Share

13. Efek Obat Rangsang

Author: Glory Bella
last update Huling Na-update: 2025-02-06 20:30:41
Kedua mata Ranaya membelalak lebar. Tubuh yang membelenggu mulai beringsut menjalar di atasnya. Apalagi sekarang ia dapat menyaksikan badan berotot milik Sagara hanya dililit oleh kain handuk.

“Jangan, Mas, tolong ….” Ia menggeleng cepat dengan bibir yang terkatup rapat.

Namun, hal itu justru membuat Sagara menarik salah satu ujung bibirnya. Sepasang mata itu sedang dilanda mabuk gairah yang meletup-letup dan mengunci Ranaya seolah ingin menelannya bulat-bulat.

“Salah sendiri kamu melanggarnya. Aku sudah memperingatkanmu tadi,” desisnya dengan suara berat penuh hasrat. Tangannya kian menggenggam erat pergelangan tangan Ranaya dan menariknya ke atas kepala wanita tersebut.

Makin ketakutanlah Ranaya. Ranaya dejavu, ia merasakan kembali untuk kedua kalinya ketakutan yang benar-benar ingin ia hindari.

Walau begitu, Ranaya tahu jika Sagara malam ini merupakan sosok yang berbeda. Kalau kemarin ia menemui kilat amarah dan penuh keterpaksaan dari pria itu, namun tidak dengan sekarang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   14. Dikejar Sekelompok Pria Berjas

    Ranaya melangkah menuruni tangga dengan langkah tertatih. Rasa sakit menjalar dari pangkal kakinya, membuatnya harus menggigit bibir untuk menahan perih. Namun, bukan hanya tubuhnya yang sakit. Hatinya pun terasa seperti diiris ribuan belati. Semalam … malam yang seharusnya tidak pernah terjadi. Malam yang telah menghancurkan semuanya. Ia menghela napas, mencoba menenangkan pikirannya dan menjauhkan dari rasa sedih yang berlarut-larut. Namun, saat kepalanya sedikit mendongak, matanya bertemu dengan sosok Tantri yang tengah berdiri di bawah, menunggunya dengan pandangan yang tak dapat ia artikan. “Ranaya, kamu nggak apa-apa, kan?” tanyanya cemas, tapi ada nada terselubung di dalamnya. Tantri mengamati cara berjalan Ranaya, lalu secara refleks dua ujung bibirnya tertarik dalam senyum samar. Wanita itu dengan pintar cepat-cepat meringkas senyuman tersebut. Ranaya terdiam sejenak. Sebenarnya ia terlalu lelah untuk menjawab. Apalagi … akhir-akhir ini keduanya tak terlalu intens be

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   15. Meninggalkan Utang?

    “Sebenarnya Ranaya itu ….” Mula-mula bunyi dering dari sebuah ponsel membuatnya menghentikan ucapannya. Salah seorang dari mereka yang berdiri di belakangnya melangkah maju, lantas mengulurkan ponsel kepada pimpinannya tersebut. “Bos, ada telepon dari atasan,” ujar anak buahnya singkat. Sesaat sebelum memutuskan menerima panggilan itu, ia menatap Tantri dan Harto secara bergantian seakan mengungkapkan bahwa dirinya perlu waktu untuk mengangkatnya terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama, pria itu menjauh, menekan tombol hijau, dan berbicara dengan nada rendah namun penuh ketegasan. Harto sedikit mengernyit selama mengamati gerakan orang tersebut. Ia kemudian bertukar pandang dengan istrinya. Jika orang-orang ini memiliki atasan, itu berarti mereka bukan kelompok sembarangan, batin keduanya tanpa terucap. Sementara itu di balik guci besar, Ranaya menahan napas. Jantungnya berdegup kencang seakan ketakutan dan ketegangannya bisa terdengar oleh siapa saja yang ada di ruangan itu.

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   16. Jangan Sampai Hamil!

    Ranaya mengatupkan bibir. Mendadak tubuhnya lemas. Sepertinya ia harus segera menggagalkan ajakan Tantri untuk pergi ke dokter bersama. Pasalnya, ia tak mau ibu mertuanya tahu jika dirinya benaran hamil. Wanita itu pasti akan heboh dan otomatis orang serumah bakal tahu! Mau tak mau Ranaya segera bangkit. Ia setengah berlari menuju pintu. Namun, di detik yang sama ketika ia membuka pintu, Tantri sudah mengangkat tangan hendak mengetuk kamarnya. “Mama?” Ranaya terhenyak. Apalagi kalau dilihat, ibu mertuanya sudah dandan rapi. “Ayo, Ran, berangkat sekarang. Mama sudah mandi, nih,” cetusnya. Ranaya sontak melipat wajahnya tak enak. “Ma, maaf, kita batalkan dulu, ya. Kayaknya aku cuma sakit GERD, udah minum obat yang biasanya juga, kok. Ini udah mendingan, Ma,” dustanya. Tantri mengerutkan dahi tak percaya. “Yang benar kamu, Ran? Pucat begitu─” “Aku baik-baik saja, Ma,” potong Ranaya dan memaksakan senyum. “Sekali lagi aku minta maaf ya, Ma.” Tantri di hadapannya menarik nap

