All Chapters of Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali: Chapter 11 - Chapter 20

92 Chapters

11. Dunia Ranaya Runtuh

Pernyataan yang tengah dipikirkan itu seperti petir di siang bolong bagi Ranaya. Ia merasa seluruh tubuhnya membeku. Karena tak segera menjawab pertanyaannya, Tantri kemudian menoleh di tengah ia memutar setir kemudinya. “Ranaya? Kenapa? Kok malah melamun?” Tantri mengucapkannya sembari menautkan alis. Ranaya buru-buru mengemasi semua pikirannya. Ia lalu menggeleng. “Oh, nggak apa-apa, Ma. Aku cuma penasaran,” sahut Ranaya akhirnya. Ranaya menyandarkan kepala ke jendela mobil di sisinya. Diam-diam ia ingin tahu semuanya. Bagaimana hubungan antara Sagara, Sherly, dan Tantri yang sesungguhnya. Tak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi akhirnya mencapai rumah. Keduanya melangkah beriringan. Tantri membawa tas yang tadi dibawakan oleh Mayang sebelum pulang. “Terima kasih lo, Ran, sudah mau nemenin Mama. Sekarang lebih baik kamu istirahat dulu,” ungkap Mama tatkala mereka berpisah. Ranaya menuju kamar, sementara Tantri harus menyimpan dulu bahan makanan pemberian dari Mayang
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

12. Masa Lalu Kelam

Ranaya akhirnya menoleh. Tatapannya kosong. “Maaf, Mas. Tapi bisa nggak tinggalin aku sendiri dulu?” mohonnya dengan suara serak dan dalam karena terlalu banyak menangis. Ranaya merasa semakin nelangsa sekarang. Di saat ia sedang kehilangan, di saat ia down dan terpuruk, serta tak memercayai siapa pun di rumah ini, suaminya justru tak memedulikannya dan malah lebih mementingkan tentang sapu tangan itu. Sagara menatap tajam ke arah Ranaya yang mengalihkan pandangannya kembali ke arah jendela. Rahang pria tersebut kian berkedut. Ia semakin meremas sapu tangan di tangannya, untuk kemudian memutuskan keluar. Membiarkan sendiri Ranaya yang menurutnya sangat merepotkan. Sagara melangkah cepat menuju ruang lain di rumah ini. Ia tak tahu jika ternyata Tantri sengaja berada di depan kamar mereka untuk menguping pembicaraan. Wajah Tantri terlihat kecewa. Angin malam menerobos jendela ruang kerja Sagara yang setengah terbuka. Suara detak jam di dinding seolah menggema di ruangan itu, be
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

13. Efek Obat Rangsang

Kedua mata Ranaya membelalak lebar. Tubuh yang membelenggu mulai beringsut menjalar di atasnya. Apalagi sekarang ia dapat menyaksikan badan berotot milik Sagara hanya dililit oleh kain handuk. “Jangan, Mas, tolong ….” Ia menggeleng cepat dengan bibir yang terkatup rapat. Namun, hal itu justru membuat Sagara menarik salah satu ujung bibirnya. Sepasang mata itu sedang dilanda mabuk gairah yang meletup-letup dan mengunci Ranaya seolah ingin menelannya bulat-bulat. “Salah sendiri kamu melanggarnya. Aku sudah memperingatkanmu tadi,” desisnya dengan suara berat penuh hasrat. Tangannya kian menggenggam erat pergelangan tangan Ranaya dan menariknya ke atas kepala wanita tersebut. Makin ketakutanlah Ranaya. Ranaya dejavu, ia merasakan kembali untuk kedua kalinya ketakutan yang benar-benar ingin ia hindari. Walau begitu, Ranaya tahu jika Sagara malam ini merupakan sosok yang berbeda. Kalau kemarin ia menemui kilat amarah dan penuh keterpaksaan dari pria itu, namun tidak dengan sekarang
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

