Beranda / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 52. Terima Kasih Sudah Datang

Share

52. Terima Kasih Sudah Datang

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 08:34:51

Lea sontak menoleh, merasa terkejut dengan pengakuan itu. Hatinya mencelos, tapi juga terasa hangat di saat yang sama.

“Mengapa demikian? Apa kamu mengkhawatirkanku?” tanyanya, mencoba mencari kepastian.

Kayden terdiam sejenak, lalu menarik kursi dan memosisikan diri di sana. Ekspresinya sulit ditebak. “Jangan terlalu percaya diri, Lea Rose,” jawabnya dengan nada ringan, seolah berusaha mengalihkan pembicaraan. “Aku hanya tidak ingin datang sia-sia jika ternyata kamu baik-baik saja.”

Lea mengerjap beberapa kali, sama sekali tidak menduga dengan jawaban tersebut. Apa itu artinya dia memang khawatir? Atau hanya kesal karena sudah datang?

“A-apa maksudmu?” tanya Lea ingin tahu lebih jelas.

Namun bukannya menjelaskan, Kayden malah mengalihkan pandangan ke arah lain.

Lea menggigit bagian dalam bibirnya, tak dapat dipungkiri ia merasa semakin bingung. “Maaf … aku hanya tidak tahu harus menghubungi siapa lagi,” akunya lirih.

Satu-satunya nomor yang ia hafal selain nomor ayahnya hanyalah nomo
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   53. Sikap Formal

    Mobil Kayden memasuki halaman kediaman Easton dan berhenti di depan pintu utama. Kayden turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Lea yang keluar sambil mengawasi keadaan sekitar. Setelah Jonas memarkir mobil di garasi, pria itu segera berpamitan.Lea melangkah masuk ke dalam rumah sambil merasakan nyeri di kepala dan tubuhnya. Ketika ia berdiri di depan tangga, suara Kaelyn menggema di belakangnya.“Kenapa kamu turun dari mobil Kayden? Dari mana saja kamu?” tanya ibu mertuanya itu. Dia bahkan tidak bertanya hal buruk apa yang menimpa Lea setelah melihat perban di dahi menantunya itu.Lea menatap wanita itu dengan wajah pucat. Ia hendak menjawab, tetapi sebelum sempat berbicara, Kaelyn sudah mengalihkan perhatiannya ke sosok pria yang baru saja berjalan melewati mereka.“Kayden. Mengapa kalian datang bersama?” tanyanya, tetapi kali ini nada suaranya berubah lebih lembut.Kayden berhenti di anak tangga pertama, tapi ia tidak langsung menoleh. Alih-alih menjawab dengan nada sopan, ia justr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   54. Menggoyahkan Batas

    Lea mengerjap sesaat, tidak menyangka Kayden akan menyinggung hal itu. Namun, sebisa mungkin ia tetap mempertahankan ekspresinya agar tetap tenang.“Maaf, Sir. Saya hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja,” jawabnya sopan.Kayden menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Tatapannya tajam mengamati setiap reaksi Lea.“Begitukah?” balasnya singkat.Hening. Lea hanya merespons dengan sebuah anggukan kecil.“Mengapa datang bekerja? Apa kamu ingin menyiksa diri?” tanya Kayden lagi.Lea segera mendongak, menatap Kayden dengan heran sebelum akhirnya tersenyum santai. “Seharusnya pertanyaan itu Anda tujukan pada diri sendiri, Sir.”Kayden mendecih pelan, kemudian tertawa geli. Namun, tawa itu hanya bertahan sebentar sebelum ia berdiri dan melangkah mendekat.Lea refleks melangkah mundur, tetapi Kayden terus maju hingga jarak di antara mereka semakin menyempit.Kayden menyeringai samar, lalu menunduk sedikit hingga mulutnya berada di dekat telinga Lea. Dan dengan satu gerakan cepat, i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   55. Pria Penuh Kendali