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   17. Menyembunyikan Fakta Pahit

    Sagara hanya diam, tapi tidak segera melepaskan Sherly. Hal itu tak pelak membuat hati Ranaya perih, lantas berdeham pelan. Kemudian baru suaminya itu memundurkan tubuhnya menjauh. "Ups, maaf! Saya ceroboh banget, ya." Sherly terkikik kecil. Sesekali ia melirik ke arah Ranaya yang sedang diliputi api cemburu. Ranaya mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Ada sesuatu di dalam dadanya yang terasa sesak. Bodoh. Kenapa juga ia harus menyaksikan adegan barusan? "Maaf, sebaiknya aku pulang sekarang. Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara pelan. Sagara akhirnya menoleh, namun tak mengatakan apa-apa. Sementara itu Sherly mendadak meraih tangannya. “Bu, kok buru-buru? Kenapa nggak di sini dulu aja? Kita bisa ngobrol santai, lagian kantor ini juga milik Bu Ranaya setelah menikah, kan.” Sherly mengatakannya dengan senyum yang merekah tanpa beban. Sejenak Ranaya menatapnya tajam. Bukannya senang, ia justru kesal dengan sikap sok polos yang Sherly tunjukkan. Dan hal itu malah menyun

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   18. Kepergian Ranaya

    Suara tangis histeris Ranaya menggema di kamar itu. Mengguncang atmosfer yang sebelumnya penuh bisikan mesra dan gelak tawa. Sagara tersentak. Dengan cepat ia bangkit dari ranjang sambil memasang wajah yang mengeras, sementara tangannya meraih celana panjang yang tergeletak di lantai. Ia mengenakannya secepat tarikan napasnya yang memburu. Perempuan yang awalnya berada di rengkuhan Sagara juga turut bangun. Namun, perempuan berambut panjang itu hanya sekadar menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Dari situ Ranaya tahu bahwa perempuan itu adalah Sherly. Pertanyaannya, sejak kapan Sherly berada di rumah ini?! Ranaya mematung di ambang pintu. Dadanya naik turun dipenuhi emosi. Matanya yang membasah memandangi pemandangan menyakitkan itu—suaminya sendiri, tepat di ranjang mereka, bersama perempuan lain. "Sialan! Mana sopan santunmu?!" gertakan Sagara memenuhi ruangan. Lelaki itu sudah mengenakan celananya, lalu memungut kaus yang tergeletak di lantai. "Siapa suruh

    Huling Na-update : 2025-02-12
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   19. Di Mana Kamu?

    'Ranaya, gimana keadaan rumah tanggamu sekarang?' Jantung Ranaya berdebar. Ini sudah kedua kalinya ia mendapat pesan aneh seperti ini, seolah ada seseorang di luar sana yang tahu betul tentang kehidupannya. Namun, yang paling membuatnya ngeri adalah foto yang dikirim nomor tersebut beberapa bulan lalu. Foto Sagara bersama Sherly di pesta malam setelah pernikahan mereka. Ada perasaan getir sekaligus sedih saat matanya terpaku membaca pesan tersebut. Namun, lebih dari itu, Ranaya sangat penasaran dengan sosok pengirim misterius yang kembali mengiriminya pesan. Siapa sebenarnya orang ini? Apa motifnya? Jangan-jangan memang ada orang yang sengaja mempermainkannya! Tapi … siapa? Ranaya tentu pernah memeriksa nomor asing tersebut di sebuah aplikasi yang dapat memunculkan tagar nama kontak. Tetapi, tak berhasil. Sepertinya pemilik nomor itu sengaja menyembunyikan identitas dirinya dan mengatur nomornya menjadi privasi. Ia termangu dan larut dalam pikirannya. Napasnya tersendat tat

    Huling Na-update : 2025-02-13
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   20. Hari-hari Kacau

