Share

Mendatangi Alisha

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2025-02-13 22:52:43

"Bagaimana bisa kamu melewati ini sendirian, Sayang? Bagaimana bisa kamu tidak memberitahu Tante?" suara Evelyn bergetar, menggambarkan betapa hancurnya hatinya melihat keadaan Alisha.

Alisha terdiam. Bahu Evelyn bergetar, tanda bahwa wanita itu tengah menangis. Dari sekian banyak keluarga yang ia miliki, hanya Evelyn yang selalu memperhatikannya sejak orang tuanya meninggal.

Hubungan mereka bukan lagi sekadar bibi dan keponakan, melainkan seperti ibu dan putri kandung. Wajar jika sekarang wanita paruh baya itu begitu khawatir.

"Tidak apa-apa, Tante. Aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasinya," ujar Alisha, mencoba menenangkan.

Evelyn menarik bahu Alisha, matanya menelusuri wajah keponakannya dengan penuh ketidakpercayaan. "Kamu yakin?"

Alisha mengangguk kecil. "Ya. Belum sepenuhnya baik, tapi aku sedang berusaha."

Evelyn menghela napas panjang, memilih untuk tidak menggali lebih dalam. Membahas luka itu lagi hanya akan membuat Alisha semakin terpuruk.

Lebih baik alihkan pembicaraan ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Tidak Masalah dengan Kehadirannya

    Sebelum jalang licik itu menyelesaikan perkataannya, dengan cepat Alisha menutup teleponnya. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit setelah mendengar ocehan Gea.Dalam satu sentakan Alisha melempar kontak Gea ke daftar kontak pemblokiran. Ini lebih baik, untuk sementara telinganya harus terbebas dari suara jalang licik itu.Namun rupanya, hari-hari tenang Alisha tidak terwujud karena esoknya Rean sudah berada di kediaman Tante Evelyn pagi sekali.Pria itu berdiri di tengah ruang tamu, matanya dipenuhi kehampaan, tangannya terlipat di depan dada dengan napas yang terdengar berat."Dia kemari lagi?" desah Alisha ke arah Evelyn yang tadi menerima Rean masuk."Ya, Sayang. Bagaimana? Kamu mau Tante mengusirnya?" tanya Evelyn, suaranya dipenuhi simpati.Alisha menghela napas panjang lalu menggeleng kecil. Setidaknya ia harus tahu dulu apa yang hendak dikatakan pria brengsek itu sekarang."Biar aku menemuinya, Tante," putusnya lalu melangkah ke arah ruang tamu, langkahnya mantap namun dipen

    Last Updated : 2025-02-13
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Mengusir Gea

    “Sedang apa kau di sini?" Tanya Rean sinis, suaranya mengiris udara seperti pisau tajam.Matanya yang membara tertuju pada tangan lentik Alisha yang dengan lembut menyentuh pria itu, jemarinya seolah-olah menari di atas kulit Neuro, meninggalkan jejak tak kasatmata yang membakar dada Rean.Napasnya memburu, seolah oksigen di ruangan itu telah dirampas oleh amarah yang menggelegak. Bisakah Alisha berhenti?Tidakkah dia tahu bahwa hatinya terasa seperti reruntuhan yang dilalap api setiap kali melihat jemari halusnya menyusuri setiap inci tubuh pria lain?"Kenapa kau marah-marah pada tamuku, Rean?" Suara Alisha terdengar seperti angin yang berembus melewati dedaunan, lembut namun menyimpan ketegasan yang membuat dada Rean semakin sesak.Matanya menelusuri wajah perempuan itu, mencari celah untuk menemukan jawaban, namun yang ia temukan hanyalah dinding kokoh ketidakpedulian.Tangan Alisha kini berpaling, mendarat dengan ringan di lengan kekar Neuro. Sebuah gestur sederhana, namun bagi Re

    Last Updated : 2025-02-14
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Mencari Simpati Rean

