Share

Bab 15

Penulis: Glory Bella
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 20:35:23

“Sebenarnya Ranaya itu ….”

Mula-mula bunyi dering dari sebuah ponsel membuatnya menghentikan ucapannya. Salah seorang dari mereka yang berdiri di belakangnya melangkah maju, lantas mengulurkan ponsel kepada pimpinannya tersebut.

“Bos, ada telepon dari atasan,” ujar anak buahnya singkat.

Sesaat sebelum memutuskan menerima panggilan itu, ia menatap Tantri dan Harto secara bergantian seakan mengungkapkan bahwa dirinya perlu waktu untuk mengangkatnya terlebih dahulu.

Tanpa menunggu lama, pria itu menjauh, menekan tombol hijau, dan berbicara dengan nada rendah namun penuh ketegasan. Harto sedikit mengernyit selama mengamati gerakan orang tersebut. Ia kemudian bertukar pandang dengan istrinya.

Jika orang-orang ini memiliki atasan, itu berarti mereka bukan kelompok sembarangan, batin keduanya tanpa terucap.

Sementara itu di balik guci besar, Ranaya menahan napas. Jantungnya berdegup kencang seakan ketakutan dan ketegangannya bisa terdengar oleh siapa saja yang ada di ruangan itu. Kakinya gem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 16

    Ranaya mengatupkan bibir. Mendadak tubuhnya lemas. Sepertinya ia harus segera menggagalkan ajakan Tantri untuk pergi ke dokter bersama. Pasalnya, ia tak mau ibu mertuanya tahu jika dirinya benaran hamil.Wanita itu pasti akan heboh dan otomatis orang serumah bakal tahu!Mau tak mau Ranaya segera bangkit. Ia setengah berlari menuju pintu. Namun, di detik yang sama ketika ia membuka pintu, Tantri sudah mengangkat tangan hendak mengetuk kamarnya.“Mama?” Ranaya terhenyak. Apalagi kalau dilihat, ibu mertuanya sudah dandan rapi.“Ayo, Ran, berangkat sekarang. Mama sudah mandi, nih,” cetusnya.Ranaya sontak melipat wajahnya tak enak. “Ma, maaf, kita batalkan dulu, ya. Kayaknya aku cuma sakit GERD, udah minum obat yang biasanya juga, kok. Ini udah mendingan, Ma,” dustanya.Tantri mengerutkan dahi tak percaya. “Yang benar kamu, Ran? Pucat begitu─”“Aku baik-baik saja, Ma,” potong Ranaya dan memaksakan senyum. “Sekali lagi aku minta maaf ya, Ma.”Tantri di hadapannya menarik napas, terlihat se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 17

    Sagara hanya diam, tapi tidak segera melepaskan Sherly. Hal itu tak pelak membuat hati Ranaya perih, lantas berdeham pelan.Kemudian baru suaminya itu memundurkan tubuhnya menjauh."Ups, maaf! Saya ceroboh banget, ya." Sherly terkikik kecil. Sesekali ia melirik ke arah Ranaya yang sedang diliputi api cemburu.Ranaya mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Ada sesuatu di dalam dadanya yang terasa sesak.Bodoh. Kenapa juga ia harus menyaksikan adegan barusan?"Maaf, sebaiknya aku pulang sekarang. Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara pelan.Sagara akhirnya menoleh, namun tak mengatakan apa-apa. Sementara itu Sherly mendadak meraih tangannya.“Bu, kok buru-buru? Kenapa nggak di sini dulu aja? Kita bisa ngobrol santai, lagian kantor ini juga milik Bu Ranaya setelah menikah, kan.” Sherly mengatakannya dengan senyum yang merekah tanpa beban.Sejenak Ranaya menatapnya tajam. Bukannya senang, ia justru kesal dengan sikap sok polos yang Sherly tunjukkan. Dan hal itu malah menyundut lukanya sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 18

    Suara tangis histeris Ranaya menggema di kamar itu. Mengguncang atmosfer yang sebelumnya penuh bisikan mesra dan gelak tawa.Sagara tersentak. Dengan cepat ia bangkit dari ranjang sambil memasang wajah yang mengeras, sementara tangannya meraih celana panjang yang tergeletak di lantai. Ia mengenakannya secepat tarikan napasnya yang memburu.Perempuan yang awalnya berada di rengkuhan Sagara juga turut bangun. Namun, perempuan berambut panjang itu hanya sekadar menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.Dari situ Ranaya tahu bahwa perempuan itu adalah Sherly.Pertanyaannya, sejak kapan Sherly berada di rumah ini?!Ranaya mematung di ambang pintu. Dadanya naik turun dipenuhi emosi. Matanya yang membasah memandangi pemandangan menyakitkan itu—suaminya sendiri, tepat di ranjang mereka, bersama perempuan lain."Sialan! Mana sopan santunmu?!" gertakan Sagara memenuhi ruangan. Lelaki itu sudah mengenakan celananya, lalu memungut kaus yang tergeletak di lantai. "Siapa suruh masuk kamar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 19