    Karena Lea tidak segera datang ke ruangannya setelah menerima email, Kayden kembali memanggilnya melalui interkom.“Lea Rose, datang ke ruanganku sekarang.”Lea langsung menutup mata sesaat begitu panggilan itu berakhir. Dengan napas yang tertahan, ia segera beranjak dan mengabaikan tatapan Annika yang sejak tadi mengawasi setiap gerak-geriknya.Dengan langkah gontai, Lea masuk ke ruangan Kayden dan menutup pintu dengan rapat. Dalam hati ia merasa kesal luar biasa. Namun sebelum mendatangi pria itu di mejanya, Lea menata kembali ekspresinya agar terlihat professional.“Ada apa, Sir?” tanya Lea dengan nada sopan.“Kosongkan jadwalku pagi ini hingga siang,” jawab Kayden datar.Kening Lea seketika mengernyit. “Kosongkan? Ada apa, Sir? Apakah Anda ... merasa tidak sehat?” tanyanya ragu. Matanya fokus mengamati Kayden, memastikan kondisi pria itu dengan cemas.Kayden menggelengkan kepala dengan ekspresi tetap datar. “Tidak. Aku baik-baik saja,” sahutnya singkat.Lea merasa sedikit lega men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   56. Seperti Pasangan Gelap

    Lea terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Kayden barusan.“Aku? Menghadiri pesta itu bersamamu?” ulangnya dengan ragu. “Kenapa?”Kayden menatapnya tanpa ekspresi, lalu memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana. “Karena aku menginginkannya,” jawabnya singkat.Jawaban itu membuat Lea mendesah pelan. Sejak awal bekerja dengan pria ini, ia sudah terbiasa dengan perintah sepihak tanpa penjelasan lebih lanjut. Namun, kali ini ia merasa ada yang berbeda.“Tapi bukankah biasanya aku tidak pernah ikut dalam acara semacam itu?” Lea masih mencoba mencari alasan.“Jangan terlalu banyak protes, Lea Rose.” Kayden melangkah lebih dalam ke butik, lalu memberi isyarat kepada salah satu pegawai untuk segera membawa koleksi gaun terbaik yang mereka miliki.Lea menghela napas, menyadari bahwa berdebat dengan pria ini hanya akan berakhir dengan kebuntuan. “Baiklah, kalau itu perintahmu,” ujarnya pasrah.Salah satu pegawai butik segera datang dengan beberapa pilihan gaun berkelas. Lea hanya melir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   57. Pesta

    Lea berhenti tepat di samping pintu mobil dengan perasaan ragu. Sejak dicegat Kaelyn tadi, kata-kata sinis wanita itu terus terngiang di kepalanya dan membuat Lea merasa tidak nyaman. Lea tahu, jika sekarang wanita itu tengah mengintip di balik jendela dengan amarah yang membuncah sebab Kayden mempermalukannya.“Apa lagi yang kamu tunggu? Masuk sekarang!” Suara Kayden terdengar di balik kaca jendela mobil yang terbuka sedikit.Lea menghela napas pelan dan akhirnya masuk. Begitu ia duduk, mobil langsung melaju meninggalkan kediaman Easton dengan keheningan yang menekan.Selama perjalanan, Kayden hampir tidak berkata apa-apa, tetapi tatapan matanya sesekali melirik ke arah Lea dan hal itu sudah cukup membuat Lea merasakan ketegangan yang tak bisa ia jelaskan.Sesampainya di lokasi pesta, mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju pada mereka, terutama pada Kayden yang hampir tidak pernah terlihat membawa pendamping ke acara seperti ini. Bisikan-bisikan terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   58. Cemburu?

    Kayden berdiri di sana dengan setelan hitam yang membuat aura dinginnya semakin kentara. Matanya menajam begitu melihat tangan Vincent masih terulur ke arah Lea. Tanpa sepatah kata pun, Kayden meraih pergelangan tangan Lea dan menariknya dengan kuat.“H-Hey, tunggu—!” Lea berusaha memberontak, tetapi genggaman Kayden terlalu erat.“Maaf, aku akan meminjamnya sebentar,” ujar Kayden datar.Vincent tampak terkejut, tetapi tidak berusaha menghentikan. Ia hanya menatap Lea dengan ekspresi bertanya, seolah ingin memastikan apakah wanita itu baik-baik saja.Namun, Lea tak sempat membalas tatapannya. Kayden terus menariknya melewati keramaian pesta, membawanya keluar menuju tempat yang sepi. Begitu sampai, Kayden melepaskan genggamannya, tapi tubuhnya masih berdiri begitu dekat—menutup semua ruang yang bisa digunakan Lea untuk menjauh.Lea menatap Kayden dengan napas memburu. “Apa yang kamu lakukan?” tanya dengan suara menuntut.Kayden tidak langsung menjawab. Sorot matanya berubah tajam dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   59. Hadiah Tanpa Nama

