Beranda / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 61. Tetaplah di Sisiku

Share

61. Tetaplah di Sisiku

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 09:10:27

Keesokan harinya, saat mobil Kayden memasuki halaman kantor, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada Lea yang tengah berbincang dengan seorang pria. Bibirnya yang ranum melengkung indah. Dan yang lebih mengusik, tangannya terangkat mengusap pucuk kepala pria itu dengan gerakan akrab.

Ada percikan emosi yang aneh di dada Kayden saat melihatnya. Namun, ia memilih diam.

Begitu mobil berhenti, Kayden turun dengan ekspresi ketidaksenangan yang terasa jelas. Jonas yang juga sempat menyaksikan pemandangan tadi, bisa menebak alasan perubahan sikap bosnya itu. Tetapi ia berpura-pura tidak tahu.

Kayden melangkah masuk ke dalam lift dengan langkah tegap. Ia menekan tombol lantai tujuan, membiarkan pintu tertutup dan lift mulai bergerak naik.

Namun belum lama lift berjalan, ia berhenti di salah satu lantai. Saat pintu terbuka, sosok Lea berdiri di hadapannya—begitu cantik dan menawan—hingga Kayden, meski tak menunjukkan ekspresi apa pun, merasakan sesuatu bergolak dalam dirinya.

Lea tampak ragu s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   62. Pelampiasan Amarah Noah

    Setelah kejadian di lift pagi itu, obsesi dan sikap posesif Kayden terhadap Lea semakin nyata. Ia membuktikan ucapannya—bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi wanita itu selain di sisinya.Saat ini, Lea baru saja menjadi pelampiasan amarah Noah setelah pria itu bertengkar dengan Sophia. Bibirnya berdarah, sementara pipinya tampak begitu merah akibat tamparan keras yang mendarat tanpa belas kasihan. Noah bahkan mencengkeram rambutnya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding kamar dengan cukup kuat.Lea menangis tersedu-sedu sambil merasakan kepalanya yang berdenyut. Sedari tadi ia meronta memohon pada Noah, namun tak ada satu pun yang datang untuk menghentikan pria itu. Semua orang memilih tutup mata dan telinga.“Kapan penderitaan ini berakhir …?” gumam Lea lirih saat Noah pergi.Di lantai bawah, Kayden yang baru saja pulang tak sengaja berpapasan dengan Noah di ambang pintu. Pria itu tampak marah, napasnya berat, dan bau alkohol menyengat dari tubuhnya.Kayden hendak naik k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   63. Malam yang Panjang

    Lea tiba-tiba terserang demam sementara kepalanya terus berdenyut hebat. Malam telah melewati tengahnya, namun ia tak kunjung terlelap. Tubuhnya terasa remuk dan nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya seperti dihantam sesuatu yang tak kasat mata. Namun yang lebih menyiksa adalah luka di hatinya—tak terlihat, tetapi menggores jauh lebih dalam.Ia menggigit bibir, menahan isakan yang ingin pecah. Pandangannya mengabur, bukan hanya karena suhu tubuhnya yang meninggi, tetapi juga karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya.Suara pintu berderit pelan dan langkah kaki terdengar mendekat. Lea menegang, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.Dalam remang kamar, ia melihat sosok tinggi berdiri di ambang pintu. Kayden.Pria itu tidak segera mendekat, hanya berdiri sambil menatapnya dalam diam. Mata birunya menelusuri wajah pucat Lea, lalu akhirnya melangkah mendekat.“Kamu terlihat menyedihkan,” gumamnya, suara rendahnya terdengar samar dalam keheningan malam.Lea hanya diam. Kelopak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   64. Makan Sendiri Atau Aku Suapi

    Lea beruntung karena hari ini adalah akhir pekan. Setidaknya, lebam di wajahnya akan sedikit memudar sebelum ia harus kembali bekerja pada hari Senin.Hari ini, ia memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Meski hidupnya semakin sulit karena kesalahan ibunya, Lea tetap datang.Bukan untuk mengenang, tetapi agar ibunya bisa ‘melihat’ hasil dari perbuatannya semasa hidup. Bagaimana putri satu-satunya harus menanggung dosa yang bukan miliknya hingga hidupnya hancur.“Apa kabar, Bu? Aku datang lagi,” ujar Lea pelan saat berdiri di depan pusara ibunya.Tidak ada emosi yang terpancar di wajahnya. Hanya tatapan kosong yang terarah pada nama yang terukir di batu nisan.“Kamu pasti terkejut melihat wajahku sekarang,” gumamnya lirih. “Tapi kali ini bukan Astrid atau Emma yang melakukannya … melainkan suamiku sendiri.”Ia menghela napas panjang, lalu tersenyum miring. “Ironis, ya? Kamu meninggalkanku begitu saja dan membuatku menanggung semuanya sendirian

