Chapter: 188. Bertemu KembaliPagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng
Terakhir Diperbarui: 2025-04-14
Chapter: 187. Identitas BaruBeberapa hari setelah artikel itu menyebar, Astrid duduk di ruang kerja pribadinya yang tertutup rapat, ditemani oleh asisten barunya, Veronica—seorang wanita elegan dengan kecerdasan tajam yang selalu bisa membedakan antara informasi berharga dan gosip biasa.“Aku butuh seseorang yang bisa membalikkan opini publik,” ucap Astrid dingin. “Bukan pengacara, bukan PR biasa. Aku butuh kekuatan.”Veronica ragu sejenak, lalu membuka tabletnya. Jari-jarinya lincah mengetuk layar sebelum berhenti di sebuah nama.“Ada satu nama yang muncul dalam beberapa lingkaran tertutup. Hanya segelintir orang yang pernah melihatnya langsung. Tapi dia muncul di balik proyek-proyek amal besar dan berpengaruh … juga beberapa kebijakan bisnis pemerintah yang, entah bagaimana, selalu menguntungkan pihak tertentu.” Veronica menoleh. “Namanya Roseanna.”Astrid menyipitkan mata. “Aku belum pernah dengar.”“Wajar. Dia bukan tipe yang suka tampil. Tapi mereka yang pernah bekerja sama dengannya bersumpah dia bisa ‘men
Terakhir Diperbarui: 2025-04-14
Chapter: 186. Perang DimulaiAstrid duduk di ruang tamu megah rumahnya, matanya terbakar kemarahan saat ia memandang layar ponsel yang tergenggam erat di tangannya. Berita yang baru saja muncul di media sosial membuat darahnya mendidih. Judul besar itu menyoroti nama keluarganya dengan mencolok.‘Skandal Keuangan Keluarga Thompson: Penggelapan Dana dalam Proyek Pembangunan.’Tangan Astrid gemetar, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Suaminya, Liam Thompson, sering mengingatkan untuk selalu menjaga citra mereka di public, namun apa yang ia lihat sekarang adalah bencana.Berita itu tidak hanya merusak reputasi keluarga, tapi juga mengguncang fondasi kekuasaan yang sudah mereka bangun selama bertahun-tahun.Di layar, sebuah artikel panjang menguraikan bagaimana dana besar yang mereka investasikan dalam proyek pembangunan kota terbarukan ternyata menghilang begitu saja. Beberapa nama terlibat, tetapi nama keluarganya—terutama dirinya—disebutkan dalam konteks yang sangat mencurigakan.“Sialan!” bentaknya marah.Tidak
Terakhir Diperbarui: 2025-04-13
Chapter: 185. Langkah AwalSetelah itu, Lea kembali naik ke kamarnya dan berpakaian. Ia merias wajahnya sedikit, lalu berjalan keluar menuju kamar seseorang. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu bercat cokelat gelap.Ia mengetuknya pelan, namun tegas.Tak lama kemudian, pemilik kamar membukakan pintu dan berdiri dengan tubuh tegap.“Aku butuh bantuanmu,” kata Lea tanpa basa-basi.Kening Silas mengernyit sebentar sebelum ia mengangguk dan mempersilakan Lea masuk. “Bicarakan di dalam.”Lea melangkah masuk dan berhenti di depan ranjang besar milik pria itu. Wajahnya serius. Tak ada keraguan di matanya.“Bantu aku membalas dendam,” ucapnya mantap. “Kata Rhael, kamu orang yang bisa membantuku untuk hal seperti ini.”Silas menutup pintu, lalu bersandar pada dinding dengan ekspresi datar. “Aku tidak suka terlibat dalam urusan yang tidak jelas. Siapa yang ingin kamu balas?”“Astrid Galen.”Mata Silas sedikit menyipit. “Siapa dia?”“Ibu tiriku,” jawab Lea tanpa ragu. “Dan dalang di balik kecelakaan yang menimpaku. D