    'Ranaya, gimana keadaan rumah tanggamu sekarang?' Jantung Ranaya berdebar. Ini sudah kedua kalinya ia mendapat pesan aneh seperti ini, seolah ada seseorang di luar sana yang tahu betul tentang kehidupannya. Namun, yang paling membuatnya ngeri adalah foto yang dikirim nomor tersebut beberapa bulan lalu. Foto Sagara bersama Sherly di pesta malam setelah pernikahan mereka. Ada perasaan getir sekaligus sedih saat matanya terpaku membaca pesan tersebut. Namun, lebih dari itu, Ranaya sangat penasaran dengan sosok pengirim misterius yang kembali mengiriminya pesan. Siapa sebenarnya orang ini? Apa motifnya? Jangan-jangan memang ada orang yang sengaja mempermainkannya! Tapi … siapa? Ranaya tentu pernah memeriksa nomor asing tersebut di sebuah aplikasi yang dapat memunculkan tagar nama kontak. Tetapi, tak berhasil. Sepertinya pemilik nomor itu sengaja menyembunyikan identitas dirinya dan mengatur nomornya menjadi privasi. Ia termangu dan larut dalam pikirannya. Napasnya tersendat tat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 20

    Pagi ini Sagara membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia perlahan menoleh, mendapati ruang di sisi pembaringannya kosong tanpa Rayana yang biasanya mendiami.Sagara mengusap wajah secara kasar. Perasaan sepi dan janggal itu menusuk dadanya kembali. Kemarin selama seharian penuh ia tak berhasil menemukan jejak perempuan itu walau dirinya menyusuri sampai ujung kota dan perbatasan wilayah. Orang-orang yang ia temui pun menggeleng tiap Sagara menyodorkan foto Ranaya kepada mereka.Tak terasa matanya tetap terpaku pada tempat kosong yang setiap hari ditiduri Ranaya. Biasanya, meskipun ia sering mengabaikan kehadiran Ranaya, perempuan itu tetap ada dan tidur di sana. Ia sepertinya lupa kalau istrinya tersebut sudah pergi. Bahkan tanpa sadar, selama semalaman ia selalu memberi ruang lain di sampingnya tersebut saat tidur.Sagara bangkit dengan malas, kepalanya berdenyut. Saat membuka lemari, ia mendengus kesal. Biasanya pakaian kerjanya sudah tergantung rapi dengan aroma lembut khas pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 21

    "Sagara, ayo cari Ranaya sekali lagi!"Alih-alih memperhatikan Sherly yang sedang berbicara kepadanya, pikiran Tantri justru tersulut oleh kecemasannya sendiri. Hal itu membuat kecewa Sherly yang ucapannya justru terpotong.“Gawat, Sagara, pokoknya kita harus cepat menemukan Ranaya apa pun yang terjadi!” tambahnya lagi.Sagara menatap ibunya dengan napas yang tersendat. Ia sendiri sudah kehabisan akal sebenarnya. Kemarin ia menyusuri hampir seluruh sudut kota, tetapi tetap tidak ada jejak perempuan itu."Ma, mau ke mana lagi kita cari dia? Kita sudah cari kemana-mana," ungkapnya pelan sambil berusaha menahan frustrasi.Mungkin saja Ranaya memang tidak mau ditemukan, batinnya.“Pasti ada cara.” Mata Tantri melebar saat mengucapkannya. Pandangannya tidak terlepas dari satu titik. “Mungkin Ranaya belum pergi jauh. Dia kan lagi sakit.”Tantri manggut-manggut tanpa sadar. Ia yakin akan pendapatnya barusan. Mana mungkin seseorang yang sedang sakit mampu melakukan perjalanan jauh, pikirnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 22

