatkan reputasi perusahaan. Tapi apakah itu sepadan dengan membiarkan Maiza, seorang perempuan yang sudah begitu tersakiti, kehilangan haknya untuk mendapatkan keadilan?Dia tahu jawabannya.Tidak.Apa yang baru saja dilakukannya?Ia, seorang perempuan, justru tidak membela perempuan lain yang telah terluka begitu dalam. Maiza sudah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, dan kini Kalingga seakan ikut berkontribusi membuatnya kehilangan satu hal lagi: kesempatan melihat pria brengsek itu mem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Telepon Misterius

    Rumah Sakit, Tengah Malam"Gal ... Galen, bangun!"Maiza berbisik, tangannya mengguncang pelan bahu pria itu. Galen tertidur miring, satu lengannya melingkar di pinggang Maiza, wajahnya terbenam di puncak kepala perempuan itu. Keduanya tidur di atas ranjang yang sama di ruang rawat rumah sakit. Setelah semalaman penuh Maiza meminta Galen meninggalkannya sendirian, tapi pemuda itu bersikukuh tetap di sana. Hingga akhirnya ketika Maiza terlelap, Galen dengan antusias naik ke ranjang pasien dan memeluknya dengan posesif sepanjang malam."Kenapa kamu tidur di sini? Bangun! Kamu bisa saja nyakitin aku kalau nggak sengaja kena lukanya!" Suara Maiza semakin pelan, tapi jelas penuh kepanikan."Hmm ... aku nggak akan ngelakuin itu, Sayang. Biarkan lima menit lagi aku memelukmu, sebelum suster datang," gumam Galen malas, masih memejamkan mata.Embusan napasnya yang hangat menyapu helai rambut Maiza, menimbulkan geli dan perasaa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-20
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Penuh Teka-teki

    Sederet pertanyaan bersarang di kepala Maiza, bersimpang siur dengan ketakutan yang baru saja menghantamnya. Suara di telepon tadi masih menggema di telinganya—tentang eksekusi, tentang seseorang yang melompat dari lantai lima belas.Pikirannya menilai buruk tentang Galen.Sosok yang selama ini ia kira hanya seorang pria muda yang posesif, keras kepala, dan berlebihan dalam mencintainya … ternyata lebih dari itu.Dia … siapa sebenarnya?"Kamu mau aku mandiin, Sayang? Seger banget lho … biar aku gendong nanti, ada bath—"Galen yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut masih sedikit basah langsung terdiam saat melihat Maiza.Perempuan itu tidak bereaksi seperti biasanya.Dia gemetar, menatap langit-langit dengan wajah pucat.Galen melangkah mendekat, alisnya berkerut saat melihat ponselnya tergeletak di dekat kepala Maiza—masih terhubung dengan panggilan tadi.Darahnya berdesir.Dengan cepa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-20
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Rumah Usang

    Tiga hari berlalu tanpa kehadiran Galen. Maiza berusaha menguatkan dirinya, menyembuhkan luka yang tak hanya tampak di tubuhnya tetapi juga yang menggores hatinya. Namun, meski waktu berlalu, bayangan Galen masih melekat erat dalam pikirannya, menyisakan nyeri samar setiap kali ia mengingat pemuda itu.Hari ini, akhirnya ia diperbolehkan pulang. Salah seorang suster yang mengantarnya tampak ragu saat melihat Maiza keluar seorang diri."Suami Anda tidak ikut menjemput, Bu?" tanyanya dengan hati-hati.Maiza tersenyum kecil, mencoba menutupi kepedihannya. "Iya, Sus. Beliau sedang tugas luar kota, tidak bisa menemani saat ini."Sebuah kebohongan yang harus ia ucapkan. Karena sejak awal, semuanya memang hanya kepalsuan.Tak banyak barang yang ia bawa. Galen bukan seseorang yang menyukai keribetan, lebih memilih memesan sesuatu dari luar dan membuangnya begitu saja. Maiza pun tak berbeda, hanya memiliki tas kecil berisi satu set pakaian, sepatu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-21
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Ancaman dari Masa Lalu