    Pagi ini Sagara membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia perlahan menoleh, mendapati ruang di sisi pembaringannya kosong tanpa Rayana yang biasanya mendiami. Sagara mengusap wajah secara kasar. Perasaan sepi dan janggal itu menusuk dadanya kembali. Kemarin selama seharian penuh ia tak berhasil menemukan jejak perempuan itu walau dirinya menyusuri sampai ujung kota dan perbatasan wilayah. Orang-orang yang ia temui pun menggeleng tiap Sagara menyodorkan foto Ranaya kepada mereka. Tak terasa matanya tetap terpaku pada tempat kosong yang setiap hari ditiduri Ranaya. Biasanya, meskipun ia sering mengabaikan kehadiran Ranaya, perempuan itu tetap ada dan tidur di sana. Ia sepertinya lupa kalau istrinya tersebut sudah pergi. Bahkan tanpa sadar, selama semalaman ia selalu memberi ruang lain di sampingnya tersebut saat tidur. Sagara bangkit dengan malas, kepalanya berdenyut. Saat membuka lemari, ia mendengus kesal. Biasanya pakaian kerjanya sudah tergantung rapi dengan aroma lembut kh

    Huling Na-update : 2025-02-14
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   21. Pengakuan Sherly

    "Sagara, ayo cari Ranaya sekali lagi!" Alih-alih memperhatikan Sherly yang sedang berbicara kepadanya, pikiran Tantri justru tersulut oleh kecemasannya sendiri. Hal itu membuat kecewa Sherly yang ucapannya justru terpotong. “Gawat, Sagara, pokoknya kita harus cepat menemukan Ranaya apa pun yang terjadi!” tambahnya lagi. Sagara menatap ibunya dengan napas yang tersendat. Ia sendiri sudah kehabisan akal sebenarnya. Kemarin ia menyusuri hampir seluruh sudut kota, tetapi tetap tidak ada jejak perempuan itu. "Ma, mau ke mana lagi kita cari dia? Kita sudah cari kemana-mana," ungkapnya pelan sambil berusaha menahan frustrasi. Mungkin saja Ranaya memang tidak mau ditemukan, batinnya. “Pasti ada cara.” Mata Tantri melebar saat mengucapkannya. Pandangannya tidak terlepas dari satu titik. “Mungkin Ranaya belum pergi jauh. Dia kan lagi sakit.” Tantri manggut-manggut tanpa sadar. Ia yakin akan pendapatnya barusan. Mana mungkin seseorang yang sedang sakit mampu melakukan perjalanan jau

    Huling Na-update : 2025-02-15

Pinakabagong kabanata

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   110. Penuh “R” (TAMAT)

    "Papa!”“Papa ....”“Depa bisa manggil Papa benelan, kan?”Ini adalah pertanyaan Radeva kesekian kalinya yang ia ucapkan setelah mengetahui bahwa Sagara adalah ayah kandungnya. Bahkan selama perjalanan dari Indonesia hingga negeri sakura. Sampai-sampai mereka sempat memergoki jika dalam tidur pun Radeva sering menggumamkan kata "Papa" di alam bawah sadarnya.Sagara yang tengah menggendong Radeva mengulum senyum, apalagi anak mungil itu masih menatapnya dengan mata bulat nan berbinar.Sagara mengangguk sambil mempererat pelukannya. “Bisa dong, Sayang. Kamu adalah anak Papa. Benar-benar anak Papa,” ucapnya lembut, diselingi cubitan gemas di pipi anaknya.Di sebelah mereka, Ranaya menghela napas. Suara itu—panggilan “Papa”—seolah mengguncang hatinya juga, mengaduk-aduk emosi yang selama ini ia kunci rapat. Sebagian dirinya masih tak percaya kalau momen ini nyata. Kalau mereka, akhirnya, berdiri di sini sebagai sebuah keluarga.Berikutnya pupil Ranaya membesar sewaktu matanya tertuju kepa

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   109. Ayah Om Papa!

    Ranaya menggenggam ponsel Rio lebih erat. Matanya berair. Dalam diamnya, ia sadar Sagara tidak benar-benar tinggal diam. Pria itu diam-diam bekerja di balik layar untuk membantunya.Sagara bahkan tak pernah bilang bahwa ia akan melakukan ini, pikirnya.Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang hangat mengalir dalam dadanya. Perasaan campur aduk antara sakit hati, penyesalan, dan harapan. Ia memandangi layar televisi itu lama sekali, seolah tak ingin kehilangan sosok Sagara yang selama ini ia anggap sebagai pria dingin tanpa empati.Kini Ranaya tahu. Kadang cinta tidak selalu hadir dalam bentuk pelukan atau kata-kata manis. Bisa jadi wujud cinta itu adalah perjuangan dalam diam.Dan mungkin ... Sagara mencintainya lebih dari yang ia sangka."Saya tidak bisa tinggal diam melihat perusahaan kami diinjak-injak.” Suara tegas Sagara kembali membelai telinga Ranaya dan membuyarkan lamunannya. Pria itu masih berjuang dalam wawancara live yang disiarkan oleh banyak stasiun berita."Ber

