All Chapters of Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Chapter 71 - Chapter 80

149 Chapters

Siapa Orangnya?

Sungguh semalaman Aku memikirkan hal ini, Siapa Malaikat tanpa sayap itu? yang rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah? Logikaku tak sampai ke sana akhirnya hanya mampu berpikiran mungkin ada hal baik yang pernah dilakukan Ayah di masa lalu sehingga hari ini Tuhan membalasnya dengan mendatangkan seorang malaikat. Meskipun sudah tidak memikirkan hal itu lagi nyatanya di pagi harinya aku menemui dokter untuk bertanya mengenai pendonor itu. "Dok sebenarnya siapa yang mendonorkan ginjal untuk ayah?" Tanyaku sembari menatap dokter. Dokter tersebut hanya tersenyum kemudian menggeleng, "Maaf pihak pendonor tidak ingin memberitahukan identitasnya Jadi kami tidak bisa memberikan info apapun." Ujar sang Dokter. Aku tak ingin menyerah bagaimanapun juga aku harus mengetahui siapa pendonor itu, setidaknya aku bisa mengucapkan terima kasih padanya. "Dok, tolonglah saya hanya ingin mengucapkan terima kasih." Bujukku dengan mengiba. Dokter tersebut tetap bersih Kukuh, agaknya peraturan tetaplah
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Apa! Dijual?

Mataku melebar, siapa? Kenapa bilang ini rumahnya? Perlahan aku membalikkan badan, ku lihat di ambang pintu berdiri seorang wanita yang tak kukenal. Seketika pikiranku melayang ke mana-mana, Apa mungkin wanita ini kekasih baru Mas Raka? Tanaman yang ku pegang pun terjatuh, lalu aku berjalan mendekat ke wanita itu. "Maaf kamu siapa? Kenapa ada di rumah ini?" tanyaku dengan menatapnya. "Aku pemilik rumah ini." Jawabnya dengan terus menatapku. Alisku mulai berkerut, tunggu! Bagaimana mungkin dia pemilik rumah ini? jelas-jelas ini adalah rumah Mas Raka. "Mohon maaf tapi ini adalah rumah saya." Mau nggak mau aku harus mengakui rumah ini adalah rumahku meskipun rumah ini telah mas Raka berikan kepada Renata. Kulihat wanita itu tersenyum, "Mungkin kamu pemilik rumah sebelumnya, karena baru dua hari yang lalu aku membeli rumah ini." Mataku kembali membulat, "Apa! Kamu sudah beli rumah ini? dari siapa?" tanyaku heran. Akhirnya wanita itu menjelaskan kalau dia membeli rum
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Raka Yang Ayah Lihat

Kepalaku rasanya mau pecah, apalagi ini? kenapa semua membingungkan sekali? Arggggg... Kupegangi kepalaku lalu ku tarik nafas dalalm-dalam. "Tenang Amel, tenang." Kusemangati diriku sendiri. "Amel akan cari tahu Bu." Kataku tegas lalu bangkit. Tak ingin dalam situasi ini, aku dengan langkah lebar pergi ke resepsionis mencoba mencari informasi di sana. Aku menunjukkan kartu asuransi ayahku, dan bertanya-tanya mengenai operasi pencangkokan ginjal. Hal tak terduga kembali aku dapat, ternyata pihak asuransi tidak mengcover semua biaya operasi pencangkokan ginjal maupun biaya ruang inap VIP yang saat ini ayah dapatkan. Bahkan asuransi ayah tidak digunakan sama sekali. Deg Jika semua tanpa dicover asuransi, lantas siapa yang menanggungnya? Aku teringat kembali kata Mas Daffa, jika deposito nya ditolak karena semua biaya sudah dicover. Kira-kira siapa? Aku kembali bertanya tapi sedikit sekali informasi yang aku dapatkan, mereka hanya menginformasikan jika ada seseoran
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Mimpi Buruk