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   65. Sarapan Bersama Penguasa

    Lea masih ingin membantah, tetapi Jonas sudah mengarahkan mobil menuju pusat kota. Ia hanya bisa menghela napas pelan dan menerima hal itu begitu saja.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah restoran mewah dengan eksterior elegan yang tampak eksklusif. Lea melirik papan nama di depan bangunan itu dan segera menyadari bahwa ini bukan sembarang restoran. Tempat ini termasuk dalam daftar fine dining terbaik di kota, terkenal dengan pelayanan private lounge bagi tamu VIP.Lea menoleh ke Kayden dengan ragu. “Kenapa harus di tempat semewah ini?” bisiknya.Kayden tidak langsung menjawab. Ia hanya membuka pintu dan turun dengan santai.Lea mendesah pelan saat Jonas membukakan pintu untuknya. Jujur saja, ia sedikit ragu untuk keluar, merasa tempat ini terlalu berkelas untuknya yang bahkan belum sempat berdandan. Namun, tatapan tajam Kayden yang menunggunya di luar membuatnya tak punya pilihan selain melangkah keluar.Begitu masuk ke dalam restoran, aroma kopi premium

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   66. Jeratan Keluarga Easton

    Selesai sarapan, Kayden langsung mengajak Lea pulang. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini Lea bersikeras untuk turun jauh dari kediaman Easton dan memilih berjalan kaki. Ia tidak ingin menambah masalah sebab ia sudah terlalu lelah.Angin dingin menusuk kulitnya, tetapi Lea terus melangkah dengan kepala tertunduk, berharap bisa masuk ke dalam rumah tanpa menarik perhatian siapa pun. Namun, harapannya pupus begitu ia membuka pintu dan mendapati sosok Robert Easton duduk di ruang tamu.‘Demi Tuhan! Kenapa ayah mertua duduk di sini?’ Lea mengerang dalam hati.Robert segera menutup koran yang sedang dibacanya dan menatap Lea dengan ekspresi tajam. Matanya langsung tertuju pada wajah menantunya itu. Lebih tepatnya pada lebam yang menghiasi kulit pucatnya.“Lea,” panggilnya dengan suara penuh wibawa. “Apa yang terjadi dengan wajahmu?”Lea seketika menegang. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya berpacu mencari alasan yang masuk akal. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tetapi be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   67. Menangislah Untuk Seseorang yang Peduli Padamu

    Tubuh Lea masih membeku sementara kata-kata menyakitkan yang berasal dari ruang kerja Robert terus bergema di telinganya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu, namun entah mengapa seperti ada sesuatu yang menjerat kakinya dan menahannya tetap di sana.“Ini semua salah Ayah! Kalau saja Ayah tidak memaksaku menikah dengan wanita sialan itu, sekarang aku sudah—”Ucapan Noah terhenti, disusul suara gedebuk keras yang menggema dari dalam ruangan itu, membuat Lea dan semua orang yang berdiri di depan pintu lantas tersentak.“Aku tidak peduli apakah kamu mencintai atau bahkan membenci istrimu itu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, Noah.” Suara Robert terdengar tajam dan berwibawa. “Jangan pernah memukulnya, apalagi sampai babak belur!”Lea menutup mata dan mengepalkan jari-jarinya. Sekuat tenaga berusaha menahan sesuatu yang menggumpal di dadanya. Seharusnya ia merasa lega karena ada yang membelanya, tetapi yang ia rasakan justru hanyalah getir yang perlahan merayapi hatinya.‘Tidak, dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   68. Pelarian?

    Lea tidak tahu apa yang mendorongnya untuk bergerak maju, lalu menekan bibirnya ke bibir Kayden dengan lembut. Ia juga tidak tahu apakah ia benar-benar menginginkan ini atau hanya butuh sesuatu untuk membuatnya merasa ada.Namun, ketika Kayden tidak menolak dan justru memperdalam ciuman itu, ia memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh.Lea membiarkan dirinya tenggelam dalam ciuman itu, merasakan bagaimana Kayden melumat bibirnya dengan penuh intensitas—tidak terburu-buru, tetapi cukup dalam untuk membuat napasnya bergetar. Jemari pria itu bergerak, merayap ke tengkuknya, menahannya agar tidak mundur.Tapi Kayden—Pria itu merasakan ada sesuatu yang salah. Ciuman ini tidak terasa seperti miliknya.Tidak seperti kepasrahan yang biasa ia renggut dari Lea. Tidak seperti bentuk klaim yang selalu ia tekankan padanya. Ini berbeda.Lea tidak menciumnya karena menginginkannya. Wanita itu hanya ingin melupakan sesuatu.Perasaan itu lantas menghantam Kayden lebih keras dari yang ia kira. Sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   69. Seperti Gelandangan

