Semua Bab Pesona Istri Dadakan Dokter Tedja: Bab 1 - Bab 5

5 Bab

Lamaran Kok Gini?

Hampir semua petugas IGD berhenti dari rutinitas mereka saat melihat sosok basah kuyup yang baru saja masuk sebagai pasien. Adira Ayu Dewi, sekretaris pribadi direktur utama Rumah Sakit Alaric Medika, adalah sosok yang jarang bahkan hampir tidak pernah terlihat lemah. Di mata seluruh staf, ia adalah gambaran manusia paling sehat dan bersemangat di rumah sakit tersebut. Bahkan, ia tetap tegar meski harus menghadapi atasan yang terkenal menyeramkan dan perfeksionis, dr. Teja. Namun, malam ini, pukul 23.30, sosok Adira yang biasanya energik datang dengan tubuh lunglai. Pakaiannya basah kuyup akibat hujan deras, rambutnya lepek menempel di wajah pucatnya. Setiap langkahnya terlihat berat, membuat siapa pun yang melihat tahu bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. “Keluhannya apa, Bu?” tanya seorang dokter IGD yang bertugas untuk skrining pasien. “Menggigil aja, sih. Soalnya teman saya tiba-tiba manggil saya ‘Ibu’. Padahal saya gak nikah sama bapaknya,” jawabnya dengan nada bercanda, mes
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Nikah Kilat

“Jangan ngaco, Dok!” pekik Adira. Teja menaruh jari telunjuknya di depan bibir, memberi isyarat agar Adira memelankan suaranya. “Dilarang berisik di rumah sakit.” hardik Teja. Kalau ada kontes orang paling tidak masuk akal di dunia, Adira yakin sekali kalau Teja akan memenangkannya dengan sangat mudah. Sebagai sekretaris pribadi, Adira seharusnya sudah terbiasa dengan tingkah bosnya ini. Tetapi, diajak menikah tiba-tiba adalah hal terakhir yang bisa dia bayangkan tentang Teja. Adira mendesah panjang. “Dok, ini harus banget kita nikah? Gak ada urgensinya kan? Kenapa gak nyari orang lain aja?” Teja mendongakkan kepala sedikit, menatap Adira dengan dingin seperti detektif yang menginterogasi tersangka. “Ada. Saya punya urgensi.” Ia ingat pernah mendengar dr. Indah—ibunya Teja—memarahi putranya habis-habisan karena belum juga menikah meski sudah menginjak usia 33 tahun. Mendengar amarah dr. Indah, Adira yang waktu itu sedang membawa kopi dengan nampan hampir saja menjatuhkannya. Tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Amukan Edwin

Dari pipinya yang merah padam saja, Teja sudah tahu apa yang sedang Adira pikirkan, dan ia merasa puas dengan itu. Sekretarisnya itu, meski sering tampak kaku, selalu memiliki sisi lucu yang muncul seiring waktu. Hal ini menjadi semacam hiburan bagi Teja di tengah rutinitasnya yang padat sebagai dokter sekaligus direktur utama rumah sakit. “Jangan mikir yang aneh-aneh. Adik perempuan saya tinggal di bawah dan sering ke sini. Kalau dia lapor ke ibu saya, kamu tahu kan bakal seperti apa jadinya?” jelas Teja, menyelipkan nada peringatan. Adira menjatuhkan tubuhnya ke sofa tak jauh dari tempat Teja duduk. “Mikir aneh apa coba? Saya cuma waspada,” jawabnya dengan nada ketus, meskipun semburat merah di pipinya belum juga pudar. “Waspada saya ngapa-ngapain kamu, kan? Ngaku aja, deh. Saya ini kan emang sering jadi bahan fantasi cewek-cewek,” balas Teja, tanpa sedikit pun menyembunyikan rasa percaya dirinya. Adira menatapnya dengan ekspresi setengah jijik, tapi Teja tetap melanjutkan oceh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Restu Kakak Ipar

Dari pipinya yang merah padam saja, Teja sudah tahu apa yang sedang Adira pikirkan, dan ia merasa puas dengan itu. Sekretarisnya itu, meski sering tampak kaku, selalu memiliki sisi lucu yang muncul seiring waktu. Hal ini menjadi semacam hiburan bagi Teja di tengah rutinitasnya yang padat sebagai dokter sekaligus direktur utama rumah sakit. “Jangan mikir yang aneh-aneh. Adik perempuan saya tinggal di bawah dan sering ke sini. Kalau dia lapor ke ibu saya, kamu tahu kan bakal seperti apa jadinya?” jelas Teja, menyelipkan nada peringatan. Adira menjatuhkan tubuhnya ke sofa tak jauh dari tempat Teja duduk. “Mikir aneh apa coba? Saya cuma waspada,” jawabnya dengan nada ketus, meskipun semburat merah di pipinya belum juga pudar. “Waspada saya ngapa-ngapain kamu, kan? Ngaku aja, deh. Saya ini kan emang sering jadi bahan fantasi cewek-cewek,” balas Teja, tanpa sedikit pun menyembunyikan rasa percaya dirinya. Adira menatapnya dengan ekspresi setengah jijik, tapi Teja tetap melanjutkan oceh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Tantangan Sebenarnya

Dari pipinya yang merah padam saja, Teja sudah tahu apa yang sedang Adira pikirkan, dan ia merasa puas dengan itu. Sekretarisnya itu, meski sering tampak kaku, selalu memiliki sisi lucu yang muncul seiring waktu. Hal ini menjadi semacam hiburan bagi Teja di tengah rutinitasnya yang padat sebagai dokter sekaligus direktur utama rumah sakit. “Jangan mikir yang aneh-aneh. Adik perempuan saya tinggal di bawah dan sering ke sini. Kalau dia lapor ke ibu saya, kamu tahu kan bakal seperti apa jadinya?” jelas Teja, menyelipkan nada peringatan. Adira menjatuhkan tubuhnya ke sofa tak jauh dari tempat Teja duduk. “Mikir aneh apa coba? Saya cuma waspada,” jawabnya dengan nada ketus, meskipun semburat merah di pipinya belum juga pudar. “Waspada saya ngapa-ngapain kamu, kan? Ngaku aja, deh. Saya ini kan emang sering jadi bahan fantasi cewek-cewek,” balas Teja, tanpa sedikit pun menyembunyikan rasa percaya dirinya. Adira menatapnya dengan ekspresi setengah jijik, tapi Teja tetap melanjutkan oceh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status