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: 184. Kamar yang TerhubungLea baru saja selesai mandi ketika menyadari sesuatu yang aneh—rak handuk di dalam kamar mandinya kosong. Ia mengernyit. Handuk yang selalu tergantung di sana—handuk yang selalu ia pakai—tidak ada.Tatapannya tiba-tiba beralih ke pintu kayu kecil di sudut kamar mandi. Pintu itu sempat ia perhatikan saat pertama kali menempati kamar ini, tapi belum pernah ia buka. Julianne sempat menyebut bahwa kamar ini dulunya milik Silas saat remaja. Sejenak, Lea jadi penasaran. Kira-kira apa yang tersembunyi di balik pintu kayu itu.Perlahan, ia mendorong daun pintu yang tidak dikunci. Di baliknya, sebuah ruang baca mungil terbentang—berdebu, tapi masih tertata rapi. Di tengah ruangan itu, Silas berdiri membelakangi pintu, sedang mengelap tangannya dengan ….Itu handuknya!Lea terdiam di ambang pintu, mengenakan jubah mandi tipis, rambutnya masih basah menetes. “Itu milikku.”Silas menoleh. Sekilas tampak terkejut, tapi ekspresinya segera kembali tenang. “Aku kira ini handuk bersih. Kupikir ruang
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: 183. Sampai Waktunya Tiba, Tunggu Aku KembaliKeesokan paginya, aroma masakan memenuhi seluruh penjuru rumah. Julianne bangun lebih awal dari biasanya dan menghabiskan waktu berjam-jam di dapur, menyiapkan berbagai hidangan hangat untuk menyambut kepulangan putra sulung Indi. Di meja makan, piring-piring terisi penuh—roti panggang, salad, potongan buah segar, dan tumisan sayur favorit Silas.Mereka semua sudah duduk mengelilingi meja. Rhael tampak santai dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur, sementara Silas mengambil tempat di seberang Lea. Posturnya tegap, sikapnya tenang, dan sejak awal sarapan pandangan matanya hampir tak pernah berpaling dari wanita di hadapannya.Julianne menyendokkan salad ke piring Lea, lalu tersenyum hangat. “Sayang, kamu sudah bertemu Silas? Dia kakaknya Rhael. Baru pulang tadi malam.”Lea membenarkan posisi duduknya sebelum mengangguk sopan. “Sudah. Kami sempat bertemu tadi malam dan berkenalan,” ujarnya singkat.Senyum Julianne melebar. “Bagus. Kalian akan tinggal serumah, jadi akan lebih nyaman
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: 58. Perang DinginSuara Nate masih terngiang di kepala Mariana bahkan ketika pria itu sudah pergi dari rumah. Pintu yang dibanting beberapa jam lalu seolah masih memantulkan gaung amarahnya di seluruh sudut ruangan.Ponsel Mariana tergeletak di pangkuan dengan layar gelap. Tangannya menggenggam ujung selimut, entah untuk apa. Mungkin sekadar menahan diri agar tidak gemetar.Setelah CCTV dipasang atas desakan Nate, Mariana mulai merasa rumahnya lebih aman. Lima kamera pengawas terpasang di beberapa titik rumah, dan semuanya atas perintah Nate tanpa bisa dibantah.‘Kamu tidak mengizinkanku untuk melaporkan kejadian ini ke pihak keamanan. Jadi, satu-satunya cara agar aku bisa tenang malam ini adalah memasang kamera pengawas.’ Itu adalah kata-kata Nate setelah ia berbicara tentang memasang kamera pengawas.Pada akhirnya, semua kamera itu terpasang di beberapa sudut.‘Aku ini siapa kamu?’ Suara Nate saat mempertanyakan itu kembali terngiang di telinga Mariana.Perasaannya begitu campur aduk. Bingung, menyes
Terakhir Diperbarui: 2025-04-15
Chapter: 57. Kejadian-Kejadian AnehDua hari setelah pindah ke rumah baru, Mariana mulai merasa ada sesuatu yang tak beres. Mungkin karena ia masih beradaptasi dengan lingkungan baru atau mungkin karena lelah setelah seharian bekerja, pikirannya mulai berlarian tanpa arah yang jelas.Ini bukan kali pertama ia tinggal sendiri. Dulu, setelah perceraian dengan Bara—meski hanya sebentar—ia sempat menjalani hidup sendiri. Tapi kali ini berbeda.Ada sesuatu yang mengganjal, seolah ada yang tidak tepat.Kadang, ia merasa seperti ada orang lain di rumah ini selain dirinya.Pagi itu, Mariana bangun lebih pagi. Ia pergi ke ruang jemur untuk mengambil pakaian dalam yang ia cuci kemarin sebelum bersiap untuk bekerja. Tapi begitu ia melangkah ke ruang jemur, ia dikejutkan oleh sesuatu.Seharusnya pakaian dalam yang ia cuci kemarin masih ada di sana. Namun ketika matanya menyapu ruang itu, pakaian dalam yang dimaksud tidak ada. Tampak jelas bahwa pakaian lainnya ada, tapi pakaian itu hilang begitu saja.“Lho, kenapa bisa nggak ada?”
