Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 16. Antara Kewarasan dan Keterikatan

Share

16. Antara Kewarasan dan Keterikatan

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-01-26 10:48:15

Lea terbangun dan pandangannya kabur saat melihat langit-langit kamar yang luas. Kepalanya terasa pusing sementara tubuhnya begitu lemah. Saat kesadarannya benar-benar terkumpul, Lea segera menyadari bahwa dirinya berada di sebuah kamar tidur.

Lea tersentak dan bangkit dengan buru-buru, tetapi rasa pusing itu membuatnya hampir terjatuh. Ia menatap tangan kirinya dan menemukan sebuah infus yang masih setengah terisi terpasang di sana. Lalu kedua matanya berkeliling menyapu ruangan tersebut—Ini jelas bukan kamarnya.

“Bukankah tadi malam aku berada di tenda bersama Kayden? Lalu, di mana aku sekarang?” gumamnya kebingungan.

Pintu kamar mandi di sampingnya tiba-tiba terbuka saat seseorang mendorongnya. “Di mana lagi memangnya? Tentu saja ini kamarku.”

Kedua mata Lea melebar saat mendapati sosok Kayden yang melangkah keluar dengan rambut yang masih basah. Butiran air menetes dari ujung rambutnya dan membasahi bahunya yang tak tertutup oleh apa-apa.

Lea terkejut dan tubuhnya refleks menegak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   17. Tertangkap Basah

    Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu, membuyarkan lamunan Lea yang sedari tadi memandang ke luar jendela. Ia mengangkat kepala sedikit, lalu menoleh ke arah pintu kayu yang tertutup rapat. Dalam hatinya bertanya-tanya, siapa yang datang? Kalau itu Kayden, pria itu pasti sudah masuk tanpa mengetuk.“Masuk,” ucap Lea akhirnya, suaranya terdengar lemah namun cukup jelas.Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan seorang dokter dan seorang perawat muda melangkah masuk dengan tenang. Dokter itu membawa clipboard di tangannya, sementara perawat membawa nampan kecil berisi alat medis. Senyum ramah menghiasi wajah sang dokter saat ia mendekat ke ranjang.“Selamat siang, Nyonya. Bagaimana rasanya sekarang? Apakah masih pusing atau sudah lebih baik?” tanya sang dokter lembut.Lea menatap dokter sejenak, lalu tersenyum tipis. “Sedikit lebih baik, Dok,” sahutnya dengan suara lemah namun tulus.Dokter itu mengangguk kecil, lalu berjalan ke sisi ranjang untuk memeriksa grafik pada botol infus yang k

    Last Updated : 2025-01-27
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   18. Permainan Kayden

    Lea berdecak pelan, merasa frustasi saat Kayden berhasil menangkapnya sebelum ia sempat melarikan diri. Langkahnya terhenti begitu saja, seakan ada pemberat tak kasat mata yang mencengkeram kedua kakinya dan memaksa tubuhnya untuk tetap diam di tempat.Lea berbalik dengan perlahan. Wajahnya tampak tegang, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang dilarang. Matanya bertemu dengan sosok Kayden di ujung lorong.Kayden berdiri di sana dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Lea. Matanya mengatakan lebih banyak daripada kata-katanya, menyiratkan sesuatu yang sulit diterka. Setiap detik sorot matanya membuat Lea merasa semakin kecil di hadapannya.“Apa yang kamu coba lakukan, huh?” Suara Kayden akhirnya pecah memenuhi seisi lorong.Pertanyaan itu terdengar sederhana. Namun di telinga Lea, entah mengapa pertanyaan itu justru terasa berat seperti sebuah peringatan. Tanpa sadar membuat bulu kuduknya meremang.Langkah Kayden semakin mendekat hingga akhirnya berdir

    Last Updated : 2025-01-27
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   19. Sisi Gelap yang Memikat

    Lea menatap Kayden dengan wajah merah karena kemarahan yang membuncah dari dalam. Kendati demikian, wanita itu memilih diam. Lea enggan mengungkapkan secara langsung apa yang dirasakannya sekarang. “Jika kamu sangat ingin aku makan siang, baiklah. Tapi kamu harus berjanji, kamu akan melepaskanku setelah aku selesai makan,” ucap Lea berusaha agar suaranya terdengar tenang. Kayden hanya menatap wanita itu tanpa memberi jawaban, matanya tetap mengawasi gerak-gerik Lea saat wanita itu mulai menyuap makanan ke mulutnya. Karena keinginannya untuk segera pergi dari tempat ini begitu besar, membuat Lea menghabiskan semua makanan di piringnya dengan begitu cepat. Begitu selesai, Lea segera berdiri dan siap melangkah keluar dari ruangan tersebut. Namun, rencananya kembali digagalkan oleh Kayden. Dengan gerakan yang cepat, Kayden menangkap lengan Lea yang hendak pergi. “Aku tidak bilang kamu bisa pergi setelah makan siang,” katanya dengan nada datar. “Lagi pula, Noah tidak akan mencarimu. Dia

