Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Hasrat Liar Sang Kakak Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

103 Chapters

11. Sebuah Hukuman

Begitu mendengar jawaban tersebut, ekspresi Sophia berubah drastis. Tanpa sepatah kata, ia segera berbalik dan melangkah pergi dengan wajah yang penuh ketidakpuasan. Sikap lembutnya yang tadi terlihat saat menolong Lea kini menghilang, digantikan oleh sikap dingin yang mencuat melalui sebuah tubrukan kecil di bahu wanita bermata hazel itu.Tubrukan itu mungkin terlihat sepele, tetapi cukup untuk membuat Lea terpaku di tempat. Entah mengapa Lea merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik tindakan wanita itu—sesuatu yang menusuk seperti tatapan tajam Sophia yang sempat singgah sesaat sebelum berlalu.“Sophia! Sayang!” teriak Noah panik.Ia melangkah maju hendak menyusul Sophia, tetapi tiba-tiba berhenti. Langkahnya tertahan di depan Lea yang berdiri mematung dengan wajah pucat.Noah menatap istrinya itu dengan tajam, sorot matanya menusuk seperti belati yang diarahkan langsung ke hati Lea. “Aku tidak akan memaafkanmu jika hubunganku dengan Sophia semakin memburuk,” desisnya dengan n
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

12. Dijadikan Lelucon

Malam harinya, Noah berpesta dengan teman-temannya di villa. Suara tawa dan sorakan yang begitu riuh memenuhi seisi ruangan, sementara Lea terjebak di tengah kegelapan pesta yang sedang berlangsung. Sialnya, ia bukan hanya tidak bisa beristirahat—Noah juga memaksanya menjadi pelayan malam itu, memerintahkannya melayani setiap tamu yang datang.Berpesta seperti ini jelas bukanlah kehidupan yang pernah Lea kenal. Selain bersekolah, masa mudanya lebih banyak dihabiskan di dapur atau melayani kakak tirinya. Kini tubuhnya terasa semakin lelah dan kedua matanya terasa berat, namun Noah tidak memberinya kesempatan untuk berhenti.Sejenak, Lea merenung. Sebuah pikiran bahwa Noah jauh lebih kejam daripada Kayden tiba-tiba menyelusup di kepalanya."Astaga, apa yang aku pikirkan? Mengapa aku malah membandingkan Noah dengan Kayden?" gumamnya pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang ia pikirkan barusan.Dengan cepat Lea menggoyangkan kepalanya, mencoba mengusir pemikiran yang tak seharusnya ada
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

13. Menyelamatkanmu dari Kebodohanmu Sendiri

Untuk mengobati perasaannya yang telah hancur, Lea memutuskan untuk berjalan-jalan di tepi pantai dekat villa. Di bawah sinar bulan dan hamparan bintang-bintang, Lea berjalan di atas pasir putih ditemani suara desiran ombak. Rasa sakit yang terus mengalir seakan menghantam dinding-dinding hatinya, membuat Lea sama sekali tak merasa takut meski hanya seorang diri di tengah kegelapan.Lea mendongak, menatap langit malam yang dipenuhi taburan bintang. Cahaya bulan yang lembut seolah menyorot dirinya yang rapuh. “Mengapa meninggalkanku sendirian di sini, Bu?” gumamnya pelan, seolah-olah ia sedang berbicara dengan ibunya yang kini mungkin telah menjadi bagian dari bintang-bintang di atas sana.Kedua kaki Lea terus melangkah tanpa tujuan pasti, seakan mencari sesuatu yang tak bisa ia temukan—ketenangan, jawaban, atau mungkin sekadar kehadiran seseorang yang bisa menghapus kesendiriannya.Langkah Lea terhenti saat matanya tak sengaja menangkap sebuah cahaya dari kejauhan. "Api unggun?" gumamn
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