    Ia terus menahan gerak Rean, mencoba menghalangi setiap gerakan pria itu saat memasukkan pakaiannya ke dalam koper.Situasi semakin kacau, pakaian berhamburan ke lantai, menciptakan kekacauan yang mencerminkan keputusasaan dalam hatinya."Jangan membuat ini semakin sulit, Gea! Tidak bisakah kau menurut saja?" suara Rean menekan, keras seperti batu karang yang diterpa gelombang."Bagaimana bisa aku diam saja saat kau berpikir untuk membuangku, Kak? Apa Kakak lupa seluruh janji kita? Kakak bilang Kakak mencintaiku?" suara Gea penuh kepedihan, tangannya mencengkram lengan Rean dengan erat, seolah takut kehilangan.Rean mendengus, sinis. "Dasar naif, kau percaya semua perkataanku? Aku melakukan itu hanya karena godaan nafsu sesaat. Dibandingkan dengan Alisha yang telah kucintai bertahun-tahun, kau tidak ada apa-apanya."Dada Gea bergemuruh, matanya memerah oleh air mata yang enggan jatuh. "Brengsek! Jadi itu cara Kakak membalas semua ketulusanku? Aku sangat mencintai Kakak, kenapa Kakak b

    Last Updated : 2025-02-14
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Aku akan Pergi

    Rean terpaku, pikirannya berkecamuk hebat, seakan ditarik oleh dua kutub yang berlawanan. Jika membiarkan Gea menggugurkan bayi ini, ia akan menjadi pembunuh darah dagingnya sendiri.Namun, jika ia bertanggung jawab, ia tahu Alisha akan membencinya lebih dari yang pernah ia bayangkan.Bahu Gea bergetar hebat saat melihat Rean tetap diam, bibirnya mengeluarkan isakan kecil yang terdengar memilukan. Air matanya bergulir perlahan, jatuh ke pipinya yang pucat."Jadi Kakak tetap ingin aku pergi dari sini?" Suaranya bergetar, memantulkan kekecewaan yang terlalu dalam untuk disembunyikan.Helaan napas panjang keluar dari bibir Gea, ia menatap Rean dengan sorot mata yang telah kehilangan harapan."Baik, aku akan pergi. Tenang saja, aku juga akan mencari tempat aborsi yang aman agar tidak ada siapapun yang mengetahui ini. Kakak tidak perlu khawatir."Rean membeku di tempatnya, merasa seperti tenggelam dalam lautan yang tak berujung. Setiap detik yang berlalu terasa seperti pisau yang mengiris

    Last Updated : 2025-02-14
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Lihat dan Saksikanlah Sendiri!

    "Kenapa kau berbicara seperti itu, Neuro?"Suara Alisha meluncur lirih, nyaris seperti angin yang berbisik di antara dedaunan musim gugur.Matanya, sepasang bintang yang meredup, menatap Neuro dengan kebingungan yang tak terselami.Neuro mengerjapkan mata, rona kebingungan berpendar di wajahnya yang tampan, seolah angin malam telah membelai pipinya dengan keraguan."Bicara apa?""Tadi, kau bicara pada Rean bahwa kau mencintaiku. Kau tidak perlu melakukan sejauh itu hanya untuk memprovokasinya."Neuro menarik napas, dadanya naik-turun dengan berat. Kata-kata Alisha, bagaikan belati tak kasatmata, menyayat keyakinannya tanpa ampun.Ia menatapnya, mencari sesuatu di wajah wanita itu—seberkas kepercayaan, mungkin, atau sekadar pemahaman. Namun, yang ia temukan hanyalah tembok es yang membentang di antara mereka."Aku tidak sedang memprovokasinya, Alisha. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan."Sesaat, Alisha terdiam. Cahaya temaram senja menari di irisnya, berpendar seperti percikan api

    Last Updated : 2025-02-15
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menanyakan Alisha

    Saat tiba di Hotel Esperanza, langkah Rean terasa berat, seolah ada beban ribuan ton yang menggantung di pundaknya.Dari kejauhan, ia melihat siluet ibunya, Riana, berdiri dengan tangan melambai penuh semangat.Senyuman lebar menghiasi wajahnya, sedangkan ayahnya, Hendriawan, hanya tersenyum kecil dari samping.Rean menghela napas. Ia menarik napas panjang, menyiapkan sesuatu—senyuman palsu yang akan ia pakai sebagai topeng di hadapan mereka."Sayang!"Riana segera merengkuhnya dalam pelukan erat, aroma parfumnya yang familiar menyeruak di udara, membawa kenangan masa kecil yang dulu begitu hangat.Ayahnya kemudian menyusul, merentangkan tangan untuk memeluknya dalam keheningan yang penuh makna."Mama rindu sekali sama kamu," ujar Riana, suaranya menggetarkan udara dengan ketulusan yang tidak bisa disangkal.Rean tersenyum tipis. "Aku juga, Ma. Aku juga merindukan kalian."Hendriawan menepuk pundaknya pelan. "Padahal tadi Mama terus menggerutu, tapi sekarang sepertinya hatinya sudah t

    Last Updated : 2025-02-15
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Usir Saja

