All Chapters of Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

Langkahmu sudah Tepat

Rean memutar matanya, jengkel. Dengan cepat, ia menepis tangan Gea, menyuruhnya menjaga jarak."Astaga, jangan seperti ini. Apa kau tidak sadar kita sedang berada di tempat umum? Bagaimana jika ada yang melihat?" ucapnya ketus.Gea mengerucutkan bibir, jelas kecewa dengan sikap dingin Rean. "Kenapa memangnya? Lagipula Kak Lisha sudah tahu tentang kita. Untuk apa menyembunyikan bangkai yang sudah tercium?"Rean mencengkram rahangnya, menahan kesabaran yang semakin menipis. "Jaga bicaramu, Gea. Alisha belum tahu apa-apa. Dia hanya sedang kesal karena aku membentaknya kemarin. Dan kau jangan banyak sesumbar seperti itu. Bagaimana jika ada yang tahu tentang kita?"Gea berdecak kesal, matanya berkilat-kilat penuh kekesalan. Kenapa ia yang menjadi sasaran amukan Rean?Istri sahnya yang membuat semua ini rumit, tapi kenapa justru ia yang harus menerima semua kemarahan ini?"Sudahlah, aku tidak punya waktu meladenimu, aku harus kembali mencari Alisha," ujar Rean dengan nada dingin, membiarkan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Menemui Sang Ayah

"Nanti aku sambung lagi, ada yang harus aku lakukan," suara Alisha terdengar lirih, seolah ada beban yang tak kasat mata menggantung di pundaknya."Baiklah, kabari aku jika kau butuh sesuatu," jawab Jesselyn lembut, seperti angin sepoi-sepoi yang berusaha meredakan badai yang bergemuruh di hati Alisha.Setelah panggilan berakhir, Alisha menutup matanya sejenak, membiarkan keheningan mengisi celah hatinya yang rapuh.Ia menghela napas panjang, seakan ingin mengusir kepenatan yang menggelayuti benaknya.Sejurus kemudian, ia membuka matanya, pupilnya bersitatap dengan kehampaan yang melingkupinya."Ya, Neuro?" suaranya terdengar lebih tegar, namun jauh di dalam sanubarinya, ada ketidakyakinan yang bergemuruh."Kau sudah siap, Nona? Aku akan menemui ayahku sekarang," suara Neuro terdengar tenang, tapi ada riak yang tak kasat mata di dalamnya—riak dari lautan perasaan yang ia pendam dalam-dalam.Alisha mengangguk pelan, meski Neuro tak dapat melihatnya. Ia teringat permintaannya pada pria
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Pasti Bisa Melakukannya!

Robert menghembuskan napas berat, tatapannya dipenuhi kekecewaan. "Pekerjaan Rean semakin hari semakin tidak benar. Aku mulai meragukan kinerja perusahaannya jika terus seperti ini.“Kau tahu, Ayah dan kolega Ayah sudah menunggunya hampir setengah jam di ruang rapat, tapi dia malah terlambat.“Buat malu saja! Terpaksa Ayah batalkan pertemuannya," gerutu Robert dengan nada yang sarat akan kejengkelan."Aneh sekali, biasanya dia orang yang cermat," balas Neuro, rasa penasaran merayapi pikirannya."Ya, Ayah juga merasa heran. Tapi dia beralasan bahwa ia sedang mempunyai masalah keluarga. Dasar tidak profesional! Tidak seharusnya ia mencampuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaan!" nada suara Robert meninggi, mencerminkan amarah yang membara dalam dadanya.Neuro mengangguk kecil, matanya menyipit sedikit. Rupanya permasalahan rumah tangga ini telah merasuk jauh ke dalam psikis Rean.Sejenak, ia merasakan simpati. Mungkin Rean tidak seburuk yang ia pikir selama ini.Namun, seketika pikir
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Aku akan Membunuh Pengkhianat itu!