Semalaman aku tak bisa tidur, pikiranku ramai dengan Mas Raka. Aku terus menghubungi suamiku itu, bahkan aku terus-terusan menghubungi nomor Renata yang aktif, tapi tak ada yang menjawabnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tak terasa air mataku mengalir, jika benar yang mendonorkan ginjal adalah Mas Raka, bagaimana keadaannya saat ini? apa dia baik-baik saja? Sebelum pagi datang, aku berjalan keluar. Aku ingin mencari tahu perihal si pendonor itu. Sungguh aku seperti detektif saja, pagi buta sudah mengintai dokter maupun suster yang menjalankan tugas mereka. "Aku harus bagaimana?" Aku bergumam sendiri. Hingga matahari keluar, tak ada apapun yang aku temukan. Sehingga aku kembali ke ruang inap ayah dengan rasa kecewa. Pagi itu apa Mama Mas Raka menghubungiku, beliau meminta aku untuk mengantarnya ke kantor, Mama ingin meminta penjelasan dari pihak kantor terkait kepergian mas Raka keluar negeri. "Firasat Mama sangat tidak baik Mel." Wanita itu menangis saat aku sampai di ruma
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Tidak....

"Apa maksud kamu Mas?" kutatap Mas Daffa yang juga menatapku. Mas Daffa tersenyum lalu melempar ke tatapannya ke depan. "Aku hanya takut jika kamu kembali lagi sama Raka." Ujarnya lirih.Senyuman kulempar, "Aku tidak ada niatan untuk kembali padanya Mas." "Meskipun dia nanti datang dan bilang jika dialah pendonor ginjal Ayah kamu?" Ucapan Mas Daffa membuat aku terdiam, aku tak tahu harus merespon apa. "Kenapa kamu hanya diam Mel?" kembali Mas Daffa bertanya. Kutatap Mas Daffa nanar. Jujur aku tak pernah berpikiran kembali lagi kepada mas Raka tapi..... Aku segera menggeleng, lagipula tidak mungkin Mas Raka yang mendonorkan ginjal untuk ayah, semua ini masih praduga dan aku juga masih mengaitkan dengan hal lainnya. "Sudahlah mas Jangan berpikiran terlalu jauh, lagi pula belum tentu juga Mas Raka yang mendonorkan ginjalnya untuk ayah, aku tadi juga ke kantornya rekan kerjanya bilang kalau Mas Raka memang ke luar negeri." Aku mengelus punggung Mas Daffa. "Aku berharap malaikat it
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Dia Yang Mendonorkan Ginjalnya

Air mataku merembes keluar, tubuhku mematung menyaksikan ketidakberdayaan pasien itu. Ventilator menempel di hidungnya begitu pula alat-alat medis lainnya. Sungguh gak kebayang betapa sakitnya dia. "Mas Raka, itu bukan kamu kan?" Kutatap lekat pasien itu. Aku menggeleng, meski aku melihat Mas Raka di depanku namun aku masih menolak itu adalah dirinya. Mas Raka saat ini sedang dinas diluar negeri, dia tidak mungkin berbaring tak berdaya seperti ini. "Tidak! dia tidak mungkin Mas Raka!" Sangkalku. Namun sekeras apapun aku menyangkal pasien itu tetaplah Mas Raka, suami yang kubenci. Aku berdiri di sisinya dengan air mata yang terus jatuh. Kenapa dia melakukan semua ini? Saat bersamaan seorang perawat masuk, perawat itu sangat terkejut. "Kamu siapa? apa yang kamu lakukan disini?" "Dia suami saya sus." Ujarku. Meskipun aku sudah menjelaskan namun perawat itu tetap membawaku keluar, perawat itu menjelaskan tidak boleh asal masuk ruang ICU karena pasien yang di ruang ICU ren
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Kamu Harus Kuat

Aku terus menangis ingin rasanya aku peluk tubuhnya yang tak berdaya itu, seperti yang dia inginkan beberapa waktu lalu. Namun tidak bisa, karena sedikit saja tindakanku bisa membuat keadaannya parah. "Mas, bukankah waktu itu kamu ingin memelukku? Jika kamu tidak bangun bagaimana bisa kamu melakukannya?" Aku terus berbicara berharap dia mendengarkan ucapanku tapi tubuhnya tak memberikan reaksi apapun, hanya suara alat medis yang kudengar. Belum puas aku bersamanya suster sudah masuk dan memintaku untuk keluar. Tubuhku berontak, lalu mengatakan jika aku ingin lebih lama lagi namun keinginanku ditolak mentah-mentah, suster tersebut dengan tegas mengatakan jika aku bersikeras maka akan berakibat fatal pada pasien. "Saya sudah berbaik hati mengijinkan anda masuk jadi tolong jangan persulit saya lagipula keadaan pasien masih kritis tolong mengerti!" Tak ada yang bisa aku lakukan selain menurut apa yang dikatakan oleh suster tersebut, selesai melepas pakaian khusus aku keluar. I
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Salah Sangka

