All Chapters of Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan: Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

Mengusir Gea

“Sedang apa kau di sini?" Tanya Rean sinis, suaranya mengiris udara seperti pisau tajam.Matanya yang membara tertuju pada tangan lentik Alisha yang dengan lembut menyentuh pria itu, jemarinya seolah-olah menari di atas kulit Neuro, meninggalkan jejak tak kasatmata yang membakar dada Rean.Napasnya memburu, seolah oksigen di ruangan itu telah dirampas oleh amarah yang menggelegak. Bisakah Alisha berhenti?Tidakkah dia tahu bahwa hatinya terasa seperti reruntuhan yang dilalap api setiap kali melihat jemari halusnya menyusuri setiap inci tubuh pria lain?"Kenapa kau marah-marah pada tamuku, Rean?" Suara Alisha terdengar seperti angin yang berembus melewati dedaunan, lembut namun menyimpan ketegasan yang membuat dada Rean semakin sesak.Matanya menelusuri wajah perempuan itu, mencari celah untuk menemukan jawaban, namun yang ia temukan hanyalah dinding kokoh ketidakpedulian.Tangan Alisha kini berpaling, mendarat dengan ringan di lengan kekar Neuro. Sebuah gestur sederhana, namun bagi Re
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Mencari Simpati Rean

Ia terus menahan gerak Rean, mencoba menghalangi setiap gerakan pria itu saat memasukkan pakaiannya ke dalam koper.Situasi semakin kacau, pakaian berhamburan ke lantai, menciptakan kekacauan yang mencerminkan keputusasaan dalam hatinya."Jangan membuat ini semakin sulit, Gea! Tidak bisakah kau menurut saja?" suara Rean menekan, keras seperti batu karang yang diterpa gelombang."Bagaimana bisa aku diam saja saat kau berpikir untuk membuangku, Kak? Apa Kakak lupa seluruh janji kita? Kakak bilang Kakak mencintaiku?" suara Gea penuh kepedihan, tangannya mencengkram lengan Rean dengan erat, seolah takut kehilangan.Rean mendengus, sinis. "Dasar naif, kau percaya semua perkataanku? Aku melakukan itu hanya karena godaan nafsu sesaat. Dibandingkan dengan Alisha yang telah kucintai bertahun-tahun, kau tidak ada apa-apanya."Dada Gea bergemuruh, matanya memerah oleh air mata yang enggan jatuh. "Brengsek! Jadi itu cara Kakak membalas semua ketulusanku? Aku sangat mencintai Kakak, kenapa Kakak b
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Aku akan Pergi

Rean terpaku, pikirannya berkecamuk hebat, seakan ditarik oleh dua kutub yang berlawanan. Jika membiarkan Gea menggugurkan bayi ini, ia akan menjadi pembunuh darah dagingnya sendiri.Namun, jika ia bertanggung jawab, ia tahu Alisha akan membencinya lebih dari yang pernah ia bayangkan.Bahu Gea bergetar hebat saat melihat Rean tetap diam, bibirnya mengeluarkan isakan kecil yang terdengar memilukan. Air matanya bergulir perlahan, jatuh ke pipinya yang pucat."Jadi Kakak tetap ingin aku pergi dari sini?" Suaranya bergetar, memantulkan kekecewaan yang terlalu dalam untuk disembunyikan.Helaan napas panjang keluar dari bibir Gea, ia menatap Rean dengan sorot mata yang telah kehilangan harapan."Baik, aku akan pergi. Tenang saja, aku juga akan mencari tempat aborsi yang aman agar tidak ada siapapun yang mengetahui ini. Kakak tidak perlu khawatir."Rean membeku di tempatnya, merasa seperti tenggelam dalam lautan yang tak berujung. Setiap detik yang berlalu terasa seperti pisau yang mengiris
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Lihat dan Saksikanlah Sendiri!