    Pagi itu, meja kerja Lea dihiasi dengan sesuatu yang tidak biasa. Sebuah buket bunga mawar merah yang besar, disertai dengan kotak hadiah mewah berwarna hitam mengilap. Annika yang melihat itu langsung memperhatikannya, membanjiri Lea dengan tatapan penasaran dan senyum menggoda.“Wow, kamu begitu beruntung mendapatkan hadiah seperti ini,” ujar Annika sambil bersandar di meja Lea dengan ekspresi penuh minat.Lea menatap buket dan kotak hadiah itu dengan dahi berkerut. Tidak ada catatan nama pengirim, hanya kartu kosong yang diselipkan di antara kelopak mawar.‘Siapa yang mengirimkan ini?’Sejenak pikirannya melayang pada satu nama, tetapi ia segera menepisnya. Tidak mungkin Kayden. Pria itu bukan tipe yang akan melakukan hal seperti ini.“Aku tidak tahu,” jawab Lea akhirnya, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul di dadanya.Jonas yang baru saja menyaksikan kejadian itu segera melangkah ke dalam ruangan Kayden sambil membawa secangkir kopi di tangannya. “Sir, saya baru saja mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   60. Ketidakpastian yang Mengganggu

    Lea mendesah pelan sebelum melangkah keluar dari ruangan Kayden dengan langkah cepat. Setibanya di meja kerjanya, ia langsung meraih buket mawar merah besar dan kotak hadiah dengan gerakan tegas. Tanpa ragu, ia kembali ke ruangan Kayden dan meletakkan keduanya di atas meja hingga menimbulkan suara gesekan yang keras.Tatapan Lea tampak tajam menatap Kayden. “Aku tidak ingin berdebat lagi,” ujarnya dengan suara serak. “Hadiah ini milikmu sekarang. Lakukan apa pun yang kamu inginkan dengannya.”Lea tidak ingin membuang tenaga dan waktunya untuk beradu argumen dengan Kayden, terutama karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan pernah menang.Seharusnya Kayden merasa senang, tapi ia justru tampak lebih marah. “Aku menyuruhmu membuangnya, Lea Rose. Bukan memberikannya padaku,” katanya dengan suara tajam.Lea menegakkan bahunya, menatap Kayden dengan ekspresi serius. “Dan aku sudah mengatakannya dengan jelas. Aku tidak bisa membuangnya … tidak, aku tidak tega membuangnya. Jika itu yang kamu ing

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   103. Trauma Baru

    Seluruh wajah Lea basah akan keringat saat mobil berhenti di sebuah tempat sepi yang bahkan tidak dikenalnya. Gelap, sunyi, dan jauh dari keramaian. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang saat sopir itu menoleh ke arahnya dengan seringai licik.“Turun,” perintahnya dengan nada dingin sembari mengacungkan pisaunya di dekat leher Lea.Lea mengangguk pelan, berpura-pura menurut. Sementara di bawah sana, tangannya merogoh tas dengan gemetar dan berhasil menemukan botol parfum kaca yang tersembunyi di dalamnya. Saat pria itu bergerak lebih dekat, Lea segera mengayunkan botol itu sekuat tenaga hingga mengenai wajahnya dengan keras!“ARGH!” Sopir itu menjerit.Tanpa membuang waktu, Lea mendorong pintu mobil dengan keras dan langsung berlari keluar.Kakinya hampir terpeleset di atas salju, tapi ia tidak peduli. Ia hanya bisa fokus untuk berlari, menjauh sejauh mungkin dari pria itu.Dalam ketakutan dan kepanikan, Lea melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Tanpa berpikir pan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   102. Dirampok

    Entah mengapa, Lea tiba-tiba panik, seperti ia baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Niatnya untuk berbalik arah langsung buyar saat sebuah suara mengudara di belakangnya. Lea terdiam di tempat.“Nyonya Lea Rose.”Suara itu berasal dari sopir pribadi Kaelyn. Lea menelan ludah dengan susah payah sebelum akhirnya berbalik perlahan. Senyum masam terbit di bibir ranumnya saat ia berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merayapi dadanya.“Uhm ... Halo, Tuan Simmons. Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” ujarnya dengan suara getir.Tuan Simmons melangkah mendekat, dahinya sedikit berkerut saat memperhatikan Lea yang tampak gelisah. Namun sebelum sempat mengutarakan pikirannya, dering ponsel dari dalam sakunya mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat, ia merogoh saku celananya dan melihat nama yang tertera di layar.Kaelyn.Ekspresi Tuan Simmons berubah serius saat ia mengangkat panggilan itu. “Ya, Nyonya,” jawabnya dengan nada hormat.Lea berdiri kaku di tempatn