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   20. Diantara Dua Belenggu

    Lea duduk santai di sebuah gazebo di halaman belakang. Angin sepoi-sepoi berembus lembut dan sesekali menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tergerai. Wajahnya tampak masam, sementara matanya tak lepas memandangi sosok Kayden yang tengah berenang di kolam renang di depannya.Sudah sepuluh menit pria itu menyelam dan berenang bolak-balik. Lea tak habis pikir, ternyata alasan Kayden menyuruhnya duduk di sini hanya untuk menyaksikan semua itu. Apakah ini semacam hiburan yang menurutnya menarik? Atau ada maksud tersembunyi lain di balik sikapnya itu?“Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Kakak Ipar?” Suara Lea memecah kesunyian. Kayden berhenti berenang dan bergerak ke tepi kolam renang. Tangannya yang kokoh menumpu di bibir kolam. Kayden sedikit mencondongkan dagunya ke depan, memberi isyarat agar Lea melanjutkan.Lea menelan saliva dengan sedikit payah, wanita itu tampak ragu. “Uhm, seperti yang sudah kamu ketahui, aku menguping pembicaraanmu dengan Jonas. Apa maksud kalian tentang v

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   21. Labirin Tak Berujung

    Lea memandangi Kayden dengan tatapan serius. “Kalau begitu, kenapa kamu ada di sini, Kakak Ipar?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar seperti sebuah tantangan.Kayden menahan tawa kecil, hanya sudut bibirnya yang terangkat sedikit. Matanya menyipit tajam, memancarkan campuran kepercayaan diri dan sesuatu yang lebih sulit ditebak. Kayden perlahan mendekat hingga cukup untuk membuat Lea sadar bahwa ruang di antara mereka hampir hilang.“Aku ada di sini karena aku ingin di sini. Itu sudah lebih dari cukup untukmu, bukan?” jawabnya dengan suara rendah. “Jadi, nikmati saja waktumu sebelum semuanya berubah.”Kening Lea mengernyit bingung saat memandangi punggung Kayden yang menghilang di balik pintu. Berubah? Apa maksud pria itu? Kayden membiarkan kata-katanya menggantung di udara, seperti teka-teki yang tak memiliki jawaban pasti.Lea menghela napas panjang, berusaha mengenyahkan kebingungan yang mengganggunya. Namun alih-alih mereda, pikirannya semakin dipenuhi oleh ucapan Kayden ya

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   22. Kue, Kayden, dan Perasaan yang Tak Terucap

    Lea menghampiri Kayden yang baru saja kembali dengan raut cemas yang masih menghiasi wajahnya. “Jadi, siapa yang datang?” tanyanya tak sabar untuk mendengar jawaban.Kayden hanya membungkam mulutnya, lalu berjalan melewati Lea dengan langkah tenang. Di belakangnya, seorang chef wanita yang mengenakan pakaian serba putih dengan rambut terikat rapi mengikuti dengan langkah cepat. Bersamaan dengan itu, Jonas menyusul dengan wajah cerah, pria itu menyapa Lea dengan senyuman hangat.Lea menatap mereka semua dengan bingung dan sedikit terkejut. “Apa yang baru saja terjadi?” gumamnya pelan.Chef wanita itu berhenti tak jauh dari Kayden, lalu menatap Lea sekilas dan tersenyum kecil. Suasana yang tiba-tiba terasa aneh ini sontak membuat Lea semakin curiga. Pandangannya beralih dari satu wajah ke wajah lainnya dan ia merasakan kebingungan yang semakin menebal di benaknya.Lea melangkah mendatangi Kayden. “Apa yang terjadi? Mengapa mereka berdua ada di sini, Kakak Ipar?” bisiknya begitu berdiri

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   23. Di Bawah Bayang-Bayang Pengkhianatan

    Sore harinya, Lea memutuskan untuk kembali ke villa Noah karena ia berpikir mungkin situasi di sana sudah kondusif. Namun saat kedua kakinya menginjak teras villa, pintu utama tiba-tiba terbuka dan sosok Sophia yang begitu cantik berdiri di baliknya. Untuk sesaat, Lea terpaku memandangi wanita itu—ada getaran aneh seketika menjalar di sekujur tubuhnya saat mereka saling bertatapan satu sama lain.“Sayang, tinggallah sebentar lagi. Aku sangat merindukan kamu.” Suara Noah menggema dari dalam.Tepat di belakang Sophia, Noah tiba-tiba muncul. Pria itu berdiri dengan santai, bahkan tampak mesra bergelayut manja pada wanita bernama Sophia itu. Pemandangan tersebut hanya bisa membuat Lea mematung dengan tubuh yang menegang.Lea menggenggam tangannya sambil menatap kedua orang itu dengan mata yang mulai terasa panas. “Kenapa … Sophia ada di sini?” tanyanya berusaha untuk terdengar tenang.Sophia memandangnya dengan tatapan yang meremehkan, lalu berkata dengan nada sinis. “Kenapa memangnya?”Le