Terakhir Diperbarui: 2025-04-14
Chapter: 56. KetahuanMariana tak bisa berhenti memikirkan ucapan ayahnya sepanjang perjalanan pulang. Selama ini, ia terlalu terlena, terlalu nyaman berada di sisi Nathaniel hingga tak sadar betapa benar setiap kalimat yang diucapkan ayahnya di restoran tadi.Apalagi sekarang, status mereka sudah berubah menjadi sepasang kekasih. Gunjingan pedas tak akan terhindarkan jika orang-orang tahu bahwa mereka tinggal serumah.Sepasang kekasih yang belum menikah, tinggal di bawah satu atap.Ah, Mariana bahkan tak sanggup membayangkan reaksi masyarakat—terlebih lagi, reaksi kedua orang tuanya.Maka, pindah adalah keputusan paling masuk akal. Langkah awal yang harus ia ambil sebelum semuanya terlanjur ke mana-mana.“Benar itu, Na. Kamu harus pindah secepatnya,” gumamnya pelan seolah tengah menasihati dirinya sendiri.Mariana tiba di kediaman Nathaniel menjelang senja. Langit sudah mulai menggelap, tapi pikirannya masih penuh oleh percakapan dengan ayahnya saat di restoran.Begitu menjejakkan kaki di dalam rumah, lan
Terakhir Diperbarui: 2025-04-14
Chapter: 55. Museum DateSetelah keheningan panjang di makam, Nate mengajak Mariana ke sebuah galeri seni yang tersembunyi di kawasan tenang kota itu. Bangunannya minimalis dengan dinding putih tinggi dan jendela kaca besar yang mempersilakan sinar matahari masuk dengan lembut.Tempat itu tidak ramai—hanya mereka berdua. Nate memang sudah mengatur segalanya.Mariana menatap sekeliling dengan langkah pelan. Galeri itu memamerkan karya-karya seniman lokal dalam nuansa monokrom dan pastel. Tenang, sendu, tapi juga indah.“Aku nggak tahu kamu suka tempat kayak gini,” gumam Mariana.Di tengah galeri yang tenang, Mariana dan Nate berjalan berdua sambil menikmati setiap karya seni yang terpajang di dinding.Namun, ketika mereka berhenti di depan sebuah lukisan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita yang duduk di tepi pantai, memandang lautan yang luas, dengan cahaya matahari yang lembut menyinari wajahnya.Mariana terpaku, matanya menatap lukisan itu dengan intens. Tak lama kemud
Terakhir Diperbarui: 2025-04-14
Chapter: 54. Backstreet, but OursAtas permintaan Mariana, hubungan mereka saat ini tidak hanya disembunyikan dari publik, tapi juga dari keluarga masing-masing. Bukan karena Mariana tidak serius, hanya saja dia belum siap menghadapi reaksi dari orang-orang terdekatnya. Terutama dari pihak keluarganya sendiri.Dia tahu, dari pihak orang tua Nate, kemungkinan besar kabar ini akan disambut dengan hangat. Tapi dari orang tuanya, Mariana tidak yakin.Beruntung, Nate tidak mempermasalahkan. Dia hanya bertanya alasan Mariana meminta hubungan ini tetap menjadi rahasia, lalu menyetujuinya setelah mendengar penjelasan Mariana yang terdengar masuk akal baginya.“Dalam hubungan ini, aku hanya ingin fokus pada kenyamananmu saja, Na. Kalau kamu merasa lebih tenang kalau kita pacaran diam-diam—meski aku sangat ingin memamerkan hubungan kita ke seluruh dunia—aku tidak akan menyangkal,” ucap Nate sambil tersenyum. Tangannya terangkat, mengusap lembut pipi Mariana.Mariana membetulkan posisi duduknya, lalu mengangkat satu tangannya me
Terakhir Diperbarui: 2025-04-13
