Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Hasrat Liar Sang Kakak Ipar: Chapter 61 - Chapter 70

103 Chapters

61. Tetaplah di Sisiku

Keesokan harinya, saat mobil Kayden memasuki halaman kantor, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada Lea yang tengah berbincang dengan seorang pria. Bibirnya yang ranum melengkung indah. Dan yang lebih mengusik, tangannya terangkat mengusap pucuk kepala pria itu dengan gerakan akrab.Ada percikan emosi yang aneh di dada Kayden saat melihatnya. Namun, ia memilih diam.Begitu mobil berhenti, Kayden turun dengan ekspresi ketidaksenangan yang terasa jelas. Jonas yang juga sempat menyaksikan pemandangan tadi, bisa menebak alasan perubahan sikap bosnya itu. Tetapi ia berpura-pura tidak tahu.Kayden melangkah masuk ke dalam lift dengan langkah tegap. Ia menekan tombol lantai tujuan, membiarkan pintu tertutup dan lift mulai bergerak naik.Namun belum lama lift berjalan, ia berhenti di salah satu lantai. Saat pintu terbuka, sosok Lea berdiri di hadapannya—begitu cantik dan menawan—hingga Kayden, meski tak menunjukkan ekspresi apa pun, merasakan sesuatu bergolak dalam dirinya.Lea tampak ragu s
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

62. Pelampiasan Amarah Noah

Setelah kejadian di lift pagi itu, obsesi dan sikap posesif Kayden terhadap Lea semakin nyata. Ia membuktikan ucapannya—bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi wanita itu selain di sisinya.Saat ini, Lea baru saja menjadi pelampiasan amarah Noah setelah pria itu bertengkar dengan Sophia. Bibirnya berdarah, sementara pipinya tampak begitu merah akibat tamparan keras yang mendarat tanpa belas kasihan. Noah bahkan mencengkeram rambutnya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding kamar dengan cukup kuat.Lea menangis tersedu-sedu sambil merasakan kepalanya yang berdenyut. Sedari tadi ia meronta memohon pada Noah, namun tak ada satu pun yang datang untuk menghentikan pria itu. Semua orang memilih tutup mata dan telinga.“Kapan penderitaan ini berakhir …?” gumam Lea lirih saat Noah pergi.Di lantai bawah, Kayden yang baru saja pulang tak sengaja berpapasan dengan Noah di ambang pintu. Pria itu tampak marah, napasnya berat, dan bau alkohol menyengat dari tubuhnya.Kayden hendak naik k
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

63. Malam yang Panjang

Lea tiba-tiba terserang demam sementara kepalanya terus berdenyut hebat. Malam telah melewati tengahnya, namun ia tak kunjung terlelap. Tubuhnya terasa remuk dan nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya seperti dihantam sesuatu yang tak kasat mata. Namun yang lebih menyiksa adalah luka di hatinya—tak terlihat, tetapi menggores jauh lebih dalam.Ia menggigit bibir, menahan isakan yang ingin pecah. Pandangannya mengabur, bukan hanya karena suhu tubuhnya yang meninggi, tetapi juga karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.Suara pintu berderit pelan dan langkah kaki terdengar mendekat. Lea menegang, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.Dalam remang kamar, ia melihat sosok tinggi berdiri di ambang pintu. Kayden.Pria itu tidak segera mendekat, hanya berdiri sambil menatapnya dalam diam. Mata birunya menelusuri wajah pucat Lea, lalu akhirnya melangkah mendekat.“Kamu terlihat menyedihkan,” gumamnya, suara rendahnya terdengar samar dalam keheningan malam.Lea hanya diam. Kelopak
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

