Share

51. Kecelakaan

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 08:29:04

Suara samar terdengar di kejauhan. Bising, tapi terputus-putus.

“Bisa dengar aku?”

Seseorang menyentuh lengannya, tapi rasanya begitu jauh. Hawa dingin merayap di kulitnya, sementara suara sirene menggema di telinganya.

Kelopak mata Lea bergerak perlahan sebelum terbuka sepenuhnya. Cahaya putih menyilaukan pandangannya dan membuatnya mengerjap beberapa kali. Butuh beberapa detik bagi Lea untuk menyadari bahwa ia sedang terbaring di dalam ambulans.

“Dia sadar,” suara seorang paramedis terdengar lega. “Nona, apakah Anda bisa mendengar saya?”

Lea mencoba berbicara, tetapi tenggorokannya terasa kering. Ia pun hanya bisa mengangguk pelan.

“Napas Anda cepat, tapi tenang saja, Anda selamat.” Pria itu memeriksa tekanan darahnya sebelum menambahkan, “Anda mengalami luka ringan di dahi dan sedikit syok, tapi tidak ada cedera serius.”

Lea berkedip, mencoba mengingat apa yang terjadi. Mobil, benturan. Lalu, kegelapan.

“Mobilku ….” Suaranya serak, hampir tidak terdengar.

“Sudah ditangani,” jawab p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   52. Terima Kasih Sudah Datang

    Lea sontak menoleh, merasa terkejut dengan pengakuan itu. Hatinya mencelos, tapi juga terasa hangat di saat yang sama.“Mengapa demikian? Apa kamu mengkhawatirkanku?” tanyanya, mencoba mencari kepastian.Kayden terdiam sejenak, lalu menarik kursi dan memosisikan diri di sana. Ekspresinya sulit ditebak. “Jangan terlalu percaya diri, Lea Rose,” jawabnya dengan nada ringan, seolah berusaha mengalihkan pembicaraan. “Aku hanya tidak ingin datang sia-sia jika ternyata kamu baik-baik saja.”Lea mengerjap beberapa kali, sama sekali tidak menduga dengan jawaban tersebut. Apa itu artinya dia memang khawatir? Atau hanya kesal karena sudah datang?“A-apa maksudmu?” tanya Lea ingin tahu lebih jelas.Namun bukannya menjelaskan, Kayden malah mengalihkan pandangan ke arah lain.Lea menggigit bagian dalam bibirnya, tak dapat dipungkiri ia merasa semakin bingung. “Maaf … aku hanya tidak tahu harus menghubungi siapa lagi,” akunya lirih.Satu-satunya nomor yang ia hafal selain nomor ayahnya hanyalah nomo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   53. Sikap Formal

    Mobil Kayden memasuki halaman kediaman Easton dan berhenti di depan pintu utama. Kayden turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Lea yang keluar sambil mengawasi keadaan sekitar. Setelah Jonas memarkir mobil di garasi, pria itu segera berpamitan.Lea melangkah masuk ke dalam rumah sambil merasakan nyeri di kepala dan tubuhnya. Ketika ia berdiri di depan tangga, suara Kaelyn menggema di belakangnya.“Kenapa kamu turun dari mobil Kayden? Dari mana saja kamu?” tanya ibu mertuanya itu. Dia bahkan tidak bertanya hal buruk apa yang menimpa Lea setelah melihat perban di dahi menantunya itu.Lea menatap wanita itu dengan wajah pucat. Ia hendak menjawab, tetapi sebelum sempat berbicara, Kaelyn sudah mengalihkan perhatiannya ke sosok pria yang baru saja berjalan melewati mereka.“Kayden. Mengapa kalian datang bersama?” tanyanya, tetapi kali ini nada suaranya berubah lebih lembut.Kayden berhenti di anak tangga pertama, tapi ia tidak langsung menoleh. Alih-alih menjawab dengan nada sopan, ia justr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   54. Menggoyahkan Batas