14. Malam yang Tak Terduga

Kayden akhirnya melepaskan tangannya dari pinggang Lea ketika wanita itu dengan gugup mendorong dadanya menggunakan kedua tangan. Senyum tipisnya tidak memudar, seakan menikmati kecanggungan yang dirasakan Lea saat ini.Lea menundukkan kepala, rasa malu bercampur dengan rasa lapar kini mulai menguasai pikirannya. Suara perutnya yang berbunyi kembali memecah kesunyian di antara mereka, membuat wajahnya semakin memerah.“Kalau begitu,” Lea meneguk saliva dengan sedikit payah sambil berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “bolehkah aku mencicipi ini semua? Aku … belum makan sejak siang.”Kayden menyipitkan matanya, memperhatikan Lea yang tampak pucat dan lemah. Ia mengulurkan tangan ke meja, mengambil sebuah piring dengan sepotong daging panggang di atasnya, lalu mengangkatnya ke arah Lea.“Silakan,” katanya dengan nada yang samar-samar terdengar seperti tantangan. “Tapi ingat, setiap gigitan ada harganya.”Lea menatap piring itu dengan mata bergetar. Aroma daging panggang yang
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

15. Di Bawah Hujan dan Kekhawatiran

Kayden meraih botol air mineral yang ada di dekatnya. “Apa kamu sengaja mencari masalah, huh? Jalan-jalan saat tengah malam tanpa persiapan apa pun, lalu sekarang begini!” ucapnya terdengar frustasi.Lea hanya bisa menunduk, matanya setengah terpejam karena tubuhnya terasa semakin lemah. Napasnya mulai berat dan rasa panas di dalam tubuhnya semakin kontras dengan dinginnya udara malam.Namun jauh di dalam pikirannya, Lea tahu bahwa ini bukan hanya akibat dari hujan deras atau angin malam. Sebelum ini, suaminya telah menceburkannya ke dalam kolam renang tanpa peduli dengan kondisinya yang kelelahan karena kurang istirahat. Dengan semua itu, tentu saja Lea akhirnya tumbang seperti sekarang.Kayden mendesah keras sambil berlutut di hadapan Lea dengan tatapan tajam yang bercampur rasa frustrasi. “Dengar,” katanya dengan nada lebih pelan namun tetap tegas, “kamu harus tetap terjaga. Jangan sampai pingsan di sini.” Ia membuka botol air, menuangkan sedikit ke telapak tangannya, lalu menyeka w
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

16. Antara Kewarasan dan Keterikatan

Lea terbangun dan pandangannya kabur saat melihat langit-langit kamar yang luas. Kepalanya terasa pusing sementara tubuhnya begitu lemah. Saat kesadarannya benar-benar terkumpul, Lea segera menyadari bahwa dirinya berada di sebuah kamar tidur.Lea tersentak dan bangkit dengan buru-buru, tetapi rasa pusing itu membuatnya hampir terjatuh. Ia menatap tangan kirinya dan menemukan sebuah infus yang masih setengah terisi terpasang di sana. Lalu kedua matanya berkeliling menyapu ruangan tersebut—Ini jelas bukan kamarnya.“Bukankah tadi malam aku berada di tenda bersama Kayden? Lalu, di mana aku sekarang?” gumamnya kebingungan.Pintu kamar mandi di sampingnya tiba-tiba terbuka saat seseorang mendorongnya. “Di mana lagi memangnya? Tentu saja ini kamarku.”Kedua mata Lea melebar saat mendapati sosok Kayden yang melangkah keluar dengan rambut yang masih basah. Butiran air menetes dari ujung rambutnya dan membasahi bahunya yang tak tertutup oleh apa-apa.Lea terkejut dan tubuhnya refleks menegak
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

17. Tertangkap Basah

Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu, membuyarkan lamunan Lea yang sedari tadi memandang ke luar jendela. Ia mengangkat kepala sedikit, lalu menoleh ke arah pintu kayu yang tertutup rapat. Dalam hatinya bertanya-tanya, siapa yang datang? Kalau itu Kayden, pria itu pasti sudah masuk tanpa mengetuk."Masuk," ucap Lea akhirnya, suaranya terdengar lemah namun cukup jelas.Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang dokter dan seorang perawat muda melangkah masuk dengan tenang. Dokter itu membawa clipboard di tangannya, sementara perawat membawa nampan kecil berisi alat medis. Senyum ramah menghiasi wajah sang dokter saat ia mendekat ke ranjang."Selamat siang, Nyonya. Bagaimana rasanya sekarang? Apakah masih pusing atau sudah lebih baik?" tanya sang dokter lembut.Lea menatap dokter sejenak, lalu tersenyum tipis. "Sedikit lebih baik, Dok," sahutnya dengan suara lemah namun tulus.Dokter itu mengangguk kecil, lalu berjalan ke sisi ranjang untuk memeriksa grafik pada botol infus yang
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