"Kenapa kau berbicara seperti itu, Neuro?"Suara Alisha meluncur lirih, nyaris seperti angin yang berbisik di antara dedaunan musim gugur.Matanya, sepasang bintang yang meredup, menatap Neuro dengan kebingungan yang tak terselami.Neuro mengerjapkan mata, rona kebingungan berpendar di wajahnya yang tampan, seolah angin malam telah membelai pipinya dengan keraguan."Bicara apa?""Tadi, kau bicara pada Rean bahwa kau mencintaiku. Kau tidak perlu melakukan sejauh itu hanya untuk memprovokasinya."Neuro menarik napas, dadanya naik-turun dengan berat. Kata-kata Alisha, bagaikan belati tak kasatmata, menyayat keyakinannya tanpa ampun.Ia menatapnya, mencari sesuatu di wajah wanita itu—seberkas kepercayaan, mungkin, atau sekadar pemahaman. Namun, yang ia temukan hanyalah tembok es yang membentang di antara mereka."Aku tidak sedang memprovokasinya, Alisha. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan."Sesaat, Alisha terdiam. Cahaya temaram senja menari di irisnya, berpendar seperti percikan api
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Menanyakan Alisha

Saat tiba di Hotel Esperanza, langkah Rean terasa berat, seolah ada beban ribuan ton yang menggantung di pundaknya.Dari kejauhan, ia melihat siluet ibunya, Riana, berdiri dengan tangan melambai penuh semangat.Senyuman lebar menghiasi wajahnya, sedangkan ayahnya, Hendriawan, hanya tersenyum kecil dari samping.Rean menghela napas. Ia menarik napas panjang, menyiapkan sesuatu—senyuman palsu yang akan ia pakai sebagai topeng di hadapan mereka."Sayang!"Riana segera merengkuhnya dalam pelukan erat, aroma parfumnya yang familiar menyeruak di udara, membawa kenangan masa kecil yang dulu begitu hangat.Ayahnya kemudian menyusul, merentangkan tangan untuk memeluknya dalam keheningan yang penuh makna."Mama rindu sekali sama kamu," ujar Riana, suaranya menggetarkan udara dengan ketulusan yang tidak bisa disangkal.Rean tersenyum tipis. "Aku juga, Ma. Aku juga merindukan kalian."Hendriawan menepuk pundaknya pelan. "Padahal tadi Mama terus menggerutu, tapi sekarang sepertinya hatinya sudah t
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Usir Saja

"Hush, Ma!" Hendriawan menegur, suaranya lebih tegas. "Dengarkan penjelasan Rean dulu."Rean mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Napasnya terasa berat, dadanya seperti dihempas gelombang pasang yang tak kunjung surut. Akhirnya, dengan suara hampir bergetar, ia mengakui kebenaran yang selama ini ia sembunyikan."Alisha memang sedang marah padaku," ia mengaku, menatap lurus ke lantai seakan di sanalah jawabannya terkubur. "Aku telah melakukan banyak kesalahan padanya akhir-akhir ini."Hendriawan terdiam, sementara Riana mendengus. "Kesalahan seperti apa? Apa sampai sebesar itu hingga dia meninggalkan suaminya?"Rean mengepalkan tangannya. Ini saatnya."Kesalahanku memang fatal," ucapnya pelan, tetapi cukup jelas untuk terdengar. Ia mengangkat wajahnya, menatap langsung ke arah kedua orang tuanya. "Aku mengkhianati pernikahan kami. Wajar jika sekarang Alisha marah dan enggan menemuiku."Keheningan menyergap ruangan itu seperti kabut tebal
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Maafmu tidak Diterima!

Namun, Evelyn tetap berdiri di tempatnya, tampak sedikit gelisah sebelum akhirnya melanjutkan, "Tapi, Sayang… dia tidak datang sendiri. Dia membawa Pak Hendriawan, ayah mertuamu."Dada Alisha seketika menghangat dengan perasaan yang bercampur aduk. Matanya melebar, sedikit terperangah."Ayah di sini? Kapan dia datang?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar."Katanya baru kemarin tiba," jawab Evelyn lembut.Alisha mendesah, membiarkan kelelahan menekan pundaknya. Kenapa mertuanya harus datang di saat pernikahannya sedang terombang-ambing seperti ini?Kenapa Hendriawan, satu-satunya sosok dalam keluarga Rean yang benar-benar menganggapnya seperti anak sendiri, harus hadir di tengah kekacauan ini?Alisha mengepalkan tangannya, mencoba menahan getaran di dalam dirinya."Baiklah, aku akan menemui mereka," ucapnya akhirnya, dengan nada penuh keengganan.Evelyn mengangguk, lalu berjalan di sampingnya, berusaha menjadi perisai bag
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bukan Manusia