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   101. Jalan Buntu

    “Katakan padanya, kita bisa bicara di rumah. Aku sedang makan malam, dan aku tidak ingin diganggu,” kata Kayden sebelum mengakhiri panggilan sepihak.Lea menghela napas panjang meski kegelisahan masih mengendap di dadanya. Ia menatap Kayden dengan cemas, tidak, sebenarnya wanita itu tampak ingin menangis saking cemasnya.“Dia tidak akan naik ke mari, kan?” tanyanya memastikan.Kayden menatapnya sekilas, lalu kembali menikmati makanannya dengan tenang. Tidak ada tanda-tanda ketegangan di wajahnya, seakan keberadaan Kaelyn di sini mencarinya sama sekali tidak berarti.“Ada apa? Kamu takut?” tanyanya santai, nada suaranya terdengar samar menggoda. Ia menyumpit sepotong sushi dan memasukkannya ke dalam mulut.Lea mengembuskan napas panjang, wajahnya berubah masam. “Menurutmu?” balasnya sedikit kesal. “Kenapa kamu selalu melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?”Tentu saja Lea takut. Bahkan, ia sangat ketakutan sekarang.Kayden hanya menatapnya sekilas sebelum kembali menyuap ma

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   100. Gema Masalah

    Lea tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar hal itu. Otaknya mendadak kosong, tak mampu memproses apa pun. Bahkan tubuhnya terasa tertanam di tempat, ia tidak bisa bergerak bahkan sedikit pun.Di depannya, Kayden masih memandanginya dengan tatapan intens dan wajah yang tetap tenang. “Terlalu terkejut untuk merespons?” ucap pria itu dengan suara datar, lalu melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka terkikis. “Atau kamu mulai memahami sesuatu?”Lea berusaha mengatur napasnya. “Aku hanya tidak mengerti,” gumamnya pelan.Kayden menunduk sedikit. Salah satu tangannya bergerak menyentuh dagu Lea dengan lembut. “Kamu tidak perlu mengerti, Lea Rose. Kamu hanya perlu tahu satu hal,” bisiknya, kemudian merapatkan wajahnya hingga napasnya yang hangat menyapu telinga Lea. “Aku akan membalas siapa pun yang menyakitimu.”Lea menunduk menatap lantai. “Tapi—” Ucapannya terhenti saat Kayden menarik dagunya hingga membuatnya mendongak.“Jangan pernah meragukanku lagi,” kata pria itu.

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   99. Campur Tangan Kayden?

    Ruang konferensi utama, Kantor Pusat Easton Industries – Sore Hari.Lampu kamera berkilat tanpa henti, membanjiri ruangan dengan cahaya putih yang menyilaukan. Puluhan wartawan duduk di barisan kursi. Beberapa sibuk mencatat, sementara yang lain menggenggam ponsel atau kamera, bersiap menangkap setiap gerakan dan kata yang keluar dari mulut Noah Easton.Noah duduk di belakang meja panjang dengan logo Easton Industries terpampang di latar belakang. Di sebelahnya, seorang perwakilan hukum dan kepala humas perusahaan duduk diam menunggu. Namun, semua perhatian tertuju pada Noah yang kini tengah berjuang menekan amarahnya.Mikrofon di depannya menangkap setiap tarikan napasnya yang berat. Kamera yang terfokus padanya memperlihatkan garis tegang di wajahnya, menyorot emosi yang ia coba sembunyikan sejak tadi.Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, Noah akhirnya berbicara.“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya,” suaranya rendah namun jelas. “Atas insiden yang terjadi dan dam