“Deskripsi produknya begitu memukau, meresap ke dalam benak para pendengarnya bak parfum mawar hitam yang merayu indera.“Keelokan dan keunggulan produk kecantikan ini melintasi batas usia dan gender, merangkul semua kalangan—dewasa, remaja, pria, dan wanita. Sebuah maha karya yang memancarkan pesona. Bagus, Nona Alisha.”Alisha menundukkan kepalanya sedikit, helai rambutnya yang sehalus sutra berayun lembut mengikuti gerakan tubuhnya.Kata-kata pujian yang mengalun dari bibir para kolega Tuan Robert terasa seperti melodi yang membelai sanubarinya.Senyum tipisnya mengembang, memperlihatkan pancaran bangga yang terpendam dalam matanya.Semua malam tanpa tidur, semua jerih payah yang ia labuhkan, akhirnya terbayar dengan sempurna. Seperti bunga yang akhirnya merekah setelah sekian lama tertidur dalam kuncupnya.Tangannya yang mungil dan halus menyambut jabatan demi jabatan, menyalami mereka satu per satu dengan anggun, seakan membiarkan kebanggaan mengalir melalui setiap sentuhan.Namu
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Mabuk Berat

Suara Alisha terdengar serak dan berapi-api, seolah luka lama yang mengendap di jiwanya kini menyeruak ke permukaan.Neuro menepuk dahinya keras saat mendengar racauan itu. Ia segera bangkit ketika Alisha mulai berjalan menjauh dari meja mereka dengan langkah sempoyongan.Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat wanita itu mulai mengganggu pengunjung lain di sana.Astaga! Apa ajakannya untuk berpesta kepada Alisha adalah sebuah kesalahan besar?"Aku akan menghancurkan mereka! Kalian harus tahu itu! Mereka pasti bisa kuhancurkan!"Neuro merasakan gelombang panik menyergap dadanya. Tanpa berpikir panjang, ia segera merengkuh Alisha, mendekap tubuh mungilnya untuk menghentikan gerakannya yang liar.Dengan menundukkan kepala, Neuro meminta pengertian dari para pengunjung yang mulai menatap mereka dengan keheranan dan sedikit ketakutan."Maafkan rekan saya, dia mabuk berat," katanya, suaranya terdengar menenangkan namun penuh kewaspadaan.Namun, Alisha tampaknya tak ingin diam begitu saja
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Mencium Bibirnya

"Astaga!" Refleks, Evelyn menutup mulutnya mendengar penuturan pria muda di depannya. Suaranya bergetar seperti dawai yang tersentuh lembut angin senja."Ah, maafkan aku, Anda pasti kesulitan," ucapnya, nadanya mengambang di udara seolah-olah terperangkap dalam keraguan.Pria itu menggeleng kecil lalu terkekeh, suara tawanya renyah bak dedaunan kering yang diinjak pelan. "Tidak apa-apa, Nona Alisha lebih menyenangkan saat ia mabuk."Evelyn mengangkat alisnya, ketidaktahuan berputar-putar dalam benaknya seperti kupu-kupu yang tersesat dalam cahaya lilin.Melihat wanita di depannya terlihat bingung, Neuro segera mengibaskan tangannya, seolah hendak menghalau kebisuan yang mulai menebal di antara mereka. "Lupakan saja, saya hanya bercanda.""Oh begitu." Evelyn mengangguk pelan, meski dalam hatinya pernyataan itu tetap menggantung, seperti bayangan yang enggan sirna."Di mana saya bisa menempatkan Nona Alisha? Saya akan memapahnya ke kamar. Akan sulit jika Anda dan putri Anda yang melakuk
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Pengecut!

Sekali lagi, Evelyn mendaratkan pukulannya ke punggungnya. Rasa nyeri membakar, tapi tak lebih menyengat dibanding rasa malu yang mulai merayap naik ke pipinya."Dia tampan, Kak. Lebih tampan dari Kak Rean," suara kecil Zehra tiba-tiba muncul, suaranya lembut seperti embusan angin di antara bunga-bunga yang sedang merekah."Nah, kau dengar itu? Kau memberikan pengaruh buruk pada Zehra!" Evelyn kembali menghardik, seakan Alisha adalah badai yang menyerbu tanpa ampun.Alisha hanya bisa menyeringai lebar, matanya berbinar dengan kepolosan yang disengaja. Ya, mau bagaimana lagi? Ia tak sadar telah melakukan itu."Tapi, selingkuhan itu apa, Kak? Aku tidak mengerti," tanya Zehra polos, matanya yang bening memancarkan ketulusan yang membuat Alisha sedikit tersentak."Ah, selingkuhan itu teman, teman baik pria," kilah Alisha asal, suaranya meluncur seperti air yang mengalir di atas batu-batu licin. "Tapi Zehra tidak boleh mengatakan hal itu pada temanmu, oke?"Evelyn terlihat geram, namun akh
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Permohonan Maaf