    Lea mengerjap sesaat, tidak menyangka Kayden akan menyinggung hal itu. Namun, sebisa mungkin ia tetap mempertahankan ekspresinya agar tetap tenang.“Maaf, Sir. Saya hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja,” jawabnya sopan.Kayden menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tatapannya tajam mengamati setiap reaksi Lea.“Begitukah?” balasnya singkat.Hening. Lea hanya merespons dengan sebuah anggukan kecil.“Mengapa datang bekerja? Apa kamu ingin menyiksa diri?” tanya Kayden lagi.Lea segera mendongak, menatap Kayden dengan heran sebelum akhirnya tersenyum santai. “Seharusnya pertanyaan itu Anda tujukan pada diri sendiri, Sir.”Kayden mendecih pelan, kemudian tertawa geli. Namun, tawa itu hanya bertahan sebentar sebelum ia berdiri dan melangkah mendekat.Lea refleks melangkah mundur, tetapi Kayden terus maju hingga jarak di antara mereka semakin menyempit.Kayden menyeringai samar, lalu menunduk sedikit hingga mulutnya berada di dekat telinga Lea. Dan dengan satu gerakan cepat, i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   55. Pria Penuh Kendali

    Karena Lea tidak segera datang ke ruangannya setelah menerima email, Kayden kembali memanggilnya melalui interkom.“Lea Rose, datang ke ruanganku sekarang.”Lea langsung menutup mata sesaat begitu panggilan itu berakhir. Dengan napas yang tertahan, ia segera beranjak dan mengabaikan tatapan Annika yang sejak tadi mengawasi setiap gerak-geriknya.Dengan langkah gontai, Lea masuk ke ruangan Kayden dan menutup pintu dengan rapat. Dalam hati ia merasa kesal luar biasa. Namun sebelum mendatangi pria itu di mejanya, Lea menata kembali ekspresinya agar terlihat professional.“Ada apa, Sir?” tanya Lea dengan nada sopan.“Kosongkan jadwalku pagi ini hingga siang,” jawab Kayden datar.Kening Lea seketika mengernyit. “Kosongkan? Ada apa, Sir? Apakah Anda ... merasa tidak sehat?” tanyanya ragu. Matanya fokus mengamati Kayden, memastikan kondisi pria itu dengan cemas.Kayden menggelengkan kepala dengan ekspresi tetap datar. “Tidak. Aku baik-baik saja,” sahutnya singkat.Lea merasa sedikit lega men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   56. Seperti Pasangan Gelap

    Lea terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Kayden barusan.“Aku? Menghadiri pesta itu bersamamu?” ulangnya dengan ragu. “Kenapa?”Kayden menatapnya tanpa ekspresi, lalu memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. “Karena aku menginginkannya,” jawabnya singkat.Jawaban itu membuat Lea mendesah pelan. Sejak awal bekerja dengan pria ini, ia sudah terbiasa dengan perintah sepihak tanpa penjelasan lebih lanjut. Namun, kali ini ia merasa ada yang berbeda.“Tapi bukankah biasanya aku tidak pernah ikut dalam acara semacam itu?” Lea masih mencoba mencari alasan.“Jangan terlalu banyak protes, Lea Rose.” Kayden melangkah lebih dalam ke butik, lalu memberi isyarat kepada salah satu pegawai untuk segera membawa koleksi gaun terbaik yang mereka miliki.Lea menghela napas, menyadari bahwa berdebat dengan pria ini hanya akan berakhir dengan kebuntuan. “Baiklah, kalau itu perintahmu,” ujarnya pasrah.Salah satu pegawai butik segera datang dengan beberapa pilihan gaun berkelas. Lea hanya melir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   57. Pesta

    Lea berhenti tepat di samping pintu mobil dengan perasaan ragu. Sejak dicegat Kaelyn tadi, kata-kata sinis wanita itu terus terngiang di kepalanya dan membuat Lea merasa tidak nyaman. Lea tahu, jika sekarang wanita itu tengah mengintip di balik jendela dengan amarah yang membuncah sebab Kayden mempermalukannya.“Apa lagi yang kamu tunggu? Masuk sekarang!” Suara Kayden terdengar di balik kaca jendela mobil yang terbuka sedikit.Lea menghela napas pelan dan akhirnya masuk. Begitu ia duduk, mobil langsung melaju meninggalkan kediaman Easton dengan keheningan yang menekan.Selama perjalanan, Kayden hampir tidak berkata apa-apa, tetapi tatapan matanya sesekali melirik ke arah Lea dan hal itu sudah cukup membuat Lea merasakan ketegangan yang tak bisa ia jelaskan.Sesampainya di lokasi pesta, mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju pada mereka, terutama pada Kayden yang hampir tidak pernah terlihat membawa pendamping ke acara seperti ini. Bisikan-bisikan terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   58. Cemburu?