Chapter: 53. Seperti Romansa dalam DramaHari itu, suasana kantor pusat terasa begitu tenang. Mariana tengah duduk di balik meja kerjanya yang berada tepat di luar ruangan CEO. Pandangannya sibuk menatap layar laptop, memeriksa ulang dokumen perjanjian kerja sama untuk diserahkan ke Nate sore nanti.Ia mengenakan kemeja putih sederhana dan rok pensil abu-abu yang rapi. Sederhana, tapi itulah yang membuatnya menonjol tanpa berusaha lebih.Pintu ruang CEO terbuka sedikit dari dalam, dan suara berat Nate memanggilnya pelan, “Mariana, bisa masuk sebentar?” tanya pria itu.Mariana mengangguk pelan, kemudian bangkit sambil membawa sembarang map yang tergeletak di meja kerjanya. Wajahnya tetap netral saat melangkah masuk.Begitu pintu tertutup dan hanya mereka berdua di dalam ruangan luas bernuansa modern itu, suasananya langsung berubah. Mata Nate yang semula tajam, kini melunak saat menatapnya.“Ruang meeting kosong?” tanya Nate, seolah masih bermain peran sebagai atasan.“Sudah. Semua file yang Bapak minta juga sudah aku siapkan
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: 153. Akhir Sebuah CeritaSamantha tertegun sementara isi kepalanya berputar seperti roller coaster. Sudah tiga puluh menit ia seperti itu sejak mereka tiba di kediaman. Samantha bahkan tak mengacuhkan Dante yang sedari tadi berbicara kepadanya. Daniele Heien, putri kedua dari keluarga Heien. Begitulah Victoria Heien—ibu kandung Samantha—menyebutkan nama putrinya tersebut ketika mereka berbincang di kediaman Adams. Meski Victoria Heien datang dengan serangkaian bukti lengkap, jujur saja Samantha masih sulit memercayai semua ini. Ia telah hidup sebagai Samantha Rayne selama lebih dari dua puluh tahun. Lalu dalam sekejap ia harus berganti identitas menjadi putri dari keluarga konglomerat. Samantha tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau sebaliknya. “Honey, apa kamu bahkan mendengarkanku?” Ini adalah kesekian kalinya Dante melontarkan pertanyaan serupa. Namun lagi-lagi ia masih mendapatkan reaksi yang sama dari istrinya itu. Samantha masih sibuk dengan pikirannya yang kacau balau. Samantha menggigit pel
Terakhir Diperbarui: 2024-12-28
Chapter: 152. Permata yang Hilang“Samantha, kemarilah.” Margareth tersenyum begitu manis saat memanggil menantunya itu.Samantha hendak berdiri, tetapi Dante menahan tangannya dengan cukup kuat.“Honey, ada apa?” bisik Samantha pelan. Wanita itu sedikit memajukan wajahnya ke arah Dante dan meminta sang suami agar segera melepaskan genggaman tangannya.Dante mengerjap sebentar kemudian menggelengkan kepala dengan tegas. Detik berikutnya pria itu segera menarik Samantha duduk kembali ke kursinya. Ia sadar sikapnya sekarang sangat tidak sopan, tetapi Dante memiliki alasannya sendiri.“Dante! Jangan bersikap tidak sopan! Biarkan istrimu kemari dan memeluk ibunya!” Margareth sedikit menekankan suaranya. Sungguh ia merasa sangat kesal melihat sikap tidak masuk akal putranya itu.Baik Dante ataupun Samantha, keduanya sontak membuka mata lebar-lebar saat mendengar ucapan Margareth barusan. Terlebih lagi Samantha yang merasa sangat terkejut. Apa maksud ibu mertuanya itu?Di tengah rasa terkejutnya, Dante segera menoleh ke ara
Terakhir Diperbarui: 2024-12-23