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   108. Tersingkap

    Rio menutup laptopnya dan memandang Ranaya dengan sorot mata penuh percaya diri. "Bagaimana planningku tadi? Bisa kamu terima, kan?" tanyanya. Suaranya tenang tapi mengandung tekanan di dalamnya. Ranaya tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu mengusap pelan dagunya yang tegang. Ia mencoba merangkum semua pemetaan strategi yang barusan dipaparkan Rio. Langkah demi langkah untuk memulihkan kepercayaan customer Flare & Co terdengar logis, bahkan cukup menjanjikan. Harus ia akui, temannya ini sangat jenius. Trik-trik yang dijabarkan secara detail bisa membuatnya terpukau. "Tapi ... cara itu tadi nggak bakal memengaruhi customer tempatmu bekerja, kan? Gold Mulia? Mana mungkin kamu bunuh diri dengan memihak perusahaanku?" Ranaya mengerutkan kening, menatap Rio penuh keraguan. Rio hanya mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Enggak kok, tenang. Kan Gold Mulia punya teknik sendiri nanti. Lagipula, aku juga nggak akan sepenuhnya nyebrang ke Flare & Co

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   107. Lemme Help You

    Ranaya dan Sagara langsung bergerak cepat. Dengan raut wajah panik, keduanya mendekati etalase yang kini menjadi sorotan orang banyak.“Sebentar, tenang dulu,” ucap Sagara kepada semua orang saat di dekat perempuan yang berteriak tadi. “Maaf, bolehkah saya memeriksa cincin itu?”Tangan kanan Sagara terulur sopan kepada aktris yang cukup ternama tersebut. Perempuan yang diajak bicara secara spontan melepas cincin yang tersemat di salah satu jarinya, lantas menyerahkan kepada Sagara dengan ekspresi kecewa.Sagara mengamati cincin itu dengan teliti. Mata tajamnya yang bagai elang memeriksa hingga detail. Dari setiap lekuk, permata, bahkan berlian memang menyerupai desain mereka.Tetapi … tunggu dulu. Perlahan keningnya menimbulkan kerutan. Ada yang aneh di sini.“Ini sepertinya bukan berlian kita, Ran,” gumamnya pelan dengan rahang mengeras. “Coba lihat dulu.”Tangan Sagara menyodorkan benda berkilau tersebut kepada Ranaya yang sudah pucat pasi. Kini cincin yang dimaksud sudah beralih di

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   106. Kalau Hari Itu Ada

    "Belcelai? Kayak yang dilakukan Mama dan Om Papa, dong?"Ucapan Radeva yang polos menggema di udara seperti petir di siang bolong. Sepanjang koridor apartemen itu seketika hening.Ranaya, Sagara, dan Tantri sama-sama tercekat. Tatapan mereka membeku, lantas saling bertaut satu sama lain, seperti mengandung beragam rasa yang tak mampu diutarakan masing-masing.Sagara tampak menahan napas. Ranaya kaku. Sementara itu, Tantri susah payah menelan salivanya."Eh, kita masuk aja yuk!" ajak Tantri tiba-tiba, berusaha memecah suasana yang mendadak tegang. Tangannya langsung menggamit lengan Ranaya dan Radeva sekaligus, kemudian menarik mereka ke dalam apartemen.“Nggak enak dilihatin tetangga kalau ngobrol di lorong kayak gini,” kilahnya sedikit memaksakan tawa yang tersembur samar.Mau tak mau, Ranaya dan Radeva mengikuti langkahnya. Sagara menyusul pelan dari belakang. Jujur, pikirannya masih terpaku pada celetukan anak itu tadi. Ia tak menyangka jika Radeva masih mengingat kata “bercerai” y