    Kayden berdiri di sana dengan setelan hitam yang membuat aura dinginnya semakin kentara. Matanya menajam begitu melihat tangan Vincent masih terulur ke arah Lea. Tanpa sepatah kata pun, Kayden meraih pergelangan tangan Lea dan menariknya dengan kuat.“H-Hey, tunggu—!” Lea berusaha memberontak, tetapi genggaman Kayden terlalu erat.“Maaf, aku akan meminjamnya sebentar,” ujar Kayden datar.Vincent tampak terkejut, tetapi tidak berusaha menghentikan. Ia hanya menatap Lea dengan ekspresi bertanya, seolah ingin memastikan apakah wanita itu baik-baik saja.Namun, Lea tak sempat membalas tatapannya. Kayden terus menariknya melewati keramaian pesta, membawanya keluar menuju tempat yang sepi. Begitu sampai, Kayden melepaskan genggamannya, tapi tubuhnya masih berdiri begitu dekat—menutup semua ruang yang bisa digunakan Lea untuk menjauh.Lea menatap Kayden dengan napas memburu. “Apa yang kamu lakukan?” tanya dengan suara menuntut.Kayden tidak langsung menjawab. Sorot matanya berubah tajam dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   59. Hadiah Tanpa Nama

    Pagi itu, meja kerja Lea dihiasi dengan sesuatu yang tidak biasa. Sebuah buket bunga mawar merah yang besar, disertai dengan kotak hadiah mewah berwarna hitam mengilap. Annika yang melihat itu langsung memperhatikannya, membanjiri Lea dengan tatapan penasaran dan senyum menggoda.“Wow, kamu begitu beruntung mendapatkan hadiah seperti ini,” ujar Annika sambil bersandar di meja Lea dengan ekspresi penuh minat.Lea menatap buket dan kotak hadiah itu dengan dahi berkerut. Tidak ada catatan nama pengirim, hanya kartu kosong yang diselipkan di antara kelopak mawar.‘Siapa yang mengirimkan ini?’Sejenak pikirannya melayang pada satu nama, tetapi ia segera menepisnya. Tidak mungkin Kayden. Pria itu bukan tipe yang akan melakukan hal seperti ini.“Aku tidak tahu,” jawab Lea akhirnya, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul di dadanya.Jonas yang baru saja menyaksikan kejadian itu segera melangkah ke dalam ruangan Kayden sambil membawa secangkir kopi di tangannya. “Sir, saya baru saja mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   171. Salju, Laut, dan Sebuah Konspirasi

    Salju tipis masih turun saat Lea melangkah keluar dari pintu kedatangan bandara kecil itu. Ia merapatkan mantel dan menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan gumpalan emosi yang menyesakkan dadanya. Kota ini terasa asing, jauh dari hiruk-pikuk yang biasa ia hadapi.Seorang pramugari yang baru saja turun dari pesawat yang sama memberinya senyum singkat. “Hati-hati di luar, Nona. Cuacanya sedang tidak bersahabat.”Lea hanya mengangguk kecil. “Terima kasih.”Ia melangkah ke area pengambilan bagasi, menunggu koper kecilnya muncul di conveyor belt. Sambil menunggu, ia mengeluarkan ponsel dari saku mantel dan segera menghubungi Astrid.“Aku sudah sampai,” ucapnya begitu panggilan tersambung.“Bagus,” suara Astrid terdengar lega. “Mobilnya ada di tempat parkir khusus dekat pintu keluar. Kuncinya bisa kamu ambil dari penjaga parkir.”Lea menatap sekitar, memperhatikan suasana bandara yang jauh lebih sepi dibandingkan dengan bandara besar di kota sebelumnya. Tak banyak orang yang berlal

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   170. Berita Terpanas

    Setelah melalui keseruan permainan truth or dare, Kayden tiba-tiba mengajak Lea untuk pulang. Sejak tadi, ia bukannya tidak menyadari gelagat Jonas yang tampak gelisah. Untuk itu, ia mengajak wanitanya pulang lebih awal dan memberikan waktu bagi Jonas untuk berduaan dengan Annika. “Hati-hati di jalan, Lea,” ucap Annika setelah bercipika-cipiki. “Terima kasih, Sir,” lanjutnya, menatap Kayden dengan sopan. Lea mengangguk seraya tersenyum manis. “Terima kasih, Anni,” sahutnya, sementara Kayden hanya bergumam sebagai jawaban. Kayden melingkarkan tangannya di pinggang Lea ketika mereka berjalan menuju lift. Begitu memasuki ruang sempit itu, Lea berkata, “Padahal sedang seru-serunya, tapi kamu malah mengajakku pulang dan bilang ada sesuatu yang mendesak. Memangnya hal apa?” Kayden tersenyum tipis. “Tidakkah kamu melihat gelagat Jonas yang terlihat gelisah, Little Rose?” Lea mengangguk, ia pun menyadari hal itu. “Lalu, apa hubungannya dengan urusan mendesak yang kamu bilang?” tanyanya b