    Last Updated : 2025-01-28
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   24. Salah Paham

    Setelah menyerahkan pancake buatannya pada Sophia dan Noah kemarin, Lea tak lagi melihat batang hidung kedua orang itu hari ini. Noah tidak ada di setiap sudut ruangan, begitu pun dengan kekasih gelapnya. Villa yang besar itu terasa kosong, hanya menyisakan Lea dan kesunyian yang memeluknya erat.Lea akhirnya memutuskan untuk duduk di balkon kamar. Angin laut yang lembut menyapu wajahnya, tetapi tak mampu mengusir perasaan sesak di dadanya. “Ini bulan maduku dengan Noah. Tapi, sepertinya yang justru menikmati momen ini adalah Sophia,” gumamnya pelan.Entah mengapa, sebuah keyakinan bahwa saat ini suaminya tengah menghabiskan waktu bersama Sophia menyelinap begitu saja ke benak Lea. Dia merasakannya begitu saja, seperti perasaan tak enak yang mengusik hatinya."Sekarang aku mengerti maksud kata-kata Noah saat hari pertama tiba di sini. Jika begini, untuk apa dia mengajakku bulan madu?" gumam Lea dengan suara getir.Yang tidak Lea tahu, alasan Noah mengajaknya berbulan madu sebenarnya

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   191. Kedatangan Julianne dan Rhaelil di Apartemen

    Sepeninggal Kayden, Lea melangkah pelan lalu duduk santai di sofa tunggal yang menghadap ke luar jendela. Pemandangan kota New York masih sama—hiruk-pikuk dan gemerlap—namun ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Perlahan, jiwanya tak lagi serapuh dulu.Ponselnya yang tergeletak di meja kecil tiba-tiba bergetar. Lea menoleh, sekilas melihat layar, lalu segera meraihnya saat membaca nama yang tertera.“Mama …?” sapanya begitu panggilan tersambung.Di seberang, suara Julianne terdengar tergesa, bercampur keramaian. “Mama sekarang di bandara. Bisa kita bertemu?”Lea mengernyit samar. “Mama di New York?”“Ya. Bersama Rhaelil. Dia bersikeras ingin ikut karena katanya rindu padamu.”Lea tertawa kecil, merasa geli. “Apa? Jadi anak itu merindukanku?”Samar-samar, suara Rhael terdengar dari belakang. “Tidak! Aku ikut bukan karena merindukanmu! Aku ke mari untuk bersenang-senang!”Lea terkikik. “Baiklah … kalian bisa datang ke apartemenku. Nanti aku kirim alamatnya.”“Baik, Sayang. Sampai jumpa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   190. Aku Tidak Akan Kehilanganmu Lagi

    Keesokan paginya, Lea menjadi orang pertama yang bangun. Ia tidak langsung mandi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lebih dulu karena tahu hari ini Kayden akan ke kantor.“Oke, semuanya beres!” serunya pelan dengan senyum lebar, merasa puas dengan sarapan sederhana dan secangkir kopi yang sudah tertata rapi di atas meja makan.Setelah memeriksa semuanya sekali lagi, Lea melangkah kembali ke kamar. Ia menaiki ranjang dengan pelan, lalu menunduk dan menciumi pipi Kayden yang masih tertidur lelap.“Selamat pagi, Tuan Muda Easton,” bisiknya lembut di sela ciumannya.Kayden menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan. Tatapannya langsung bertemu dengan wajah Lea yang tersenyum di atasnya.“Ini mimpi lain, hm?” gumamnya serak karena baru bangun. Tangannya terulur mengusap pipi Lea. “Karena kalau iya, aku tidak ingin bangun.”Lea terkikik pelan. “Bukan mimpi, Sayang. Sarapan sudah siap. Kamu harus bangun sebelum kopimu dingin.”Kayden menarik tubuh Lea agar jatuh ke pelukan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   189. Melepas Rindu

    Kayden menggeleng pelan, lalu menaruh dagunya di bahu Lea. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita. Aku sangat merindukanmu, Little Rose,” bisiknya parau.Lea tersenyum tipis. Salah satu tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Kayden dengan lembut. “Baiklah. Kita nikmati saja waktu berdua.”Bagi Kayden, pelukan ini masih terasa seperti mimpi. Meskipun hangat kulit Lea begitu nyata di pelukannya, Kayden tak bisa mengusir keraguan dalam hatinya. Ada suara kecil yang terus bertanya—jangan-jangan semua ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyataan?Setelah beberapa saat berendam, Lea tiba-tiba menarik diri dari pelukan Kayden. Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari bath tub. Buih sabun masih menempel di beberapa bagian tubuhnya yang putih dan mulus.Dengan langkah anggun, Lea berjalan menuju shower dan menyalakan air hangat. Saat buliran air membasahi tubuhnya, ia menoleh.Senyum manis menghiasi bibirnya. “Kemarilah, Kayden,” panggilnya lembut.Kayden tidak segera

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   188. Bertemu Kembali

    Pagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status