14. Dikejar Sekelompok Pria Berjas

Ranaya melangkah menuruni tangga dengan langkah tertatih. Rasa sakit menjalar dari pangkal kakinya, membuatnya harus menggigit bibir untuk menahan perih. Namun, bukan hanya tubuhnya yang sakit. Hatinya pun terasa seperti diiris ribuan belati. Semalam … malam yang seharusnya tidak pernah terjadi. Malam yang telah menghancurkan semuanya. Ia menghela napas, mencoba menenangkan pikirannya dan menjauhkan dari rasa sedih yang berlarut-larut. Namun, saat kepalanya sedikit mendongak, matanya bertemu dengan sosok Tantri yang tengah berdiri di bawah, menunggunya dengan pandangan yang tak dapat ia artikan. “Ranaya, kamu nggak apa-apa, kan?” tanyanya cemas, tapi ada nada terselubung di dalamnya. Tantri mengamati cara berjalan Ranaya, lalu secara refleks dua ujung bibirnya tertarik dalam senyum samar. Wanita itu dengan pintar cepat-cepat meringkas senyuman tersebut. Ranaya terdiam sejenak. Sebenarnya ia terlalu lelah untuk menjawab. Apalagi … akhir-akhir ini keduanya tak terlalu intens be
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

15. Meninggalkan Utang?

“Sebenarnya Ranaya itu ….” Mula-mula bunyi dering dari sebuah ponsel membuatnya menghentikan ucapannya. Salah seorang dari mereka yang berdiri di belakangnya melangkah maju, lantas mengulurkan ponsel kepada pimpinannya tersebut. “Bos, ada telepon dari atasan,” ujar anak buahnya singkat. Sesaat sebelum memutuskan menerima panggilan itu, ia menatap Tantri dan Harto secara bergantian seakan mengungkapkan bahwa dirinya perlu waktu untuk mengangkatnya terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama, pria itu menjauh, menekan tombol hijau, dan berbicara dengan nada rendah namun penuh ketegasan. Harto sedikit mengernyit selama mengamati gerakan orang tersebut. Ia kemudian bertukar pandang dengan istrinya. Jika orang-orang ini memiliki atasan, itu berarti mereka bukan kelompok sembarangan, batin keduanya tanpa terucap. Sementara itu di balik guci besar, Ranaya menahan napas. Jantungnya berdegup kencang seakan ketakutan dan ketegangannya bisa terdengar oleh siapa saja yang ada di ruangan itu.
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

16. Jangan Sampai Hamil!

Ranaya mengatupkan bibir. Mendadak tubuhnya lemas. Sepertinya ia harus segera menggagalkan ajakan Tantri untuk pergi ke dokter bersama. Pasalnya, ia tak mau ibu mertuanya tahu jika dirinya benaran hamil. Wanita itu pasti akan heboh dan otomatis orang serumah bakal tahu! Mau tak mau Ranaya segera bangkit. Ia setengah berlari menuju pintu. Namun, di detik yang sama ketika ia membuka pintu, Tantri sudah mengangkat tangan hendak mengetuk kamarnya. “Mama?” Ranaya terhenyak. Apalagi kalau dilihat, ibu mertuanya sudah dandan rapi. “Ayo, Ran, berangkat sekarang. Mama sudah mandi, nih,” cetusnya. Ranaya sontak melipat wajahnya tak enak. “Ma, maaf, kita batalkan dulu, ya. Kayaknya aku cuma sakit GERD, udah minum obat yang biasanya juga, kok. Ini udah mendingan, Ma,” dustanya. Tantri mengerutkan dahi tak percaya. “Yang benar kamu, Ran? Pucat begitu─” “Aku baik-baik saja, Ma,” potong Ranaya dan memaksakan senyum. “Sekali lagi aku minta maaf ya, Ma.” Tantri di hadapannya menarik nap
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

17. Menyembunyikan Fakta Pahit

Sagara hanya diam, tapi tidak segera melepaskan Sherly. Hal itu tak pelak membuat hati Ranaya perih, lantas berdeham pelan. Kemudian baru suaminya itu memundurkan tubuhnya menjauh. "Ups, maaf! Saya ceroboh banget, ya." Sherly terkikik kecil. Sesekali ia melirik ke arah Ranaya yang sedang diliputi api cemburu. Ranaya mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Ada sesuatu di dalam dadanya yang terasa sesak. Bodoh. Kenapa juga ia harus menyaksikan adegan barusan? "Maaf, sebaiknya aku pulang sekarang. Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara pelan. Sagara akhirnya menoleh, namun tak mengatakan apa-apa. Sementara itu Sherly mendadak meraih tangannya. “Bu, kok buru-buru? Kenapa nggak di sini dulu aja? Kita bisa ngobrol santai, lagian kantor ini juga milik Bu Ranaya setelah menikah, kan.” Sherly mengatakannya dengan senyum yang merekah tanpa beban. Sejenak Ranaya menatapnya tajam. Bukannya senang, ia justru kesal dengan sikap sok polos yang Sherly tunjukkan. Dan hal itu malah menyun
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