    Sebuah sapu tangan putih dengan bordir bunga tulip di salah sudutnya masih menjadi pusat perhatian Sagara. Jemarinya mengusap lembut kain itu, seakan mencoba merasakan jejak pemiliknya yang telah pergi. Cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela kantornya membuat sapu tangan itu tampak berkilau.Di sela-sela pekerjaannya, Sagara lebih memilih memperhatikan sapu tangan yang kini masih berada di tangannya. Benarkah ini milik Ranaya? Tapi, kalau tidak, kenapa bisa ada di kamarnya?Sagara tentu saja pernah mencari sapu tangan serupa di toko-toko maupun platform online. Namun, tak ada sapu tangan yang dijual sama persis seperti sapu tangan yang ada di hadapannya.Sebenarnya ini cukup mengganggunya sejak saat itu. Ia belum sempat mendapat jawaban yang benar dari bibir wanita yang kini telah pergi dari kehidupannya. Sementara ia sendiri tak ingat apakah Ranaya memang pernah satu sekolah dengannya.Rasa-rasanya tidak, sekuat apa pun dirinya menguras ingatan. Tak terasa kerutan halus meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 23

    Mobil hitam yang ditumpangi Ranaya akhirnya berhenti di depan sebuah rumah besar nan megah. Gerbang besi yang tinggi perlahan terbuka, memperlihatkan halaman luas dengan taman yang tertata rapi dan bangunan utama yang menjulang gagah.Namun, bagi Ranaya, ini bukanlah pemandangan yang indah. Melainkan jeruji yang menambah kecamuk di pikirannya.Mau dibawa ke mana ia sekarang? Lebih tepatnya, siapa yang menangkapnya?Tempat apa juga ini?!Detak jantungnya berpacu, tubuhnya bergetar. Ia menatap pria-pria berjas yang kini turun dari mobil. Wajah mereka tetap datar tanpa ekspresi. Tak ada jawaban untuk segala kebingungannya.Seorang pria menariknya keluar, mendorongnya ke halaman belakang rumah tanpa memberi kesempatan untuk bertanya. Langkah kaki Ranaya terpaksa ikut terburu-buru, sampai hampir terseret karena cengkeraman erat di lengannya. Ranaya mencoba meronta, tapi sia-sia."Tolong, lepaskan aku!"Tidak ada yang menjawab. Ia dibawa melewati lorong panjang di sekitar taman belakang, me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 38

    Setelah beberapa saat berkelahi dengan pikirannya sendiri, Sagara akhirnya mendesah panjang, lantas memutar setir mobilnya. Mobilnya berputar balik dan kemudian melaju kencang demi mengejar mobil tadi.Kali ini Sagara harus memastikan bahwa penglihatannya tak mungkin salah.Itu benar Ranaya, kan? Kepalanya terus berdengung memikirkan nama itu.Suara deru mesin mobil bergema di telinga Sagara, berpadu dengan debar jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Ia mengetatkan genggaman di setir, menatap mobil di depannya dengan tatapan penuh tekad selama di perjalanan.Pandangan Sagara tajam menatap lintas jalan raya yang ramai kendaraan. Sejenak matanya menyipit.Ia yakin perempuan tadi mirip Ranaya. Namun, ada hal ganjil. Kenapa perempuan itu tak mengenakan kacamata?Sagara menggertakkan giginya, lalu memacu mobilnya lebih kencang. Perasaan yang membuncah di dadanya entah apa namanya. Marah? Sama sekali tidak. Bingung? Mungkin.Atau justru lebih dari itu?Sagara ingin jika perempu

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 37

    “Ini apa, Mbak?”Ranaya terheran-heran sewaktu menatap ponselnya. Ia baru sempat membaca chat susulan Yanti ketika asisten dan anaknya sudah tiba di rumah.“Itu lokasi kami tadi, Bu. Seumpama Bu Ranaya mau mengirim hadiah ke pria yang nyelametin Dek Radeva, nah di situ tinggalnya, hehehe ….”Ranaya menghela napas panjang, menatap Yanti yang berdiri di hadapannya dengan wajah menyesal.“Jadi, sampai sekarang kamu nggak tahu nama pria yang nyelametin Radeva kemarin?”Tatapan Yanti meredup dan merunduk. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lantas tersenyum kikuk sambil mencuri pandang ke arah majikannya.“Hehe, iya. Maaf, Bu. Saya lupa nanya.”Ranaya menutup wajah dengan satu tangan. Merasa amat frustrasi.“Mbak Yanti, Mbak Yanti … penyakit lupamu itu kapan sembuhnya, sih?! Aku mau kirim bingkisan buat orangnya, tapi gimana kalau nama aja nggak tahu. Masa aku harus tulis ‘Untuk Om Baik’ gitu? Bisa-bisa nyasar dong ah!”“Eh, iya juga, ya.”“Ya, makanya ….” Ranaya berdecak kesal. Ia sud