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   169. A Kiss They Didn’t Expect

    Lea menegang. Pandangannya melesat ke arah Annika dan Jonas yang kini menatapnya dengan ekspresi berbeda—terkejut, penasaran, dan sedikit tidak percaya.Lea menggigit bibir bawahnya. Menolak berarti mempermalukan diri sendiri di depan semua orang. Namun, menerimanya? Itu sama saja dengan memberi Kayden kemenangan mutlak.Annika menahan napas. Di sampingnya, Jonas menggenggam gelas anggurnya lebih erat.Lea perlahan mengangkat dagunya, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Dengan suara hampir bergetar, ia berkata, “Kamu yakin ingin aku melakukannya di depan mereka?”Senyum Kayden melebar. “Bukankah itu bagian dari permainannya?”Lea menelan ludah. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang hingga membuatnya mual. Tapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya.Maka, dengan semua keberanian yang tersisa, ia mendekat dengan perlahan. Tangannya bertumpu pada meja untuk menstabilkan dirinya.Lea menghirup napas dalam, lalu dengan gerakan cepat, ia mengecup pipi Kayden. Hanya seki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   168. Truth or Dare

    Dua hari kemudian.Lea bersiap untuk pergi ke kediaman Annika guna memenuhi undangan wanita itu. Dengan pakaian rapi yang dilapisi mantel serta riasan sederhana, ia tampak cantik alami. Sebagai sentuhan akhir, Lea menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya.“Sempurna,” gumamnya seraya tersenyum puas. Sekali lagi, ia memandangi pantulan dirinya di depan cermin sebelum akhirnya beranjak pergi.Saat Lea melangkah keluar dan membuka pintu, Kayden sudah berdiri di sana dengan senyum hangat menyambutnya. Tanpa ragu, Lea langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Kayden, meresapi kehangatan pria itu sejenak sebelum mendorong tubuhnya perlahan. Tatapannya mengunci pada mata Kayden sementara tangannya masih melingkar erat di leher pria itu.“Kamu sangat tampan malam ini, Tuan Muda Easton,” gumamnya penuh kagum.Kayden tetap mempertahankan senyum tipis di bibirnya sebelum mengecup lembut bibir Lea. Ciumannya lalu turun perlahan ke leher, membuat Lea tersentak halus.“Kamu sangat wangi, Li

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   167. Naughty Kayden

    Lea berjalan cepat menuju kamar mandi, berusaha mengabaikan jantungnya yang masih berdetak kencang setelah semua godaan Kayden di meja makan. Ia hanya ingin menenangkan diri, membiarkan air hangat membasuh kepalanya yang penuh dengan suara pria itu.Namun, begitu ia menutup pintu dan berbalik, tubuhnya langsung membeku.Kayden berdiri di ambang pintu dengan satu tangan bertumpu santai di kusen.“K-Kayden?!” Lea hendak meraih gagang pintu, berniat mendorong pria itu keluar. “Keluar! Aku mau mandi!”Alih-alih menurut, Kayden justru melangkah masuk dengan santai lalu menutup pintu di belakangnya dengan bunyi klik halus yang membuat tubuh Lea mengeras seketika.“K-Kenapa kamu ikut masuk?!” Ia mundur selangkah, matanya membulat waspada.Kayden tidak menjawab, hanya melucuti kancing piyamanya dan melepaskannya dengan gerakan sengaja.Lea semakin panik. “Jangan bercanda! Aku benar-benar mau mandi, Kayden!”“Ya, aku tahu,” sahut pria itu ringan. “Aku hanya menemanimu.”Lea menatapnya tak perc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   166. Playing with Fire