18. Permainan Kayden

Lea berdecak pelan, merasa frustasi saat Kayden berhasil menangkapnya sebelum ia sempat melarikan diri. Langkahnya terhenti begitu saja, seakan ada pemberat tak kasat mata yang mencengkeram kedua kakinya dan memaksa tubuhnya untuk tetap diam di tempat.Lea berbalik dengan perlahan. Wajahnya tampak tegang, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang dilarang. Matanya bertemu dengan sosok Kayden di ujung lorong.Kayden berdiri di sana dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Lea. Matanya seolah berbicara lebih banyak daripada kata-kata, memancarkan kombinasi misterius yang sulit dijabarkan. Setiap detik sorot matanya membuat Lea semakin kecil, seakan dirinya sedang dinilai, dianalisis, dan dikendalikan."Apa yang kamu coba lakukan, huh?" Suara Kayden akhirnya pecah memenuhi seisi lorong.Pertanyaan itu terdengar sederhana. Namun di telinga Lea, entah mengapa pertanyaan itu justru terasa berat seperti sebuah peringatan. Membuat Lea bergidik mendengarnya.Lang
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

19. Sisi Gelap yang Memikat

Lea menatap Kayden dengan wajah merah karena kemarahan yang membuncah dari dalam. Kendati demikian, wanita itu memilih diam. Lea enggan mengungkapkan secara langsung apa yang dirasakannya sekarang. “Jika kamu sangat ingin aku makan siang, baiklah. Tapi kamu harus berjanji, kamu akan melepaskanku setelah aku selesai makan,” ucap Lea berusaha agar suaranya terdengar tenang. Kayden hanya menatap wanita itu tanpa memberi jawaban, matanya tetap mengawasi gerak-gerik Lea saat wanita itu mulai menyuap makanan ke mulutnya. Karena keinginannya untuk segera pergi dari tempat ini begitu besar, membuat Lea menghabiskan semua makanan di piringnya dengan begitu cepat. Begitu selesai, Lea segera berdiri dan siap melangkah keluar dari ruangan tersebut. Namun, rencananya kembali digagalkan oleh Kayden. Dengan gerakan yang cepat, Kayden menangkap lengan Lea yang hendak pergi. “Aku tidak bilang kamu bisa pergi setelah makan siang,” katanya dengan nada datar. “Lagi pula, Noah tidak akan mencarimu. Dia
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

20. Diantara Dua Belenggu

Lea duduk santai di sebuah gazebo di halaman belakang. Angin sepoi-sepoi berembus lembut dan sesekali menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tergerai. Wajahnya tampak masam, sementara matanya tak lepas memandangi sosok Kayden yang tengah berenang di kolam renang di depannya.Sudah sepuluh menit pria itu menyelam dan berenang bolak-balik. Lea tak habis pikir, ternyata alasan Kayden menyuruhnya duduk di sini hanya untuk menyaksikan semua itu. Apakah ini semacam hiburan yang menurutnya menarik? Atau ada maksud tersembunyi lain di balik sikapnya itu?“Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Kakak Ipar?” Suara Lea memecah kesunyian. Kayden berhenti berenang dan bergerak ke tepi kolam renang. Tangannya yang kokoh menumpu di bibir kolam. Kayden sedikit mencondongkan dagunya ke depan, memberi isyarat agar Lea melanjutkan.Lea menelan saliva dengan sedikit payah, wanita itu tampak ragu. “Uhm, seperti yang sudah kamu ketahui, aku menguping pembicaraanmu dengan Jonas. Apa maksud kalian tentang v
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status