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 36

    “Serius kamu, Sher? Memangnya Sagara bisa ketemu anak itu di mana?”Suara Mayang yang ada di seberang telepon terdengar terkejut.Sherly melirik ke arah Sagara dan bocah yang sedang bermain itu sekilas. Rahangnya mengatup rapat.“Iyaaa, serius, Mi!! Aku nggak tahu dari mana Sagara bisa nemuin anak ini! Tapi umurnya pas banget sama waktu Ranaya pergi! Aneh, kan?!” Sherly menghentakkan kakinya. Kali ini ia benar-benar panik.Suara Mayang terdiam sejenak seperti sedang berpikir. Setelah itu, ia mengatakan dengan lembut. “Tenang, jangan khawatir. Kamu jangan gegabah. Bisa saja ini cuma kebetulan. Sher. Mending kamu cari tahu lebih dulu siapa nama mamanya.”Sherly mendengus kesal. Ia menggigiti kuku telunjuknya sekarang.“Gimana caranya? Emang bakal berhasil, Mi?!”Berikutnya suara helaan napas panjang terdengar dari speaker ponselnya.“Ya kamu pakai cara pendekatan lebih halus, dong. Lebih kalem gitu. Pokoknya kamu harus bisa dekati dia dulu. Kalau benar dia anaknya Ranaya, kita harus ber

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 35

    “Sayang, kamu jangan gila! Bukannya kamu yang bilang kalau klien juga sudah nunggu kita?!”Mata Sherly membeliak, tak percaya jika Sagara malah memilih menemui seorang anak kecil yang tidak jelas asal-usulnya ketimbang menemui orang yang jelas-jelas penting!“Sebentar, aku mau ngomong sama anak itu, Sher. Kamu tunggu di atas dulu, nanti aku nyusul,” ujarnya masih bersikeras.Bahkan sekarang ia sudah berlari turun, menyingkap sekumpulan orang yang sekiranya menghalangi jalan, lantas berlari meninggalkan Sherly yang kesal dengan sikap mendadak Sagara.Sagara lantas berusaha mengejar dua orang yang berjalan sembari saling bergandengan tangan di depannya sekarang.“Radeva!” panggilnya.Bocah dan wanita yang ada di sisinya menoleh. Sebelum Radeva sempat merespons, Sagara menghampirinya dan langsung mendaratkan kedua tangannya pada bahu kecil Radeva.“Deva, kamu mau ke mana? Nggak pulang, kan? Bisa tunggu Om bentar?” ungkap Sagara dengan napas masih terengah-engah.Radeva menatap Yanti sing

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 34

    “Waduh, saya kurang tahu ya, Bu. Tapi ini ada di dalam situ tadi.”Karyawan itu kemudian menyerahkan sebuah kartu kecil. Sambil menautkan alis, Ranaya mengambilnya dan mulai membuka kartu yang diberi pita merah tersebut. Begitu membacanya, mata Ranaya melebar.‘Dari Yusuf?’ batin Ranaya menyuarakan keheranannya.Karyawan yang mengantar melangkah pergi. Sementara itu, karyawan lain yang berada di ruangan yang sama dengan Ranaya mulai berbisik-bisik selagi tatapan mereka terpaku pada buket bunga mewah tersebut.“Ssstt, bos kita udah punya pacar, ya?”“Mungkin. Akhirnya Bu Ranaya buka hati juga.”Ranaya menatap buket bunga itu masih dengan ekspresi sulit diartikan. Di dalam kartu, ada pesan singkat yang semakin membuatnya terkejut.[Saya ingin serius denganmu, Ranaya. Tolong beri saya kesempatan lagi.]Tangannya sedikit gemetar. Apa-apaan ini?! Yusuf ingin serius dengannya?Seketika tubuh Ranaya lemas. Ia sampai harus menekan meja agar kuat berdiri. Ranaya lalu memilih duduk, menggeleng