    "Hush, Ma!" Hendriawan menegur, suaranya lebih tegas. "Dengarkan penjelasan Rean dulu."Rean mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Napasnya terasa berat, dadanya seperti dihempas gelombang pasang yang tak kunjung surut. Akhirnya, dengan suara hampir bergetar, ia mengakui kebenaran yang selama ini ia sembunyikan."Alisha memang sedang marah padaku," ia mengaku, menatap lurus ke lantai seakan di sanalah jawabannya terkubur. "Aku telah melakukan banyak kesalahan padanya akhir-akhir ini."Hendriawan terdiam, sementara Riana mendengus. "Kesalahan seperti apa? Apa sampai sebesar itu hingga dia meninggalkan suaminya?"Rean mengepalkan tangannya. Ini saatnya."Kesalahanku memang fatal," ucapnya pelan, tetapi cukup jelas untuk terdengar. Ia mengangkat wajahnya, menatap langsung ke arah kedua orang tuanya. "Aku mengkhianati pernikahan kami. Wajar jika sekarang Alisha marah dan enggan menemuiku."Keheningan menyergap ruangan itu seperti kabut tebal

    Last Updated : 2025-02-16
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Maafmu tidak Diterima!

    Namun, Evelyn tetap berdiri di tempatnya, tampak sedikit gelisah sebelum akhirnya melanjutkan, "Tapi, Sayang… dia tidak datang sendiri. Dia membawa Pak Hendriawan, ayah mertuamu."Dada Alisha seketika menghangat dengan perasaan yang bercampur aduk. Matanya melebar, sedikit terperangah."Ayah di sini? Kapan dia datang?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar."Katanya baru kemarin tiba," jawab Evelyn lembut.Alisha mendesah, membiarkan kelelahan menekan pundaknya. Kenapa mertuanya harus datang di saat pernikahannya sedang terombang-ambing seperti ini?Kenapa Hendriawan, satu-satunya sosok dalam keluarga Rean yang benar-benar menganggapnya seperti anak sendiri, harus hadir di tengah kekacauan ini?Alisha mengepalkan tangannya, mencoba menahan getaran di dalam dirinya."Baiklah, aku akan menemui mereka," ucapnya akhirnya, dengan nada penuh keengganan.Evelyn mengangguk, lalu berjalan di sampingnya, berusaha menjadi perisai bag

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Salah Memilih Lawan

    Kelly hanya bisa meremas foto-foto itu dengan kesal. Mustahil, bagaimana bisa Alisha menemukan jejak dirinya saat menjadi wanita penghibur beberapa tahun yang lalu.Hanya sebentar ia berada disana untuk bekerja, bagaimana mungkin Alisha bisa menemukan jejaknya?Apa Alisha memiliki orang handal yang pintar mencari informasi? Tidak mungkin. Perusahaan Alisha bukanlah perusahaan besar yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa."Bagaimana Kelly? Kau ingin aku mengirimnya pada Andrew?" ujar Alisha dengan senyuman miring."Atau bagaimana jika aku membeberkan hal ini ke media? Beritamu pasti akan besar seperti halnya beritaku. Bahkan aku bisa membuatnya lebih besar lagi," sambung Alisha kembali.Kelly mulai terlihat pucat pasi mendengar ucapan Alisha. Rahangnya bergemretak menahan amarah melihat Alisha yang tersenyum penuh arti. "Apa maumu?""Ha, tidak seru! Kenapa kau masih saja searogan itu saat kartu matimu ada di tanganku. Memohonlah padaku, Kelly Anderson! Baru aku akan memperca

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Ancaman Untuk Kelly

    Awalnya Alisha pikir Gea akan terbawa amarah saat ia lagi-lagi kalah darinya. Namun kali ini berbeda, Alisha terperangah saat melihat Gea malah mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman licik nan berbahaya. Kedua tangannya ia lipat di depan lalu berkata, "Tidak apa-apa, Kelly. Aku memang sengaja kalah dari Kak Lisha,"Alisha mengangkat alis mendengar ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Gea. Apa yang jalang ini maksud sebenarnya?"Sengaja kalah? Kenapa memangnya, Gea?" Kelly terlihat mulai memancing.Semua orang terlihat mencondongkan tubuh mereka, sama-sama ingin tahu jawaban yang akan Gea utarakan."Aku sudah mengambil semuanya dari Kak Lisha, hal ini tidak seberapa dengan pengorbanannya untukku. Dia sungguh berhati mulia mau memberikan suami tercintanya.”"Astaga, malangnya.""Kasihan sekali.""Dia tidak pandai menjaga suaminya."Alisha hanya bisa ternganga mendengar jawaban Gea. Semua orang kembali terkikik geli. Sialan, mereka sengaja menjadikan aib rumah tanggany