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   98. Citra yang Hancur

    Pagi itu, suasana di lobi terasa lebih ramai dari biasanya. Lea melangkah masuk dan sengaja memperlambat langkahnya saat mendengar bisikan-bisikan di antara para karyawan yang berkumpul di depan lift. Beberapa dari mereka sibuk menatap layar ponsel, sementara yang lain berbisik dengan ekspresi penuh antusiasme.Lea berhenti di belakang kerumunan. Namun saat pintu lift terbuka dan ia melangkah masuk, suara-suara itu terdengar semakin jelas.“Kamu sudah lihat berita tadi malam?” Suara seorang wanita terdengar di belakangnya.“Ya, aku tidak menyangka skandal sebesar itu akan muncul,” sahut yang lain.Lea berusaha mengabaikan percakapan itu, tetapi rasa tidak nyaman mulai merayap di dadanya. Ia tahu pasti apa yang sedang dibicarakan, tidak lain adalah skandal Noah. Beberapa karyawan memilih diam, tetapi yang lain tak segan mengecam dengan kata-kata tajam yang menusuk telinga.Meski tak satu pun dari mereka mengetahui kebenaran di balik status pernikahannya dengan pria itu, Lea tetap meras

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   97. Neraka Kehancuran

    Tiga hari setelah insiden di ruang ganti, nama Noah Easton menjadi trending di seluruh media sosial. Bukan karena kontrak barunya dengan brand paling berpengaruh atau prestasi yang ia raih, melainkan sebuah skandal yang menghancurkan citranya dalam semalam.Sebuah video bocor ke publik—rekaman yang menunjukkan Noah dengan jelas meninju asistennya hingga tersungkur. Ekspresi marah, sorot mata liar, dan dentuman keras benda yang dibanting memenuhi latar rekaman itu. Video tersebut diunggah oleh akun anonim, tetapi dengan cepat menyebar bak api yang membakar reputasinya dalam sekejap.#CancelNoahEaston dan #JusticeForAssistant menjadi topik utama di berbagai platform. Wajahnya yang selama ini terpampang di billboard mewah, kini bersanding dengan berita buruk yang menyudutkannya. Media mulai menggali lebih dalam, dan dalam hitungan jam, berbagai artikel bermunculan dengan judul-judul tajam.Sisi Gelap Noah Easton: Arogansi Seorang Model Ternama yang Terungkap.Noah Easton di Ambang Kehanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   96. Awal Dari Kejatuhan Noah?

    Noah duduk di ruang ganti dengan ekspresi gelisah. Ia baru saja menerima kabar yang sama sekali tidak ia duga—stylist pribadinya, Miranda Coen, tidak lagi bekerja untuknya sejak hari ini. Wanita itu adalah sosok yang memastikan setiap penampilannya selalu sempurna di depan kamera. Namun ketika Noah menghubunginya, ia hanya mendapat jawaban singkat bahwa kontraknya dengan Easton Media tidak lagi diperpanjang.“Apa maksudnya tidak diperpanjang?” geram Noah, jarinya yang kurus menggenggam ponselnya lebih erat.“Maaf, Noah. Aku tidak tahu detailnya. Ini kebijakan dari atas,” suara Miranda terdengar menyesal sebelum panggilan berakhir.Noah melemparkan ponselnya ke meja dengan kasar. Selama ini, hanya Miranda yang bisa memuaskannya dengan penampilannya. Ia mencoba menghubungi manajernya, tetapi sebelum sempat mendapat jawaban, seorang asisten masuk ke ruang ganti dengan raut wajah canggung.“Tuan Noah, ada sesuatu yang perlu Anda lihat.”Noah menatap asisten pribadinya itu dengan tajam seb

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   95. Neraka Paling Indah

    Kayden tidak menunggu jawaban. Dalam satu gerakan cepat, lengannya melingkari pinggang Lea dan mengangkat wanita itu dengan mudah ke dalam gendongannya.“Hei—” Lea tersentak kaget dan refleks meraih bahu Kayden. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit kuat, menahan suara agar tidak membangunkan orang-orang di lantai bawah.“Tutup mulutmu dan diam,” potong Kayden tegas.Langkah Kayden mantap saat membawa Lea menuju kamarnya. Begitu tiba, ia langsung membaringkan wanita itu di atas ranjangnya dengan gerakan yang tak terduga—lembut dan hati-hati.Lea hendak bangun, tetapi Kayden menekan bahunya dengan pelan, membuatnya tetap terbaring di ranjang.“Malam ini, tidur di sini,” ucapnya singkat.Lea membuka mulut, ingin membantah, tetapi Kayden lebih dulu melanjutkan, “Lagi pula, Noah tidak pernah tidur bersamamu.”Lea mengepalkan selimut di sampingnya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Kata-kata Kayden sebelumnya sudah cukup membungkamnya.Sejak awal pernikahan, kamar mereka hanya sekadar formali

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status