Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hasrat Liar Sang Kakak Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

103 Chapters

51. Kecelakaan

Suara samar terdengar di kejauhan. Bising, tapi terputus-putus.“Bisa dengar aku?”Seseorang menyentuh lengannya, tapi rasanya begitu jauh. Hawa dingin merayap di kulitnya, sementara suara sirene menggema di telinganya.Kelopak mata Lea bergerak perlahan sebelum terbuka sepenuhnya. Cahaya putih menyilaukan pandangannya dan membuatnya mengerjap beberapa kali. Butuh beberapa detik bagi Lea untuk menyadari bahwa ia sedang terbaring di dalam ambulans.“Dia sadar,” suara seorang paramedis terdengar lega. “Nona, apakah Anda bisa mendengar saya?”Lea mencoba berbicara, tetapi tenggorokannya terasa kering. Ia pun hanya bisa mengangguk pelan.“Napas Anda cepat, tapi tenang saja, Anda selamat.” Pria itu memeriksa tekanan darahnya sebelum menambahkan, “Anda mengalami luka ringan di dahi dan sedikit syok, tapi tidak ada cedera serius.”Lea berkedip, mencoba mengingat apa yang terjadi. Mobil, benturan. Lalu, kegelapan.“Mobilku ….” Suaranya serak, hampir tidak terdengar.“Sudah ditangani,” jawab p
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

52. Terima Kasih Sudah Datang

Lea sontak menoleh, merasa terkejut dengan pengakuan itu. Hatinya mencelos, tapi juga terasa hangat di saat yang sama.“Mengapa demikian? Apa kamu mengkhawatirkanku?” tanyanya, mencoba mencari kepastian.Kayden terdiam sejenak, lalu menarik kursi dan memosisikan diri di sana. Ekspresinya sulit ditebak. “Jangan terlalu percaya diri, Lea Rose,” jawabnya dengan nada ringan, seolah berusaha mengalihkan pembicaraan. “Aku hanya tidak ingin datang sia-sia jika ternyata kamu baik-baik saja.”Lea mengerjap beberapa kali, sama sekali tidak menduga dengan jawaban tersebut. Apa itu artinya dia memang khawatir? Atau hanya kesal karena sudah datang?“A-apa maksudmu?” tanya Lea ingin tahu lebih jelas.Namun bukannya menjelaskan, Kayden malah mengalihkan pandangan ke arah lain.Lea menggigit bagian dalam bibirnya, tak dapat dipungkiri ia merasa semakin bingung. “Maaf … aku hanya tidak tahu harus menghubungi siapa lagi,” akunya lirih.Satu-satunya nomor yang ia hafal selain nomor ayahnya hanyalah nomo
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

53. Sikap Formal

Mobil Kayden memasuki halaman kediaman Easton dan berhenti di depan pintu utama. Kayden turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Lea yang keluar sambil mengawasi keadaan sekitar. Setelah Jonas memarkir mobil di garasi, pria itu segera berpamitan.Lea melangkah masuk ke dalam rumah sambil merasakan nyeri di kepala dan tubuhnya. Ketika ia berdiri di depan tangga, suara Kaelyn menggema di belakangnya.“Kenapa kamu turun dari mobil Kayden? Dari mana saja kamu?” tanya ibu mertuanya itu. Dia bahkan tidak bertanya hal buruk apa yang menimpa Lea setelah melihat perban di dahi menantunya itu.Lea menatap wanita itu dengan wajah pucat. Ia hendak menjawab, tetapi sebelum sempat berbicara, Kaelyn sudah mengalihkan perhatiannya ke sosok pria yang baru saja berjalan melewati mereka.“Kayden. Mengapa kalian datang bersama?” tanyanya, tetapi kali ini nada suaranya berubah lebih lembut.Kayden berhenti di anak tangga pertama, tapi ia tidak langsung menoleh. Alih-alih menjawab dengan nada sopan, ia justr
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