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 33

    Setelah menolong Radeva dan menyaksikan mobil itu hilang dari pandangannya, Sagara pun kembali ke dalam mobilnya sendiri. Ia menghela napas panjang seraya menyandarkan tubuhnya ke jok mobil. Berikutnya, seperti tersengat listrik bertegangan rendah, tangannya cepat-cepat meraih bolpoin di laci dashboard dan menuliskan plat nomor mobil van putih tadi di secarik kertas.Ia lalu memandangi kombinasi angka dan huruf yang baru saja ia tulis. Meskipun hanya melihatnya sekelebat, otaknya cukup tajam untuk mengingat dengan baik. Ini ia lakukan agar tak ada korban lagi di sekitarnya. Rencananya, ia akan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi.Namun … ada sesuatu yang janggal. Plat nomor itu tak menunjukkan wilayah kota ini.“Ini kan plat nomor kota sebelah?” gumamnya pelan.Mata Sagara kembali menajam. Memandang ke luar jendela.Sagara kemudian memutuskan pulang. Ia melajukan mobilnya sembari sesekali melempar tatapan ke sana kemari berharap menemukan van putih itu di antara lalu lintas yang

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 32

    "Lumahku ada di lual kota, Om."Mendengar jawaban dari Radeva membuat kening Sagara spontan mengernyit."Hah? Luar kota?" ulangnya keheranan. “Dari sini jauh nggak, Deva?”“Iya, jauh bangeeet, Om.” Radeva mengangguk, seolah itu adalah hal yang biasa.Menempuh sekolah kurang lebih satu jam dari rumah dinilai sudah jauh oleh bocah tersebut. Ia benci perjalanan lama yang membosankan.Rasa-rasanya Sagara semakin tak habis pikir. Apalagi mengenai bocah lelaki yang ada di hadapannya sekarang. Entah kenapa ia kian tertarik dengan kehidupan Radeva yang menurutnya unik itu."Terus, kenapa sekolah di sini? Hmm, maksud Om sekolah kamu kok jauh sekali dari rumah?" tanyanya. Alisnya berkerut dalam."Itu kalena Mama bolak-balik ke kota ini juga, Om. Mama dulu juga dali sini kok telus pindah," sahut Radeva ringan.Sekelebat rasa heran menyelinap di benak Sagara. Jadi, ibunya memang berasal dari kota ini? Ia baru hendak bertanya lebih jauh ketika sebuah mobil tiba-tiba berhenti di dekat mereka.Dari

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 31

    Siang itu, di sebuah restoran yang menyajikan makanan Italia, Acel berjalan dengan langkah setengah mengendap. Pandangannya was-was, sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengenalinya.Langkahnya kemudian membawanya ke sebuah meja di sudut ruang dan berhenti di sana, di mana seorang pria bercambang sudah duduk menunggu.Tanpa banyak basa-basi, Acel langsung menjatuhkan diri di kursi, meraih buku menu, mengangkat tinggi-tinggi, dan menempelkan di wajahnya."Sialan, kamu ngagetin saja!" Yusuf mendesis kesal ketika Acel tiba-tiba sudah duduk di hadapannya selagi ia masih menggulir tabletnya.“Lagian, ngapain sih kamu fokus banget?! Lihatin apa?” kukuh Acel tak kalah sewot. Ia menyibakkan rambutnya yang hanya sebatas dagu.“Nih, aku lihat saham propertiku yang lagi bagus-bagusnya!” Yusuf mencondongkan layar ke arah Acel dengan raut wajah bangga. Acel hanya meresponsnya dengan memutar bola mata. Sejujurnya malas meladeni sikap sombong Yusuf.Sontak Yusuf merengut dan mel

  • Kepergian Istri yang Tuan Dingin Sesali   Bab 30

    “Terus kenapa Mama sembunyi?"Pertanyaan dari bibir polos Radeva itu menusuk Ranaya lebih dalam daripada yang ia kira. Seketika dadanya terasa sesak.Kenapa, ya?Apakah ia masih takut? Masih terluka? Atau sebenarnya, ia hanya belum siap berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang dulu pernah mengecewakannya kini mulai merayap lagi ke kehidupan barunya?Ranaya berpikir cepat. Kebohongan yang akan ia ucapkan hanya akan melukai Radeva nanti. Tentu saja ia tak tega.Jadi tak ada pilihan lain bagi Ranaya selain ….“Aduh!” Tiba-tiba Ranaya mencengkeram perutnya. Ia meringis kesakitan sampai tubuhnya melengkung seperti busur yang ditarik.Seketika Radeva panik menyaksikan ibunya kesakitan begitu. Bocah cilik itu langsung berhambur dan memeluk ibunya sambil bertanya, “Ma … Mama kenapa? Ada yang bisa Depa bantu, nggak?”“Mama sakit perut, Sayang. Kita masuk mobil dulu saja, yuk. Mama ingin istirahat dulu,” ungkapnya.Radeva sontak mengangguk dan mengiyakan secara polos. Tangan kecilnya lantas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status