    1 Jam SebelumnyaDi dalam sebuah mobil tua yang diparkir di sudut jalanan sepi, Deon menyesap rokoknya dengan gelisah. Tangannya menggenggam ponsel usang dengan layar retak, menunggu pesan atau telepon yang ia harapkan.Hidupnya sedang dalam kekacauan. Utang menumpuk, rentenir mulai menagih dengan cara yang tidak manusiawi, dan pekerjaannya sebagai sopir serabutan tidak cukup untuk menyelamatkan lehernya.Saat itu, ponselnya bergetar. Nomor tak dikenal muncul di layar."Halo?"Suara di seberang terdengar berat dan tenang, namun ada sesuatu yang membuat bulu kuduk Deon meremang."Aku tahu kau butuh uang, Deon. Dan aku punya tawaran yang bisa menyelesaikan masalahmu dalam satu malam."Deon menyipitkan mata, membuang puntung rokoknya ke luar jendela. "Siapa ini?""Bukan itu yang penting. Yang jelas, aku tahu segalanya tentangmu. Aku tahu kau terobsesi pada seorang wanita bernama Maiza sejak lama. Aku tahu kau perna

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-21
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Seberapa Besar?

    "Dijauhkan atau didekatkan, pasti Tuhan memberi kebaikan di antaranya. Kamu percaya itu?"Suara seorang pria terdengar pelan namun tegas. Sosoknya muncul dari kegelapan, mendekat dengan langkah mantap. Begitu sampai di sisi Maiza, tanpa ragu ia menarik lengannya, menjauhkannya dari rumah tua yang nyaris runtuh itu."Galen ...."Suara Maiza bergetar, isakannya pecah saat ia mengenali pria yang kini menggenggam tangannya erat. Pria dengan hoodie dan penutup wajah itu tak lain adalah Galen."Kenapa nggak angkat teleponku dari kemarin?" Nada Galen terdengar kesal sekaligus khawatir. "Kenapa malah pulang ke apartemen jelekmu itu? Berapa kali lagi kamu harus terluka, hm?"Tanpa menunggu jawaban, Galen berbalik dan mendekap Maiza erat."Jangan pernah suruh aku pergi dan menjauh darimu lagi, oke?" bisiknya.Maiza tak mampu berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk dan membenamkan wajahnya ke dada bidang Galen, merasakan kehangatan ya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-22
  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Masalah Baru

    Sesampainya di basement apartemen, Galen mematikan mesin mobil. Lalu memutar keluar dan membukakan pintu untuk Maiza. "Kita pesan makanan nanti setelah sampai di atas, ya? Setelah ini, kamu nggak boleh keluar sendirian lagi."Maiza masih diam, larut dalam pikirannya sendiri."Sayang?" Galen melongok ke arahnya. "Maiza? Ngelamunin apa?"Tanpa aba-aba, ia merunduk dan mencium bibir Maiza singkat.Maiza terkesiap. "Kita sudah sampai?" tanyanya salah tingkah, buru-buru menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.Galen terkekeh. Tanpa menunggu, ia langsung membopong Maiza keluar dari mobil dan membawanya masuk ke dalam lift."Apa yang kamu lamunkan, Sayang? Aku nggak akan pernah nyakitin kamu, tenang aja," bisiknya, lalu mencium pelipis Maiza sebelum mempererat dekapannya."Kamu kurus banget, sih? Kayak gadis SMP aja!" celetuknya sambil terus membopong Maiza berjalan di sepanjang lorong.Maiza mendelik. "Masih sama PI

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-22

บทล่าสุด

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tetap Bersama

    Mentari pagi belum sepenuhnya naik ketika Galen perlahan membuka matanya. Tubuh Maiza masih tertelungkup di dadanya, napasnya tenang, wajahnya damai. Malam panjang yang mereka ulang berkali-kali itu telah menguras seluruh tenaga dan emosi. Tapi Galen tersenyum kecil. Semua itu nyata. Dia kembali ke tempat yang seharusnya: pelukan Maiza. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh kekasihnya. Ia mengenakan kembali celananya, melangkah ringan ke dapur. Tangannya mulai bekerja: mengiris bawang, mengocok telur, menyalakan kompor, dan menyiapkan kopi. Sambil memasak, benaknya melayang ke masa lalu. Ingatannya menguar, sejelas aroma tumisan yang memenuhi udara. Di penjara, Kalingga—ibunya—datang bersama Gala dan Sagara. Pertemuan itu seperti lembaran hidup yang dicabik paksa. Sagara tak lagi segarang dulu, kini hanya pria tua penuh penyesalan. Ia bicara lirih, mengaku semuanya. Bahwa semua ini bermula da