Aku berlari mendekat ke arah suster tersebut, tanpa tau siapa yang meninggal aku langsung saja memeluk erat tubuh kaku itu. "Mas Kenapa kamu pergi secepat ini?" teriakku histeris. "Aku belum mengucapkan Terima kasih Mas! Mas Raka!" Suster mencoba menenangkan aku tapi aku memarahinya, "Suster jangan menghalangi saya untuk memeluknya!" "Iya tapi jenazah bukan...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya aku sudah menyela. "Tolong ijinkan aku memeluk suami saya." Pintaku. Kemudian kudengar suster itu menghela nafas. Hingga suara Dokter aku dengar. "Nona, apa yang anda lakukan?" Segera aku melepas pelukanku, lalu menatap dokter tersebut. Aku mengerutkan alis, sudah jelas aku terpukul atas kematian mas Raka tapi kenapa dokter malah bertanya? "Tentu saya menangisi kepergian Suami saya Dok? Sambil terus menatapnya. Bukannya Iba dan turut berduka cita dokter itu malah tersenyum menatapku. "Maaf Nona anda salah menduga, dia bukan suami anda." Ujar Dokter sambil membuka pe
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Keajaiban

Sepulang dari rumah sakit jiwa aku kembali ke rumah sakit, begitu sampai aku langsung pergi ke ruang ICU. Kali ini aku benar-benar ingin melihat Mas Raka. Aku mengindahkan pesan dokter sebelumnya yang melarang aku untuk membesuk namun keinginan hatiku kali ini tidak bisa dicegah. "Sus ijinkan saya masuk, saya ingin menjenguk suami saya." pintaku pada suster yang kebetulan ingin memeriksa disana. "Mohon maaf tapi untuk saat ini keluarga pasien dilarang membesuk." Jelas suster itu. Aku kembali memohon, dan membujuknya bahkan untuk meyakinkan suster itu aku sampai menangis. Entah ini air mata sedih atau air mata akting namun yang jelas suster terlihat bingung. Raut wajah Suster itu berubah kemudian dia menatapku. Sesaat kemudian kulihat dia menghela nafas. "Baiklah tapi jangan lama-lama, cukup sebentar saja. Aku takut dokter mengecek ke sini dan melihat kamu berada di dalam." Pesan suster itu. Senyuman merekah di bibirku. Aku mengangguk paham lalu dengan senang masuk ke dal
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Pengecut

"Apa Dok?" Aku bertanya memastikan, takutnya tadi aku salah dengar. Pihak rumah sakit menjawab dengan kalimat yang sama mengatakan jika mas Raka telah melewati masa kritisnya. Aku yang sangat senang mengambil tasku lalu bergegas pergi ke rumah sakit kembali. Sungguh aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menuntun mas Raka keluar dari masa kritis. Setidaknya dengan kesembuhannya keluargaku tidak menjadi alasan atas apa yang terjadi dengan Mas Raka. "Terima kasih Tuhan." Berkali-kali aku mengucapkan Terima kasih pada Tuhanku. Tak selang lama taksi yang kunaiki telah tiba di depan lobby rumah sakit, aku yang tak sabar ingin melihat keadaan mas Raka sampai lupa jika belum membayar tagihan. "Astaga, maaf Pak." Kataku dengan menepuk dahulu sendiri. Buru-buru aku mengeluarkan selembar uang warna merah untuk driver tersebut. "Kembaliannya ambil saja Pak." Kataku kemudian berlalu. Setelahnya aku berlari masuk ke dalam menuju ruang ICU tempat mas Raka dirawat. Tanpa
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status