    Lea ragu untuk memanggil pria itu seperti yang diinginkannya. Namun, Kayden jelas bersungguh-sungguh tidak akan melepaskannya sampai kata itu keluar dari bibirnya. Meyakinkan diri, Lea akhirnya melakukannya.“Sayang, lepaskan aku,” ucapnya dengan suara rendah.Kayden tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dari pinggang Lea. Dengan santai, ia menarik kursi di sebelah wanita itu dan duduk.Lea buru-buru memosisikan diri di kursinya, namun pipinya terasa panas. Jantungnya masih berdegup cepat, dan detik berikutnya, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.‘Rasanya ingin menghilang saja!’ teriaknya dalam hati.“Hey, ada apa? Apa kamu malu?” bisik Kayden dengan nada menggoda. Ia meraih pergelangan tangan Lea, menariknya perlahan agar wanita itu menurunkan tangannya.Lea menggigit bibirnya, perasaan gelisah dan malu berkecamuk dalam dirinya.‘Sumpah demi semesta! Aku tidak sanggup menatapnya setelah ini!’ batin Lea berteriak.Kayden terkekeh pelan melihat

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   165. Aku Mencintaimu Sejak Awal

    Lea bahkan belum sempat bernapas lega ketika Kayden tiba-tiba menutup jarak di antara mereka.Lea membeku saat Kayden mendekat, napas pria itu menghangatkan kulitnya sebelum akhirnya bibirnya menyentuh miliknya. Lembut, namun penuh tuntutan. Seolah ingin menegaskan kepemilikannya dengan cara yang tak terbantahkan.Jari-jari Lea mencengkeram lengan Kayden, berniat mendorongnya, tetapi kekuatan dalam dirinya menguap begitu saja. Alih-alih melawan, tubuhnya justru melemas dalam dekapan pria itu.Kayden menarik wajahnya sedikit, lalu menatap Lea dengan hangat. “Masih meragukanku?” bisiknya.Lea menelan ludah, hatinya berdebar tak karuan. “Kayden, aku—”“Jangan katakan hal yang akan kamu sesali.” Kayden menempelkan dahinya ke dahi Lea, napasnya berhembus hangat di antara mereka. “Aku mencintaimu, Lea Rose. Sejak awal.”Mata Lea membesar. “Apa?” tanyanya terkejut.Kayden tersenyum samar, tetapi ada ketegasan dalam sorot matanya. “Sejak pertama kali melihatmu, aku tahu aku menginginkanmu. Ak

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   164. Terpaksa Mengakui

    Malam harinya, saat Lea baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang, suara dering pada ponselnya menarik perhatiannya. Dengan malas, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Jantungnya langsung berdebar saat melihat nama Annika terpampang di layar. Wanita itu pasti ingin meminta penjelasan soal kejadian di Home & Haven tadi siang. Dengan penuh pertimbangan, Lea akhirnya menekan tombol hijau, mengangkat panggilan itu.“Lea, ayo jelaskan apa yang terjadi antara kamu dengan CEO kita?” tanya Annika antusias, suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu.Lea menggigit bibirnya, sedikit ragu, tetapi pada akhirnya ia terpaksa mengakui hubungan spesialnya dengan Kayden. Di seberang telepon, Annika langsung berteriak histeris sebelum tertawa.“Ini gila! Aku sama sekali tidak menduga kalau kamu akan berpacaran dengan CEO kita! Kayden Easton itu … wow, Lea! Dia tampan, kharismatik, dan … ah, aku iri padamu!”Lea mengembuskan napas panjang. “Tapi, aku ingin kamu merahasiakan soal ini, An

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   163. Rencana Kayden: Tinggal Bersama

    “Tapi, aku kemari untuk menemani Annika memilih perabotan,” tolak Lea, berusaha menahan diri.Untuk apa lagi menghindar? Keadaannya sudah terlanjur seperti ini. Ia bisa menjelaskan semuanya nanti pada Annika.Kayden tidak bereaksi langsung, tetapi tatapannya semakin dalam menusuk. Tekanan yang ia berikan begitu kuat hingga Annika yang berdiri di samping Lea merasakan tubuhnya ikut menegang.Dengan senyum kecil yang terpaksa, Annika meraih tangan Lea dan berkata, “Aku baik-baik saja, Lea. Aku bisa memilih sendiri perabotannya.”Lalu dengan gerakan perlahan, ia mendekat dan berhenti tepat di belakang Lea.“Pergilah. Aku tidak ingin dimarahi kalau kamu menolak. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana ekspresi CEO kita.” Suaranya merendah saat berbisik di telinga Lea. “Untuk masalah tadi, kamu bisa menjelaskannya padaku nanti.”Lea menghela napas. Lalu, ia akhirnya mengangguk pelan.Kayden menyeringai kecil, jelas puas dengan keputusan Lea. “Bagus,” gumamnya sebelum melangkah lebih dulu.Lea ha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status