54. Menggoyahkan Batas

Lea mengerjap sesaat, tidak menyangka Kayden akan menyinggung hal itu. Namun, sebisa mungkin ia tetap mempertahankan ekspresinya agar tetap tenang.“Maaf, Sir. Saya hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja,” jawabnya sopan.Kayden menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tatapannya tajam mengamati setiap reaksi Lea.“Begitukah?” balasnya singkat.Hening. Lea hanya merespons dengan sebuah anggukan kecil.“Mengapa datang bekerja? Apa kamu ingin menyiksa diri?” tanya Kayden lagi.Lea segera mendongak, menatap Kayden dengan heran sebelum akhirnya tersenyum santai. “Seharusnya pertanyaan itu Anda tujukan pada diri sendiri, Sir.”Kayden mendecih pelan, kemudian tertawa geli. Namun, tawa itu hanya bertahan sebentar sebelum ia berdiri dan melangkah mendekat.Lea refleks melangkah mundur, tetapi Kayden terus maju hingga jarak di antara mereka semakin menyempit.Kayden menyeringai samar, lalu menunduk sedikit hingga mulutnya berada di dekat telinga Lea. Dan dengan satu gerakan cepat, i
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

55. Pria Penuh Kendali

Karena Lea tidak segera datang ke ruangannya setelah menerima email, Kayden kembali memanggilnya melalui interkom.“Lea Rose, datang ke ruanganku sekarang.”Lea langsung menutup mata sesaat begitu panggilan itu berakhir. Dengan napas yang tertahan, ia segera beranjak dan mengabaikan tatapan Annika yang sejak tadi mengawasi setiap gerak-geriknya.Dengan langkah gontai, Lea masuk ke ruangan Kayden dan menutup pintu dengan rapat. Dalam hati ia merasa kesal luar biasa. Namun sebelum mendatangi pria itu di mejanya, Lea menata kembali ekspresinya agar terlihat professional.“Ada apa, Sir?” tanya Lea dengan nada sopan.“Kosongkan jadwalku pagi ini hingga siang,” jawab Kayden datar.Kening Lea seketika mengernyit. “Kosongkan? Ada apa, Sir? Apakah Anda ... merasa tidak sehat?” tanyanya ragu. Matanya fokus mengamati Kayden, memastikan kondisi pria itu dengan cemas.Kayden menggelengkan kepala dengan ekspresi tetap datar. “Tidak. Aku baik-baik saja,” sahutnya singkat.Lea merasa sedikit lega men
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

56. Seperti Pasangan Gelap

Lea terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Kayden barusan.“Aku? Menghadiri pesta itu bersamamu?” ulangnya dengan ragu. “Kenapa?”Kayden menatapnya tanpa ekspresi, lalu memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. “Karena aku menginginkannya,” jawabnya singkat.Jawaban itu membuat Lea mendesah pelan. Sejak awal bekerja dengan pria ini, ia sudah terbiasa dengan perintah sepihak tanpa penjelasan lebih lanjut. Namun, kali ini ia merasa ada yang berbeda.“Tapi bukankah biasanya aku tidak pernah ikut dalam acara semacam itu?” Lea masih mencoba mencari alasan.“Jangan terlalu banyak protes, Lea Rose.” Kayden melangkah lebih dalam ke butik, lalu memberi isyarat kepada salah satu pegawai untuk segera membawa koleksi gaun terbaik yang mereka miliki.Lea menghela napas, menyadari bahwa berdebat dengan pria ini hanya akan berakhir dengan kebuntuan. “Baiklah, kalau itu perintahmu,” ujarnya pasrah.Salah satu pegawai butik segera datang dengan beberapa pilihan gaun berkelas. Lea hanya melir
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

57. Pesta

Lea berhenti tepat di samping pintu mobil dengan perasaan ragu. Sejak dicegat Kaelyn tadi, kata-kata sinis wanita itu terus terngiang di kepalanya dan membuat Lea merasa tidak nyaman. Lea tahu, jika sekarang wanita itu tengah mengintip di balik jendela dengan amarah yang membuncah sebab Kayden mempermalukannya.“Apa lagi yang kamu tunggu? Masuk sekarang!” Suara Kayden terdengar di balik kaca jendela mobil yang terbuka sedikit.Lea menghela napas pelan dan akhirnya masuk. Begitu ia duduk, mobil langsung melaju meninggalkan kediaman Easton dengan keheningan yang menekan.Selama perjalanan, Kayden hampir tidak berkata apa-apa, tetapi tatapan matanya sesekali melirik ke arah Lea dan hal itu sudah cukup membuat Lea merasakan ketegangan yang tak bisa ia jelaskan.Sesampainya di lokasi pesta, mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju pada mereka, terutama pada Kayden yang hampir tidak pernah terlihat membawa pendamping ke acara seperti ini. Bisikan-bisikan terdengar
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