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   105. Mengganti Masa Emas

    [Subject: Hasil Pemeriksaan DNA antara Sdr. Sagara Wiratama dan An. Radeva Elvano AtmajaKepada Yth.Bapak Sagara Wiratamadi TempatDengan hormat,Bersama email ini, kami sampaikan hasil resmi pemeriksaan DNA yang telah dilakukan oleh Laboratorium Genetika Klinik GenLab Diagnostics terhadap sampel biologis Bapak Sagara Wiratama dan anak atas nama Radeva Elvano Atmaja.Berdasarkan analisis 24 lokus genetik yang diperiksa, diperoleh hasil kecocokan biologis 99,9999%, yang secara ilmiah menyimpulkan bahwa Sdr. Sagara Wiratama adalah ayah biologis dari An. Radeva Elvano Atmaja.Laporan lengkap dan sertifikat hasil pemeriksaan terlampir dalam bentuk PDF untuk dapat Bapak telaah lebih lanjut.Apabila Bapak membutuhkan informasi tambahan atau klarifikasi lebih lanjut terkait hasil ini, silakan menghubungi kami melalui kontak yang tersedia.Demikian kami sampaikan. Terima kasih atas kepercayaan Bapak terhadap layanan kami.Hormat kami,Dr. Antonius Setiawan, Sp.AndKepala LaboratoriumGenLab

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   104. Recovery Phase

    Untuk beberapa waktu, Andra bergeming. Bola matanya bergerak sewaktu mengamati Sherly. Namun, gurat wajahnya tampak tenang seperti permukaan air tanpa adanya hantaman gelombang.“Maka … saya akan tetap ada di sini membantu kamu, sampai kamu tahu bahwa kamu bisa, Sherly,” ungkapnya.Sherly memandang Andra dengan tatapan yang sulit percaya. Rahang perempuan itu terlihat keras. Lagian, siapa yang bisa dipercayai lagi olehnya? Bahkan sekarang ia juga meragukan diri sendiri kalau ia pantas dicintai.Satu-satunya tempat nyaman untuk pulang, yaitu Mayang yang merupakan ibu kandungnya sendiri pun sudah mengkhianatinya dengan semudah itu.Apalagi … pria asing yang kini sedang duduk berhadapan dengannya?Sherly kembali menyunggingkan senyum tipis yang penuh keraguan. Ia tentu saja menyepelekan peran seorang pria muda yang belum berpengalaman baginya. Ditambah usia pria tersebut masih seumuran dengan sosok yang turut menyumbang rasa depresinya.“Aku tetep nggak percaya,” papar Sherly to the poin

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   103. Api Cemburu

    Tangan Rio bergerak pelan. Jari-jarinya menyentuh lembut ujung bibir Ranaya, mengusap sisa saus yang tertinggal di sana. Mata elang Sagara membulat sempurna. Tubuhnya menegang. Darahnya terasa mendidih saat itu juga.Tangannya langsung bergerak cepat menampar cangkir espresso yang ada di depannya hingga terguling. Sontak cairan hitam pekat itu tumpah dan sebagian besar mengenai lengan Rio. Sontak Rio segera menarik tangannya dari bibir Ranaya.“Argh! Panas! Panas!” teriak Rio sambil refleks berdiri, tangannya menggeliat dan segera membuka kancing lengan kemejanya. Ia meniup dan mengibas-ngibas tangan itu dengan panik.Ranaya pun langsung berdiri untuk turut membantu. “Rio?! Kamu nggak apa-apa?” Suaranya meninggi. Matanya membesar.Menyaksikan kehebohan itu, Sagara hanya duduk diam. Tapi rahangnya mengeras.“Gila, kamu sengaja, ya?!” Rio membentak, tatapannya tajam menuding ke arah Sagara.Sagara membalas dengan sorot mata dingin. “Kamu jangan asal nuduh kalau nggak tahu apa-apa,” kata

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   102. Banyak Saus di Mulut

    Langkah-langkah kaki berdetak mantap di lantai pabrik yang dingin, menggema lembut di antara deru mesin produksi perhiasan yang tak henti berdengung. Ranaya masih berdiri di depan mesin cetak berlian. Kini pandangannya tertuju kepada satu arah di mana sosok itu melangkah menghampiri. Tubuh Ranaya menegang, tapi bukan bunyi mesin atau hasil produksi yang menyebabkannya.“Gimana proses produksinya? Lancar, kan?”Suara itu. Suara bariton dengan tone menenangkan tapi cukup untuk membangunkan kenangan-kenangan lama yang tak pernah benar-benar padam. Apalagi malam itu, di mana ia dan pria tersebut nyaris berciuman.Ranaya perlahan mengerjapkan mata. Di balik cahaya pagi yang menembus jendela besar pabrik, berdiri Sagara dengan kemeja putih yang lengannya digulung sebatas siku. Kedua tangan pria tersebut tenggelam dalam saku celana hitamnya.Sorot mata elang Sagara tajam, sialnya pria itu masih saja tampan di pandangan Ranaya.Tetapi, kemudian Ranaya menegakkan kepalanya. Ia sudah berprinsi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status