64. Makan Sendiri Atau Aku Suapi

Lea beruntung karena hari ini adalah akhir pekan. Setidaknya, lebam di wajahnya akan sedikit memudar sebelum ia harus kembali bekerja pada hari Senin.Hari ini, ia memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Meski hidupnya semakin sulit karena kesalahan ibunya, Lea tetap datang.Bukan untuk mengenang, tetapi agar ibunya bisa ‘melihat’ hasil dari perbuatannya semasa hidup. Bagaimana putri satu-satunya harus menanggung dosa yang bukan miliknya hingga hidupnya hancur.“Apa kabar, Bu? Aku datang lagi,” ujar Lea pelan saat berdiri di depan pusara ibunya.Tidak ada emosi yang terpancar di wajahnya. Hanya tatapan kosong yang terarah pada nama yang terukir di batu nisan.“Kamu pasti terkejut melihat wajahku sekarang,” gumamnya lirih. “Tapi kali ini bukan Astrid atau Emma yang melakukannya … melainkan suamiku sendiri.”Ia menghela napas panjang, lalu tersenyum miring. “Ironis, ya? Kamu meninggalkanku begitu saja dan membuatku menanggung semuanya sendirian
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

65. Sarapan Bersama Penguasa

Lea masih ingin membantah, tetapi Jonas sudah mengarahkan mobil menuju pusat kota. Ia hanya bisa menghela napas pelan dan menerima hal itu begitu saja.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah restoran mewah dengan eksterior elegan yang tampak eksklusif. Lea melirik papan nama di depan bangunan itu dan segera menyadari bahwa ini bukan sembarang restoran. Tempat ini termasuk dalam daftar fine dining terbaik di kota, terkenal dengan pelayanan private lounge bagi tamu VIP.Lea menoleh ke Kayden dengan ragu. “Kenapa harus di tempat semewah ini?” bisiknya.Kayden tidak langsung menjawab. Ia hanya membuka pintu dan turun dengan santai.Lea mendesah pelan saat Jonas membukakan pintu untuknya. Jujur saja, ia sedikit ragu untuk keluar, merasa tempat ini terlalu berkelas untuknya yang bahkan belum sempat berdandan. Namun, tatapan tajam Kayden yang menunggunya di luar membuatnya tak punya pilihan selain melangkah keluar.Begitu masuk ke dalam restoran, aroma kopi premium
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

66. Jeratan Keluarga Easton

Selesai sarapan, Kayden langsung mengajak Lea pulang. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini Lea bersikeras untuk turun jauh dari kediaman Easton dan memilih berjalan kaki. Ia tidak ingin menambah masalah sebab ia sudah terlalu lelah.Angin dingin menusuk kulitnya, tetapi Lea terus melangkah dengan kepala tertunduk, berharap bisa masuk ke dalam rumah tanpa menarik perhatian siapa pun. Namun, harapannya pupus begitu ia membuka pintu dan mendapati sosok Robert Easton duduk di ruang tamu.‘Demi Tuhan! Kenapa ayah mertua duduk di sini?’ Lea mengerang dalam hati.Robert segera menutup koran yang sedang dibacanya dan menatap Lea dengan ekspresi tajam. Matanya langsung tertuju pada wajah menantunya itu. Lebih tepatnya pada lebam yang menghiasi kulit pucatnya.“Lea,” panggilnya dengan suara penuh wibawa. “Apa yang terjadi dengan wajahmu?”Lea seketika menegang. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya berpacu mencari alasan yang masuk akal. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tetapi be
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

67. Menangislah Untuk Seseorang yang Peduli Padamu

Tubuh Lea masih membeku sementara kata-kata menyakitkan yang berasal dari ruang kerja Robert terus bergema di telinganya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu, namun entah mengapa seperti ada sesuatu yang menjerat kakinya dan menahannya tetap di sana.“Ini semua salah Ayah! Kalau saja Ayah tidak memaksaku menikah dengan wanita sialan itu, sekarang aku sudah—”Ucapan Noah terhenti, disusul suara gedebuk keras yang menggema dari dalam ruangan itu, membuat Lea dan semua orang yang berdiri di depan pintu lantas tersentak.“Aku tidak peduli apakah kamu mencintai atau bahkan membenci istrimu itu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, Noah.” Suara Robert terdengar tajam dan berwibawa. “Jangan pernah memukulnya, apalagi sampai babak belur!”Lea menutup mata dan mengepalkan jari-jarinya. Sekuat tenaga berusaha menahan sesuatu yang menggumpal di dadanya. Seharusnya ia merasa lega karena ada yang membelanya, tetapi yang ia rasakan justru hanyalah getir yang perlahan merayapi hatinya.‘Tidak, dia
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