Chapter: 151. Makan Malam BersamaMalam harinya, Dante dan Samantha datang ke kediaman keluarga Adams untuk memenuhi undangan makan malam Margareth. Meski sebenarnya Dante merasa tidak berminat—Dante masih curiga pada sikap ibunya yang berubah secara mendadak. Namun pria itu tidak bisa menolak keinginan Samantha yang tampak antusias ingin datang. "Ayolah, Honey. Jangan pasang wajah seperti itu. Tersenyumlah.” Samantha merengek ketika melihat ekspresi Dante yang terlihat kaku. Dante menghela napas pelan, kemudian berusaha menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas. Meski jelas sekali Dante tampak terpaksa, tetapi Samantha tidak ingin berargumen. Setidaknya Dante masih bersedia datang dan saat ini pria itu sedang tersenyum. Orang pertama yang menyambut kedatangan mereka tentu saja Jennifer Adams. Wanita berambut pirang itu terlihat antusias dengan menghamburkan diri memeluk Samantha. “Rasanya sepi tidak ada kalian di rumah ini. Bagaimana kehidupan pernikahan di kediaman sendiri? Pasti sangat menyenangkan, bukan? Kal
Terakhir Diperbarui: 2024-10-14
Chapter: 150. Kejutan Pagi HariSetelah sepakat untuk memulai kembali hubungan mereka, satu minggu kemudian Dante lantas mengajak Samantha untuk keluar dari kediaman keluarga Adams. Keduanya pindah ke griya tawang yang Dante beli beberapa bulan lalu. Tidak ada yang ingin Dante lakukan selain ingin terus bersama dan menghabiskan waktunya dengan istrinya yang cantik itu. Sebenarnya Dante ingin langsung mengajak Samantha pindah ke griya tawang setelah ia membelinya. Namun ada beberapa ketidakyakinan tersirat di dalam hatinya kala itu. Tetapi kali ini Dante sangat yakin untuk melakukannya dan ia bersumpah tidak akan melepaskan Samantha dari hidupnya. Saat ini Dante masih terlelap di atas tempat tidur mereka yang berukuran king size itu. Dan ketika sinar mentari yang memaksa masuk di celah jendela tak sengaja mengenai kelopak matanya, Dante menggeliat sebentar lalu membuka mata. Ditengoknya ke samping kiri dan ia tidak menemukan Samantha di sana. “Honey …,” seru Dante dengan suara parau. “Hey, di mana kamu?” Karena ti
Terakhir Diperbarui: 2024-10-13
Chapter: 149. Akhir Sebuah CeritaDante memutuskan untuk mengantar Samantha pulang ke kediamannya alih-alih mengajak gadis itu ke kediaman keluarga Adams. Satu alasan yang Dante pikirkan adalah karena ingin Samantha menenangkan diri dan beristirahat dengan nyaman tanpa ada yang menganggu. Hingga saat ini gadis itu masih tampak syok dan begitu sedih karena insiden penculikan yang didalangi oleh sahabatnya sendiri.Samantha tak banyak berbicara. Dante juga tak banyak melontarkan pertanyaan pada gadis itu. Sekarang keduanya sedang berpelukan di atas ranjang dengan berbalutkan keheningan.“Aku tidak mengerti mengapa Jere melakukan hal semacam itu. Untuk apa dia menculikku?” Samantha keheranan. Keheningan yang semula membalut ruangan tersebut langsung pecah ketika pertanyaan tersebut terlontar dari mulut gadis itu.Dante meneguk saliva dengan sedikit payah. Sejujurnya Dante sudah mengetahui jika keluarga Sinclair telah jatuh bangkrut. Dan alasan Jeremiah menculik Samantha adalah karena pria itu memerlukan banyak uang.Dant
Terakhir Diperbarui: 2024-09-25
Chapter: 148. This LoveDante tiba di Panti Asuhan Mida empat jam setelah menerima informasi lokasi dari Jeremiah. Seperti yang pria itu inginkan, Dante datang seorang diri dengan membawa dua buah tas berukuran besar. Dante berjalan sambil mengamati area sekitar, kewaspadaan memenuhi diri pria itu.“Cih! Dasar berengsek. Dia pasti memilih tempat ini setelah menyurvei berkali-kali,” geram Dante.Lokasi yang dipilih Jeremiah sangat jauh dari keramaian. Dante bahkan harus menyetir selama berjam-jam agar tiba di tempat ini. Panti asuhan ini seperti bangunan terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan, tidak akan ada yang datang menolong meski seseorang berteriak dengan lantang di tempat ini.Dante terus berjalan hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan tempat Samantha disandera. Dengan kemarahan yang berkobar di dalam dirinya, Dante menendang pintu di depannya itu dan bergegas masuk ke dalam.“Samantha!” teriak pria itu ketika melihat wanita pujaannya tepat di depan mata.Tepat di depannya, Samantha duduk