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Kalah

    Alisha mengangkat wajahnya melihat ke arah depan. Matanya melebar sempurna melihat bayangan wanita itu. Raut wajah Alisha seketika mengeras melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar. Gea melangkahkan kakinya ke arah meja mereka dengan langkah mengayun. Alisha hanya bisa mengatupkan rahangnya kuat melihat penampilan Gea yang mewah malam ini. Sedang apa wanita jalang ini di sini?"Selamat malam, Kak Lisha. Akhirnya kita bertemu lagi hari ini."Melihat Gea berdiri disana dengan senyuman lebar membuat amarah Alisha seketika bangkit. la refleks berdiri, menatap tajam ke arah Gea yang masih memasang senyum lebarnya."Apa-apaan ini, Kelly? Kenapa jalang ini ada di sini?" ujar Alisha sinis.Kelly terlihat mengangkat bahu. "Maafkan aku Alisha Sayang, tapi aku menerima semua orang yang menurutku memiliki derajat tinggi. Sekarang Gea adalah istri Rean Hadiyatma, salah satu perusahaan besar di kota ini,""Apa kalian tahu siapa dia?" Tanya Alisha sambil menunjuk Gea dengan telunjuknya."T

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Tamu Spesial

    Dalam hati Gea bersorak mendengar ucapan Riana. Rencananya lebih lancar dari yang seharusnya berjalan. Kematian Hendriawan benar-benar menguntungkan baginya. Lihat orang-orang bodoh ini, mereka tidak tahu jika ia telah menyuntikan racun ke dalam infusan Hendriawan. Sebenarnya langkahnya untuk melenyapkan bukan bagian dari rencana, hanya saja mengingat pria tua itu bisa menjadi batu sandungan untuknya, Gea terpaksa melakukannya.Racun yang ia suntikan memang tidak dapat terdeteksi sebagai penyebab kematian, siapa yang menyangka jika pekerjaan ayahnya sebagai anggota preman cukup membantunya mengetahui informasi ini. Gea mengulas senyuman tipis. Kebencian Riana terhadap Alisha semakin membesar karena satu dua kebohongan yang ia lontarkan. la akan menjadikan Riana sebagai alat untuk menghancurkan Alisha. Tidak ada senjata yang lebih baik dibanding dari mereka yang dipenuhi dendam dan juga amarah.Dengan penuh yakin Gea mengangguk, menuruti apapun arahan Riana selanjutnya."Baik Ma, G

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menyalahkan Alisha

    Suasana duka menyelimuti kediaman rumah Keluarga Hadiyatma ketika Alisha menginjakkan kakinya di sini.Semua orang berpakaian penuh hitam ikut menggambarkan betapa kelamnya hari panjang ini bagi mereka.Alisha hanya bisa menatap rumah duka itu dengan tatapan nanar. Suasana hatinya tak jua berbeda dengan suasana hati yang ditujukkan Rean dan Riana hari ini. Sedih dan putus asa.Riana terlihat masih menjerit histeris menggoncang tubuh suaminya yang terbujur kaku sementara Rean terlihat menahan lengan sang ibu untuk menguatkan hatinya yang ditinggal belahan jiwanya.Pemandangan ini sungguh memilukan membuat beberapa pelayat ikut menutup wajah, menyembunyikan tangisnya.Kedatangan Alisha dan raut wajah sedihnya nyatanya tak dapat menyentuh hati Riana sedikit pun.Melihat kedatangan Alisha yang tidak diharapkan membuat pandangan Riana berubah waspada.Wajah putus asanya seketika mengeras melihat Alisha menghampiri jasad Hendriawan. Berani sekali! Berani sekali orang yang menyebabkan kemala