Rean tersentak saat sorot mata Alisha, tajam dan berkilat benci, menembus tubuhnya laksana belati berlumur racun.Udara di sekelilingnya terasa membeku, menggumpal dalam kesunyian yang mendadak mencekik.Tubuhnya melemas saat menyadari kebenaran yang tak bisa ia sangkal—Alisha telah mengetahui segalanya.Gea pasti telah menebarkan bisikan-bisikan beracun ke telinga istrinya, mencabik-cabik ilusi yang selama ini berusaha ia pertahankan.Rean menggeleng kecil, kepanikan menjalari nadinya seperti ular berbisa yang melata di dalam darahnya. Tidak.Ia harus menyangkal, harus merajut kebohongan yang lebih indah daripada kebenaran yang menyesakkan."Sudah kubilang, Sayang, kamu salah paham. Gea itu...""Aku melihatnya."Ucapannya terputus. Kata-kata Alisha menggema di dalam kepalanya, menyusup ke dalam jiwanya seperti pisau dingin yang menorehkan luka tak kasat mata.Apa? Apa yang telah Alisha lihat hingga kini ia menatapnya dengan begitu jijik, seolah Rean bukan lagi manusia, melainkan makh
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Mendatangi Alisha

"Bagaimana bisa kamu melewati ini sendirian, Sayang? Bagaimana bisa kamu tidak memberitahu Tante?" suara Evelyn bergetar, menggambarkan betapa hancurnya hatinya melihat keadaan Alisha.Alisha terdiam. Bahu Evelyn bergetar, tanda bahwa wanita itu tengah menangis. Dari sekian banyak keluarga yang ia miliki, hanya Evelyn yang selalu memperhatikannya sejak orang tuanya meninggal.Hubungan mereka bukan lagi sekadar bibi dan keponakan, melainkan seperti ibu dan putri kandung. Wajar jika sekarang wanita paruh baya itu begitu khawatir."Tidak apa-apa, Tante. Aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasinya," ujar Alisha, mencoba menenangkan.Evelyn menarik bahu Alisha, matanya menelusuri wajah keponakannya dengan penuh ketidakpercayaan. "Kamu yakin?"Alisha mengangguk kecil. "Ya. Belum sepenuhnya baik, tapi aku sedang berusaha."Evelyn menghela napas panjang, memilih untuk tidak menggali lebih dalam. Membahas luka itu lagi hanya akan membuat Alisha semakin terpuruk.Lebih baik alihkan pembicaraan ke
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Tidak Masalah dengan Kehadirannya

Sebelum jalang licik itu menyelesaikan perkataannya, dengan cepat Alisha menutup teleponnya. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit setelah mendengar ocehan Gea.Dalam satu sentakan Alisha melempar kontak Gea ke daftar kontak pemblokiran. Ini lebih baik, untuk sementara telinganya harus terbebas dari suara jalang licik itu.Namun rupanya, hari-hari tenang Alisha tidak terwujud karena esoknya Rean sudah berada di kediaman Tante Evelyn pagi sekali.Pria itu berdiri di tengah ruang tamu, matanya dipenuhi kehampaan, tangannya terlipat di depan dada dengan napas yang terdengar berat."Dia kemari lagi?" desah Alisha ke arah Evelyn yang tadi menerima Rean masuk."Ya, Sayang. Bagaimana? Kamu mau Tante mengusirnya?" tanya Evelyn, suaranya dipenuhi simpati.Alisha menghela napas panjang lalu menggeleng kecil. Setidaknya ia harus tahu dulu apa yang hendak dikatakan pria brengsek itu sekarang."Biar aku menemuinya, Tante," putusnya lalu melangkah ke arah ruang tamu, langkahnya mantap namun dipen
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status