    Lea menggeliat pelan di bawah selimut hangat yang membungkus tubuhnya. Dahinya sedikit berkerut saat cahaya matahari senja menyusup dari celah gorden, lalu menyentuh kelopak matanya.Lea membuka matanya dengan perlahan. Kesadarannya mulai pulih, tetapi butuh beberapa detik baginya untuk benar-benar menyadari keadaan sekitarnya. Saat pikirannya akhirnya jernih, matanya langsung membelalak sempurna.Lea langsung terduduk sementara jantungnya berpacu lebih cepat seiring dengan kepanikan yang menyergapnya.“Demi Tuhan! Kenapa aku ketiduran di sini?” desisnya tak percaya.Tanpa membuang waktu, ia menyibak selimut dan bergegas turun dari tempat tidur. Ingatannya berusaha merangkai kejadian terakhir sebelum ia tertidur di sini. Terakhir yang ia ingat, Kayden menyuruhnya tidur, dan ….Lea buru-buru melangkah menuju pintu, ingin segera keluar sebelum seseorang memergokinya—meski itu nyaris mustahil, mengingat kamar Kayden adalah satu-satunya tempat yang tak bisa diakses sembarangan. Namun, lan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   191. Kedatangan Julianne dan Rhaelil di Apartemen

    Sepeninggal Kayden, Lea melangkah pelan lalu duduk santai di sofa tunggal yang menghadap ke luar jendela. Pemandangan kota New York masih sama—hiruk-pikuk dan gemerlap—namun ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Perlahan, jiwanya tak lagi serapuh dulu.Ponselnya yang tergeletak di meja kecil tiba-tiba bergetar. Lea menoleh, sekilas melihat layar, lalu segera meraihnya saat membaca nama yang tertera.“Mama …?” sapanya begitu panggilan tersambung.Di seberang, suara Julianne terdengar tergesa, bercampur keramaian. “Mama sekarang di bandara. Bisa kita bertemu?”Lea mengernyit samar. “Mama di New York?”“Ya. Bersama Rhaelil. Dia bersikeras ingin ikut karena katanya rindu padamu.”Lea tertawa kecil, merasa geli. “Apa? Jadi anak itu merindukanku?”Samar-samar, suara Rhael terdengar dari belakang. “Tidak! Aku ikut bukan karena merindukanmu! Aku ke mari untuk bersenang-senang!”Lea terkikik. “Baiklah … kalian bisa datang ke apartemenku. Nanti aku kirim alamatnya.”“Baik, Sayang. Sampai jumpa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   190. Aku Tidak Akan Kehilanganmu Lagi

    Keesokan paginya, Lea menjadi orang pertama yang bangun. Ia tidak langsung mandi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lebih dulu karena tahu hari ini Kayden akan ke kantor.“Oke, semuanya beres!” serunya pelan dengan senyum lebar, merasa puas dengan sarapan sederhana dan secangkir kopi yang sudah tertata rapi di atas meja makan.Setelah memeriksa semuanya sekali lagi, Lea melangkah kembali ke kamar. Ia menaiki ranjang dengan pelan, lalu menunduk dan menciumi pipi Kayden yang masih tertidur lelap.“Selamat pagi, Tuan Muda Easton,” bisiknya lembut di sela ciumannya.Kayden menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan. Tatapannya langsung bertemu dengan wajah Lea yang tersenyum di atasnya.“Ini mimpi lain, hm?” gumamnya serak karena baru bangun. Tangannya terulur mengusap pipi Lea. “Karena kalau iya, aku tidak ingin bangun.”Lea terkikik pelan. “Bukan mimpi, Sayang. Sarapan sudah siap. Kamu harus bangun sebelum kopimu dingin.”Kayden menarik tubuh Lea agar jatuh ke pelukan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   189. Melepas Rindu

    Kayden menggeleng pelan, lalu menaruh dagunya di bahu Lea. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita. Aku sangat merindukanmu, Little Rose,” bisiknya parau.Lea tersenyum tipis. Salah satu tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Kayden dengan lembut. “Baiklah. Kita nikmati saja waktu berdua.”Bagi Kayden, pelukan ini masih terasa seperti mimpi. Meskipun hangat kulit Lea begitu nyata di pelukannya, Kayden tak bisa mengusir keraguan dalam hatinya. Ada suara kecil yang terus bertanya—jangan-jangan semua ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyataan?Setelah beberapa saat berendam, Lea tiba-tiba menarik diri dari pelukan Kayden. Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari bath tub. Buih sabun masih menempel di beberapa bagian tubuhnya yang putih dan mulus.Dengan langkah anggun, Lea berjalan menuju shower dan menyalakan air hangat. Saat buliran air membasahi tubuhnya, ia menoleh.Senyum manis menghiasi bibirnya. “Kemarilah, Kayden,” panggilnya lembut.Kayden tidak segera

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   188. Bertemu Kembali

    Pagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status