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Berita Kematian

    Telinga Riana seolah berdenging mendengar ucapan dokter di depannya."Apa maksudnya dokter? Jangan main-main. Saya mau menemui suami saya, tadi dia masih baik-baik saja. Mana mungkin suami saya meninggal," ujar Riana menolak fakta yang baru saja dikatakan dokter di depannya."Maafkan kami Bu, kami sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain. Nyawa suami Ibu tidak dapat kami selamatkan.”Tubuh Riana seketika melemas mendengar perkataan dokter di depannya. Tidak mungkin, tidak mungkin suaminya meninggalkannya sekarang.Dengan daya yang tersisa tinggal sedikit, Riana menghampiri ruangan Hendriawan.Tatapannya berubah nanar saat melihat tubuh kaku Hendriawan dengan wajahnya yang sudah memucat."Papa baik-baik saja kan, Pa? Papa pasti bohong kan sama Mama? Papa tidak mungkin meninggalkan Mama sendirian, bukan?"Meski Riana sudah mengguncang tubuh Hendriawan berkali-kali dengan daya yang cukup keras, Hendriawan tetap tidak merespon apapun yang sudah ia lakukan."Papa jangan bercanda begini

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Tidak Bisa Diselamatkan

    Gea menarik nafasnya yang seketika menjadi berat lalu kembali memfokuskan pendengarannya saat Hendriawan kembali membuka suara.Hendriawan terlihat menarik tangan Alisha lembut. Melihat tatapan penuh makna yang diberikan mertuanya pada Alisha, Gea merasa ada sesuatu yang penting hendak dibicarakan oleh Hendriawan."Papa punya permintaan untuk kamu, Alisha.”"Apa itu, Pa?”"Sayang, Papa ingin kamu membatalkan gugatan kamu pada Rean, Papa mohon Sayang, tetaplah jadi menantu Papa. Kamu mau kan?"Seketika jantung Gea berhenti mendengar permohonan Hendriawan pada Alisha. Apa ia tidak salah dengar? Apa Hendriawan baru saja melarang Alisha untuk bercerai dengan Rean?Tanpa sadar Gea mengepalkan tangannya hingga kuku jari jemarinya memutih. Emosinya seketika bangkit mendengar permintaan Hendriawan yang tidak masuk akal.Tidak cukup dengan mengabaikan kehadirannya sebagai istri Rean, Hendriawan sepertinya ingin mengembalikan keadaan pernikahan Rean dan Alisha kembali seperti semula.Nafas Gea

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Terlihat Kembali Dekat

    Alisha mengerjap mendengar permintaan Hendriawan yang mendadak kepadanya. la terdiam, terlalu bingung untuk memberi jawaban kepada Hendriawan.Sebenarnya Alisha mau saja, tapi mengingat ia harus sering bertemu dengan Riana dan Gea membuat Alisha merasa enggan."Sayang? Papa mohon, kamu mau ya?"Permohonan yang sangat yang diucapkan oleh Hendriawan membuat Alisha menjadi tidak tega. la melirik ke arah Rean yang sepertinya ikut menunggu jawaban darinya.Alisha menghela nafasnya berat lalu mengangguk. Meski ia enggan, tidak mungkin ia menolak permintaan Hendriawan secara terang-terangan seperti ini."Aku akan berusaha, Pa," jawabnya tidak yakin.Hendriawan mengulas senyuman kembali saat mendengar jawaban Alisha. Netra Hendriawan yang terlihat semakin sayu membuat Alisha memintanya untuk kembali beristirahat."Sebaiknya Papa istirahat sekarang. Jangan memikirkan banyak hal yang tidak perlu."Hendriawan mengangguk lalu mulai memejamkan mata. Alisha segera menarik selimutnya lalu menaikkann

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Membutuhkan Alisha

    Alisha terlonjak mendengar ucapan Rean. "Papa sakit? Tunggu, apa penyakitnya kambuh lagi?""Begitulah. Jadi Alisha, bisa kau bantu aku dan segera datang kemari? Kita lupakan sejenak permasalahan yang tengah kita hadapi. Alisha, Papa membutuhkan dukungan kita sekarang. Kau bisa melakukannya?"Alisha menghela nafasnya panjang mendengar permintaan Rean. Bagaimana bisa ia menolak permintaan Rean saat Hendriawan membutuhkannya? la memijat keningnya sejenak lalu kemudian mengangguk kecil. Benar, untuk sementara lupakan dulu permasalahannya dengan para manusia brengsek ini. la harus membantu Hendriawan pulih dari sakitnya."Baiklah, dimana Papa dirawat?" Tanya Alisha cepat, tidak ingin berbasa basi hal yang tidak perlu dengan Rean."Ah, Rumah Sakit Kencana, dekat rumah kita.”"Rumahmu dengan Gea," ralat Alisha cepat."Ya ya, terserah. Jadi kau bisa kemari? Kau mau aku jemput?"Kening Alisha berkerut tidak senang mendengar ucapan Rean, "Menurutmu setelah apa yang kau lakukan tadi aku masih i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status