58. Cemburu?

Kayden berdiri di sana dengan setelan hitam yang membuat aura dinginnya semakin kentara. Matanya menajam begitu melihat tangan Vincent masih terulur ke arah Lea. Tanpa sepatah kata pun, Kayden meraih pergelangan tangan Lea dan menariknya dengan kuat.“H-Hey, tunggu—!” Lea berusaha memberontak, tetapi genggaman Kayden terlalu erat.“Maaf, aku akan meminjamnya sebentar,” ujar Kayden datar.Vincent tampak terkejut, tetapi tidak berusaha menghentikan. Ia hanya menatap Lea dengan ekspresi bertanya, seolah ingin memastikan apakah wanita itu baik-baik saja.Namun, Lea tak sempat membalas tatapannya. Kayden terus menariknya melewati keramaian pesta, membawanya keluar menuju tempat yang sepi. Begitu sampai, Kayden melepaskan genggamannya, tapi tubuhnya masih berdiri begitu dekat—menutup semua ruang yang bisa digunakan Lea untuk menjauh.Lea menatap Kayden dengan napas memburu. “Apa yang kamu lakukan?” tanya dengan suara menuntut.Kayden tidak langsung menjawab. Sorot matanya berubah tajam dan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

59. Hadiah Tanpa Nama

Pagi itu, meja kerja Lea dihiasi dengan sesuatu yang tidak biasa. Sebuah buket bunga mawar merah yang besar, disertai dengan kotak hadiah mewah berwarna hitam mengilap. Annika yang melihat itu langsung memperhatikannya, membanjiri Lea dengan tatapan penasaran dan senyum menggoda.“Wow, kamu begitu beruntung mendapatkan hadiah seperti ini,” ujar Annika sambil bersandar di meja Lea dengan ekspresi penuh minat.Lea menatap buket dan kotak hadiah itu dengan dahi berkerut. Tidak ada catatan nama pengirim, hanya kartu kosong yang diselipkan di antara kelopak mawar.‘Siapa yang mengirimkan ini?’Sejenak pikirannya melayang pada satu nama, tetapi ia segera menepisnya. Tidak mungkin Kayden. Pria itu bukan tipe yang akan melakukan hal seperti ini.“Aku tidak tahu,” jawab Lea akhirnya, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul di dadanya.Jonas yang baru saja menyaksikan kejadian itu segera melangkah ke dalam ruangan Kayden sambil membawa secangkir kopi di tangannya. “Sir, saya baru saja mel
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

60. Ketidakpastian yang Mengganggu

Lea mendesah pelan sebelum melangkah keluar dari ruangan Kayden dengan langkah cepat. Setibanya di meja kerjanya, ia langsung meraih buket mawar merah besar dan kotak hadiah dengan gerakan tegas. Tanpa ragu, ia kembali ke ruangan Kayden dan meletakkan keduanya di atas meja hingga menimbulkan suara gesekan yang keras.Tatapan Lea tampak tajam menatap Kayden. “Aku tidak ingin berdebat lagi,” ujarnya dengan suara serak. “Hadiah ini milikmu sekarang. Lakukan apa pun yang kamu inginkan dengannya.”Lea tidak ingin membuang tenaga dan waktunya untuk beradu argumen dengan Kayden, terutama karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan pernah menang.Seharusnya Kayden merasa senang, tapi ia justru tampak lebih marah. “Aku menyuruhmu membuangnya, Lea Rose. Bukan memberikannya padaku,” katanya dengan suara tajam.Lea menegakkan bahunya, menatap Kayden dengan ekspresi serius. “Dan aku sudah mengatakannya dengan jelas. Aku tidak bisa membuangnya … tidak, aku tidak tega membuangnya. Jika itu yang kamu ing
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status