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Menggila

    "Lakukan saja perintahku, NOAH!" bentak Maiza, suaranya meledak dalam kemarahan.Tak ada sepatah kata pun keluar dari Noah—sang asisten yang juga sahabat Galen. Ia hanya mengangguk singkat, lalu memutar balik kemudinya, melaju menuju tempat yang disebutkan Maiza.Perempuan itu terdiam, pikirannya sibuk menenun kegelisahan. Tatapannya kosong, mengarah lurus ke depan. Wajahnya datar dan dingin—tanpa jejak kesedihan, apalagi kebahagiaan. Namun perlahan, raut itu berubah. Menegang. Menyiratkan kemurkaan yang membakar.‘Kalau ini bukan halusinasi, aku harus tahu apa yang sebenarnya Galen sembunyikan dariku! Mungkin aku lemah di matanya, tapi aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa dia!’‘Sudahlah, Za ... ikhlaskan. Buka lembaran baru. Kamu Direktur Utama perusahaan multinasional sekarang—itu kesempatan langka! Gunakan baik-baik, Iza! Kamu bisa!’Suara-suara itu berisik di kepalanya. Saling tindih, saling beradu, seperti dua sisi dirinya t

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Lakukan Saja!

    "Apa ini bagian dari prank, Noah?" Maiza menggeleng dengan senyum kaku yang dipaksakan, meski air matanya telah jatuh tanpa disadari. Suaranya bergetar saat teriakannya pecah, “Ini nggak lucu!?” Ia menggeleng lebih kuat, mata terpejam rapat menahan denyut luka yang begitu dalam.Tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Lututnya lemas, jatuh meluruh ke lantai dingin. Ia terus menggeleng, tangisnya meledak bersamaan dengan wajah yang telah basah kuyup oleh air mata yang tak terbendung.“Galeeen,” panggilnya lirih, suara itu hampir tak terdengar. Tangannya mengusap dada, mengepal erat di sana. “Permainan apa lagi yang harus aku jalani, Tuhan ....” isaknya pecah, mengguncang bahunya dalam tangisan tersedu-sedu.———‘Ingatlah satu hal dariku, Mai ... kamu harus lebih tangguh dari masa lalu kamu. Semua yang kamu lalui adalah obat, meski pahit itu akan membuatmu lebih kuat. Lupakan yang telah ada di belakangmu, syukuri apa yang kamu jalani dan yakinlah bahwa

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Memilih Pergi

    Maiza masih terduduk di lantai, memeluk foto dan secarik kertas yang telah mengubah segalanya. Dada sesak, tangis mengalir tanpa bisa ditahan. Entah berapa menit berlalu dalam diam dan guncangan.Hingga suara ponsel berdering memecah keheningan. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat tanpa sempat melihat nama di layar."Halo?" Suaranya parau."Bu Maiza?" Suara dari seberang terdengar ragu. "Saya dari kepolisian. Kami ... kami ingin menyampaikan kabar duka."Maiza membeku."Apa maksud Anda?""Tahanan atas nama Galen, suami Anda ... ditemukan meninggal dunia pagi ini di ruang isolasi. Beliau diduga mengalami serangan jantung mendadak."Ponsel nyaris terlepas dari genggamannya. Maiza menatap kosong ke depan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya."T-tidak ... tidak mungkin. Baru saja aku masih ... masih bertemu dengannya! Dia baik-baik saja!"Suara dari seberang terdengar berat, seolah terb

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bebas atau Tidak?