Terakhir Diperbarui: 2024-09-18
Chapter: 43. Hari yang Baru, Cinta yang SamaKikan berdiri di dapur, masih mengenakan piyamanya, sibuk menyiapkan sarapan. Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan wangi roti panggang memenuhi ruangan. Ia tersenyum puas melihat meja yang kini sudah tertata rapi—segelas kopi untuk Dewandra, segelas susu untuk Rosetta, dan piring berisi omelet serta roti panggang.Langkah kaki terdengar mendekat, dan tak lama kemudian, sepasang lengan melingkari pinggangnya dari belakang.“Rajin sekali,” bisik Dewandra di dekat telinganya, suaranya masih berat karena baru bangun tidur.Kikan tersenyum kecil, meski pipinya merona. “Kalau bukan aku, siapa lagi yang mau menyiapkan sarapan buat suami sendiri?” godanya.Dewandra tertawa pelan, mengecup pipi Kikan sekilas sebelum akhirnya melepaskan pelukan dan mengambil secangkir kopi.Kikan melirik sekilas ke arahnya dan tersenyum. “Ayo sarapan sebelum Rosetta bangun,” ajaknya.Mereka duduk berdua menikmati sarapan dalam suasana tenang dan intim. Sekali-sekali, Dewandra mencuri pandang ke arah Kik
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: 42. Malam Pertama Setelah Sekian LamaSetelah resepsi yang penuh kebahagiaan dan tawa, Dewandra membawa Kikan ke rumah mereka—rumah yang kini benar-benar menjadi milik mereka berdua, tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan.Begitu memasuki kamar, Kikan terdiam. Kamar itu telah dihias dengan sangat indah—kelopak mawar putih tersebar di atas ranjang, lilin-lilin kecil menyala lembut di sudut ruangan, menciptakan suasana yang begitu hangat dan romantis.Dewandra berdiri di belakangnya, memerhatikan ekspresi Kikan yang terlihat gugup, namun matanya bersinar lembut.“Kamu suka?” tanyanya pelan.Kikan berbalik, menatap pria yang kini sah menjadi suaminya kembali. Ia mengangguk. “Sangat indah,” sahutnya tersenyum.Dewandra tersenyum tipis, lalu mendekat. “Aku ingin malam ini menjadi malam yang spesial untuk kita.”Kikan menahan napas ketika Dewandra mengangkat tangannya, kemudian menyentuh pipinya dengan kelembutan yang begitu menenangkan. “Aku masih tidak percaya kalau akhirnya kita sampai di titik ini,” bisiknya.Dewandr
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: 41. Hari BahagiaSetelah malam yang penuh kehangatan itu, hubungan antara Kikan dan Dewandra semakin erat. Kikan masih sering terbangun dengan perasaan tidak percaya bahwa ia benar-benar telah menerima lamaran pria itu lagi. Ada kegugupan, ada ketakutan, tetapi yang paling mendominasi adalah perasaan bahagia yang perlahan-lahan memenuhi hatinya.Di rumah, Rosetta menjadi orang yang paling gembira mendengar kabar itu.“Jadi Tante Kikan bakal jadi Mama beneran lagi?” seru Rosetta dengan mata berbinar.Kikan tertawa sambil mengusap kepala gadis kecil itu. “Mama dari dulu tetap mamamu, Tata.”“Tapi kali ini aku bisa bilang ke semua orang! Mama dan Papa bakal menikah lagi! Aku bakal punya keluarga lengkap!” Rosetta melompat-lompat kegirangan, membuat Dewandra dan Kikan tak bisa menahan tawa.“Kita harus buat pesta, Pa!” lanjut Rosetta dengan penuh semangat.Dewandra mengangkat alis. “Pesta?”“Iya! Aku mau jadi flower girl!”Kikan dan Dewandra saling berpandangan sebelum akhirnya tersenyum.“Baiklah,” kata D