"Jangan berkata apa pun lagi padaku atau aku akan kembali ke rumah Tante," ancam Alisha kembali.Rean meremas rambutnya kasar mendengar perkataan Alisha. Apa yang harus ia lakukan?Rean menghela napas berat. Alisha benar-benar menginginkan Gea pergi dari sini, tapi bagaimana ia bisa mengusir Gea saat gadis itu mengandung anaknya?Apa reaksi Alisha jika tahu Gea sedang mengandung darah dagingnya? Alisha pasti benar-benar akan pergi darinya.Hatinya terasa seperti labirin kusut yang tak berujung, penuh sesak oleh penyesalan dan ketakutan.Bayangan Alisha yang dulu hangat dan penuh cinta kini telah memudar menjadi sosok yang dingin, membeku dalam jarak yang tak terjangkau.Setiap tatapan matanya yang dulu bagai matahari pagi, kini menjadi duri tajam yang menggoreskan rasa bersalah di relung hati terdalam.Ia mencoba kembali menggapai tangan Alisha, namun Alisha segera menjauh.Seolah ada dinding tak kasat mata di antara mereka, memisahkan hati yang dulu bersatu. Kehangatan yang pernah me
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Lusa Kita akan Menikah

Dalam keheningan yang menyiksa, Alisha dapat mendengar deru napas Rean yang menghela napas panjang melihatnya berpura-pura tertidur.Sorot mata penuh dendam kembali ia tampilkan di wajahnya. Lihat saja Rean, ia berjanji ini adalah kali terakhir pria itu merasa lega.Setelah melakukan hal sekejam ini padanya, Alisha tidak akan membiarkan mereka merasa tenang di masa hidupnya.Dendam itu membara di dadanya, bersemayam dalam gelap yang tak akan pernah pudar. Ia akan menjadi badai yang menumbangkan segalanya.Alisha menatap jas yang akan dipakai Rean hari ini. Ia mengambil alat penyadap suara berbentuk pena yang pernah ia dapatkan dari Neuro waktu itu.Setelah sekian lama Neuro memberi alat itu, tidak ia sangka ia akan menggunakan alat ini sekarang. Bergegas Alisha menghampiri Rean lalu membawa jas beserta penanya.Rean terlihat mengangkat alisnya bingung, ia tidak menyangka jika Alisha masih memperhatikannya bahkan ketika wanita itu tengah dilanda amarah."Sayang?" "Aku melakukan ini kar
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Aku Baik-Baik Saja

Degg. Jantung Alisha seolah berhenti di tempat mendengar ucapan Rean. Lusa? Secepat itu Rean memikirkan semuanya dan melupakan janji sakral mereka?Sebegitu cintakah Rean kepada Gea hingga ia tidak sanggup berlama-lama menjalin hubungan terlarang dengan wanita itu?Dada Alisha terasa seperti lautan yang dihantam badai—gelombang amarah dan kepedihan berkecamuk tanpa henti, menghancurkan sisa-sisa harapannya yang rapuh.Kepala Alisha terasa pening, seolah beban dunia sedang bertengger di pelipisnya.Meski entah rasa cinta itu masih ada atau tidak, ia tetap tidak merasa terima saat Rean secepat itu berpikir untuk menggantikannya.Bagaimanapun hancurnya pernikahan mereka sekarang, mereka pernah memiliki masa-masa yang bahagia.Tidakkah Rean mengingatnya? Tidakkah kenangan-kenangan manis itu berdesir di hatinya, seperti angin lembut yang pernah membelai hari-hari mereka?Alisha menarik napas panjang yang terasa tercekat di kerongkongan. Udara di sekitarnya terasa menipis, seakan seluruh ok
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status