18. Kepergian Ranaya

Suara tangis histeris Ranaya menggema di kamar itu. Mengguncang atmosfer yang sebelumnya penuh bisikan mesra dan gelak tawa. Sagara tersentak. Dengan cepat ia bangkit dari ranjang sambil memasang wajah yang mengeras, sementara tangannya meraih celana panjang yang tergeletak di lantai. Ia mengenakannya secepat tarikan napasnya yang memburu. Perempuan yang awalnya berada di rengkuhan Sagara juga turut bangun. Namun, perempuan berambut panjang itu hanya sekadar menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Dari situ Ranaya tahu bahwa perempuan itu adalah Sherly. Pertanyaannya, sejak kapan Sherly berada di rumah ini?! Ranaya mematung di ambang pintu. Dadanya naik turun dipenuhi emosi. Matanya yang membasah memandangi pemandangan menyakitkan itu—suaminya sendiri, tepat di ranjang mereka, bersama perempuan lain. "Sialan! Mana sopan santunmu?!" gertakan Sagara memenuhi ruangan. Lelaki itu sudah mengenakan celananya, lalu memungut kaus yang tergeletak di lantai. "Siapa suruh
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

19. Di Mana Kamu?

'Ranaya, gimana keadaan rumah tanggamu sekarang?' Jantung Ranaya berdebar. Ini sudah kedua kalinya ia mendapat pesan aneh seperti ini, seolah ada seseorang di luar sana yang tahu betul tentang kehidupannya. Namun, yang paling membuatnya ngeri adalah foto yang dikirim nomor tersebut beberapa bulan lalu. Foto Sagara bersama Sherly di pesta malam setelah pernikahan mereka. Ada perasaan getir sekaligus sedih saat matanya terpaku membaca pesan tersebut. Namun, lebih dari itu, Ranaya sangat penasaran dengan sosok pengirim misterius yang kembali mengiriminya pesan. Siapa sebenarnya orang ini? Apa motifnya? Jangan-jangan memang ada orang yang sengaja mempermainkannya! Tapi … siapa? Ranaya tentu pernah memeriksa nomor asing tersebut di sebuah aplikasi yang dapat memunculkan tagar nama kontak. Tetapi, tak berhasil. Sepertinya pemilik nomor itu sengaja menyembunyikan identitas dirinya dan mengatur nomornya menjadi privasi. Ia termangu dan larut dalam pikirannya. Napasnya tersendat tat
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

20. Hari-hari Kacau

Pagi ini Sagara membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia perlahan menoleh, mendapati ruang di sisi pembaringannya kosong tanpa Rayana yang biasanya mendiami. Sagara mengusap wajah secara kasar. Perasaan sepi dan janggal itu menusuk dadanya kembali. Kemarin selama seharian penuh ia tak berhasil menemukan jejak perempuan itu walau dirinya menyusuri sampai ujung kota dan perbatasan wilayah. Orang-orang yang ia temui pun menggeleng tiap Sagara menyodorkan foto Ranaya kepada mereka. Tak terasa matanya tetap terpaku pada tempat kosong yang setiap hari ditiduri Ranaya. Biasanya, meskipun ia sering mengabaikan kehadiran Ranaya, perempuan itu tetap ada dan tidur di sana. Ia sepertinya lupa kalau istrinya tersebut sudah pergi. Bahkan tanpa sadar, selama semalaman ia selalu memberi ruang lain di sampingnya tersebut saat tidur. Sagara bangkit dengan malas, kepalanya berdenyut. Saat membuka lemari, ia mendengus kesal. Biasanya pakaian kerjanya sudah tergantung rapi dengan aroma lembut kh
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status