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: 41. DinnerWaktu berlalu dengan cepat sejak Rosetta mengetahui kebenaran tentang Kikan. Hubungan mereka semakin erat, dan tanpa Kikan sadari, hari-harinya kini selalu diwarnai dengan canda tawa bocah kecil itu. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang perlahan mulai berubah dalam dirinya terhadap Dewandra.Pria itu tidak lagi mendesaknya untuk segera memberi jawaban tentang rujuk, tapi Kikan tahu Dewandra masih menyimpan harapan. Dan kini, setelah berminggu-minggu, ia mengajak Kikan makan malam di luar. Bukan sekadar makan malam biasa, tapi sesuatu yang dirancang dengan sangat sempurna.Kikan berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya dengan ragu. Gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya terlihat begitu anggun, sederhana namun tetap elegan. Ia bahkan merasa sedikit gugup, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.Saat ia membuka pintu apartemen, Dewandra sudah menunggunya di depan sana. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna hitam, tampak lebih berkarisma dari biasa
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: 40. Aku Punya MamaBeberapa hari kemudianBeberapa hari kemudianBeberapa hari kemudian, Kikan dan Dewandra akhirnya sepakat. Sudah terlalu lama mereka menyembunyikan kebenaran ini, dan Rosetta berhak tahu siapa ibunya sebenarnya.Siang itu, mereka duduk di ruang tamu menunggu Rosetta yang masih asyik bermain dengan bonekanya di lantai. Kikan menggigit bibirnya dengan gugup, sementara Dewandra meremas tangannya sendiri, mencoba menyusun kata-kata yang tepat.“Apa menurutmu dia akan marah?” bisik Kikan pelan.Dewandra menoleh padanya, lalu tersenyum kecil. “Aku rasa tidak. Tapi dia mungkin akan terkejut.”Kikan menghela napas, lalu menatap Rosetta yang masih belum sadar akan percakapan serius yang menunggunya.“Tata,” panggil Dewandra lembut.Bocah itu menoleh cepat. “Iya, Papa?”“Kemari sebentar, Sayang. Papa dan Tante Kikan punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan,” ujar Dewandra sambil menepuk sofa di sampingnya.Rosetta berdiri dan berjalan mendekat. Wajahnya penuh rasa ingin tahu. “Apa itu?” tanya
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: 39. PiknikAkhir pekan pun tiba. Sejak pagi, Rosetta sudah bersemangat berlarian ke sana kemari di dalam rumah untuk memastikan semua yang dibutuhkan telah siap. Ia mengenakan gaun berwarna kuning dengan topi kecil yang menghiasi kepalanya.“Tante Kikan, Papa, ayo cepat! Tata sudah nggak sabar!” seru Rosetta, lalu menarik tangan Kikan dan Dewandra bersamaan.Kikan terkekeh melihat antusiasme bocah itu, sementara Dewandra hanya menggelengkan kepala pelan. “Iya, iya, kita berangkat sekarang,” ucapnya sebelum meraih keranjang piknik yang sudah dipersiapkan.Mereka pergi ke taman besar di pinggiran kota. Cuaca sangat cerah, angin berembus sepoi-sepoi, dan suara anak-anak lain yang bermain terdengar di kejauhan. Kikan menggelar tikar piknik di bawah pohon rindang, sementara Dewandra membantu Rosetta melepas sepatunya agar bisa berlari di atas rumput.“Tata mau main dulu!” Rosetta berseru sebelum berlari ke taman bermain.“Jangan jauh-jauh, ya!” Pesan Dewandra yang hanya dibalas anggukan cepat oleh put
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13