68. Pelarian?

Lea tidak tahu apa yang mendorongnya untuk bergerak maju, lalu menekan bibirnya ke bibir Kayden dengan lembut. Ia juga tidak tahu apakah ia benar-benar menginginkan ini atau hanya butuh sesuatu untuk membuatnya merasa ada.Namun, ketika Kayden tidak menolak dan justru memperdalam ciuman itu, ia memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh.Lea membiarkan dirinya tenggelam dalam ciuman itu, merasakan bagaimana Kayden melumat bibirnya dengan penuh intensitas—tidak terburu-buru, tetapi cukup dalam untuk membuat napasnya bergetar. Jemari pria itu bergerak, merayap ke tengkuknya, menahannya agar tidak mundur.Tapi Kayden—Pria itu merasakan ada sesuatu yang salah. Ciuman ini tidak terasa seperti miliknya.Tidak seperti kepasrahan yang biasa ia renggut dari Lea. Tidak seperti bentuk klaim yang selalu ia tekankan padanya. Ini berbeda.Lea tidak menciumnya karena menginginkannya. Wanita itu hanya ingin melupakan sesuatu.Perasaan itu lantas menghantam Kayden lebih keras dari yang ia kira. Sebuah
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

69. Seperti Gelandangan

Lea menggeliat pelan di bawah selimut hangat yang membungkus tubuhnya. Dahinya sedikit berkerut saat cahaya matahari senja menyusup dari celah gorden, lalu menyentuh kelopak matanya.Lea membuka matanya dengan perlahan. Kesadarannya mulai pulih, tetapi butuh beberapa detik baginya untuk benar-benar menyadari keadaan sekitarnya. Saat pikirannya akhirnya jernih, matanya langsung membelalak sempurna.Lea langsung terduduk sementara jantungnya berpacu lebih cepat seiring dengan kepanikan yang menyergapnya.“Demi Tuhan! Kenapa aku ketiduran di sini?” desisnya tak percaya.Tanpa membuang waktu, ia menyibak selimut dan bergegas turun dari tempat tidur. Ingatannya berusaha merangkai kejadian terakhir sebelum ia tertidur di sini. Terakhir yang ia ingat, Kayden menyuruhnya tidur, dan ….Lea buru-buru melangkah menuju pintu, ingin segera keluar sebelum seseorang memergokinya—meski itu nyaris mustahil, mengingat kamar Kayden adalah satu-satunya tempat yang tak bisa diakses sembarangan. Namun, lan
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

70. Hilang Kendali

Meski nafsu makannya sempat hilang setelah kejadian di halaman belakang, kini perutnya mulai terasa kosong, memaksanya menyerah pada rasa lapar yang tak lagi bisa diabaikan.“Aku tidak mungkin pergi ke dapur lagi setelah apa yang terjadi,” gumam Lea sambil meringis, kedua tangannya tanpa sadar mengusap perutnya yang terus berbunyi.Setelah mempertimbangkan sejenak, ia memutuskan untuk makan di luar. Tanpa banyak pikir, Lea segera meraih mantel sederhananya dan melangkah keluar.Perjalanan dengan taksi membawanya ke pusat kota, tempat hiruk-pikuk kehidupan malam yang masih terasa hangat. Begitu turun, ia berjalan perlahan di trotoar dan membiarkan udara malam yang sejuk sedikit meredakan pikirannya yang masih kacau setelah insiden di pesta keluarga.Tujuannya hanya satu, restoran cepat saji yang selalu menjadi tempat pelariannya saat ia ingin menyendiri.Namun, baru saja ia hendak memasuki rumah makan tersebut, suara seseorang dari kejauhan membuat langkahnya terhenti.“Lea?”Suara itu
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status