    "Aku sudah tak mengenalimu lagi, Hubby ...." suara Maiza pecah saat akhirnya ia berdiri dan berbalik, meninggalkan ruang tahanan dengan linangan air mata.Ia melangkah cepat keluar, seolah tak ingin siapa pun melihat rapuhnya. Kedua tangannya menutup mulut dan mengusap wajah yang kini telah basah. Dalam benaknya, kenangan bersama Galen berkelebat seperti kolase yang tersusun acak—tak utuh, tapi penuh warna.Ia mengingat saat pertama kali bertemu Galen, di taman itu, ketika hidupnya terasa seperti reruntuhan. Saat dia menangis dalam diam, dan pria muda itu menghampiri dengan kalimat sederhana yang mampu menyentuh hatinya.Sejak itu, Maiza percaya bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini. Tapi mengapa sekarang, sosok yang dulu penuh perhatian itu menghilang? Ke mana mahasiswa polos itu pergi?Galen yang dulu melindunginya dari preman cabul—pria yang begitu sabar dan menjaga batas, yang tak pernah sekalipun memaksakan hasrat. Ia masih ingat jelas mal

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kemarahan Galen

     Flashback – Sebelum Maiza Sadar di Apartemen Galen"Bereskan ma–yatnya," titah Galen sambil menekan earpiece-nya.Tubuhnya tegak, tatapan dinginnya mengarah pada sosok yang tergeletak lemah di sofa. Wajah Maiza tampak damai dalam ketidaksadaran, namun bayangan kemesraan antara mantan pasangan suami istri itu terus mengganggunya. Wajah Galen kembali mengetat, rona merah amarah naik ke pipi. Ia mengalihkan pandang, melangkah cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.Namun baru beberapa langkah, ia berhenti mendadak. Tangannya meremas rambut sendiri, kepalanya tertunduk, dan matanya terpejam kuat—seperti sedang berusaha menghapus senyuman Maiza di pagi hari dari pikirannya."Aaarrrgh!" teriaknya tertahan, membalikkan badan dengan gerakan penuh gejolak. Ia berjalan cepat kembali, melepas jaket dan merobek gorden hingga terlepas dari gantungannya.Dengan gerakan kasar, ia membungkus tubuh tak berbusana Maiza yang terkulai di sofa. Tidak ada

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kenapa Belum Kembali?

    “By… aku berangkat dulu. Ada meeting penting hari ini. Mungkin pulang agak mal—”“Makanya sini dulu!”Tangan perempuan yang sudah rapi dalam setelan formal kantoran itu ditarik paksa hingga jatuh menimpa tubuh polos suaminya di ranjang.“Aku sudah mandi, By! Lima belas men—”Kalimatnya terpotong. Mulutnya dibungkam tanpa ampun oleh Galen yang langsung membalikkan posisi, menindih dengan gairah yang meletup.Satu minggu telah berlalu sejak insiden mengerikan itu. Tak satu pun jejak kasus tersisa.Pergerakan Secret Umbrella begitu senyap dan bersih. Big Boss mereka, seorang hacker jenius, mampu melumpuhkan sistem pemerintahan, menanamkan tersangka palsu, dan membebaskan seluruh anggota terlibat. Termasuk G4 dan Maiza—keduanya benar-benar lenyap dari radar publik.Hidup Galen dan Maiza kembali seperti biasa. Sepasang pengantin baru beda usia dan profesi itu melanjutkan rutinitas: Galen menyusun skripsi, Maiza sibuk mengelol

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bertukar Kehormatan

    "Jangan takut lagi, aku akan menjaga dan melindungimu. I love you .…" Kecupan yang lama dan dalam dia jatuhkan di kening Maiza yang mengangguk perlahan.Pelukan itu terasa seperti rumah, dan Maiza memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam hangatnya perlindungan Galen—lelaki yang hampir saja dia lupakan, tapi hatinya tetap mengenalinya, selalu."Maafkan aku. Aku pikir tak akan pernah bertemu denganmu, dan aku tak pernah termaafkan atas keegoisanku sendiri.""Tidak ada yang bersalah dan tak ada yang perlu dimaafkan, Sayang." Galen merenggangkan pelukan, menatap manik mata sembab milik cinta pertamanya. Mata yang penuh arti, menunjukkan cinta yang begitu dalam. Memancarkan harapan dan semangat dalam sorot tajamnya."Hub–by...."Mantan anak didiknya itu menarik napasnya, lalu menekan tengkuk Maiza, membuat kepalanya mendongak. Gerakan lembut dan penuh candu itu berkembang cepat—menjadi balasan tak tertahankan antara dua insan yang telah

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status