Share

Keajaiban

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-02-22 21:17:51
Sepulang dari rumah sakit jiwa aku kembali ke rumah sakit, begitu sampai aku langsung pergi ke ruang ICU. Kali ini aku benar-benar ingin melihat Mas Raka.

Aku mengindahkan pesan dokter sebelumnya yang melarang aku untuk membesuk namun keinginan hatiku kali ini tidak bisa dicegah.

"Sus ijinkan saya masuk, saya ingin menjenguk suami saya." pintaku pada suster yang kebetulan ingin memeriksa disana.

"Mohon maaf tapi untuk saat ini keluarga pasien dilarang membesuk." Jelas suster itu.

Aku kembali memohon, dan membujuknya bahkan untuk meyakinkan suster itu aku sampai menangis.

Entah ini air mata sedih atau air mata akting namun yang jelas suster terlihat bingung.

Raut wajah Suster itu berubah kemudian dia menatapku. Sesaat kemudian kulihat dia menghela nafas. "Baiklah tapi jangan lama-lama, cukup sebentar saja. Aku takut dokter mengecek ke sini dan melihat kamu berada di dalam." Pesan suster itu.

Senyuman merekah di bibirku. Aku mengangguk paham lalu dengan senang masuk ke dal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
syukurlah...️
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
akhirnyaaa......Senang deh jika raka bisa sembuh kembali, semoga saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengecut

    "Apa Dok?" Aku bertanya memastikan, takutnya tadi aku salah dengar. Pihak rumah sakit menjawab dengan kalimat yang sama mengatakan jika mas Raka telah melewati masa kritisnya. Aku yang sangat senang mengambil tasku lalu bergegas pergi ke rumah sakit kembali. Sungguh aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menuntun mas Raka keluar dari masa kritis. Setidaknya dengan kesembuhannya keluargaku tidak menjadi alasan atas apa yang terjadi dengan Mas Raka. "Terima kasih Tuhan." Berkali-kali aku mengucapkan Terima kasih pada Tuhanku. Tak selang lama taksi yang kunaiki telah tiba di depan lobby rumah sakit, aku yang tak sabar ingin melihat keadaan mas Raka sampai lupa jika belum membayar tagihan. "Astaga, maaf Pak." Kataku dengan menepuk dahulu sendiri. Buru-buru aku mengeluarkan selembar uang warna merah untuk driver tersebut. "Kembaliannya ambil saja Pak." Kataku kemudian berlalu. Setelahnya aku berlari masuk ke dalam menuju ruang ICU tempat mas Raka dirawat. Tanpa

    Last Updated : 2025-02-22
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Sangat Mencintaimu

    Sungguh aku sangat takut, apalagi tatapan mama begitu tajam padaku. Di bawah rasa takut aku mengangguk kecil, dan menatap Mama. Hatiku berdebar tak karuan, rasa takut kini semakin menguasai tubuhku, bahkan nyaliku juga turut menciut. "Kenapa kamu baru bilang sekarang Amel!" Mama menangis. "Maaf Ma, Amel takut." Cicit ku pelan dengan menunduk ketakutan. "Mas Raka mendonorkan ginjal itu diam-diam bahkan Dokter juga dilarang memberitahu Amel." Aku mencoba membela diri, karena memang sejatinya semua ini bukan salahku. Air mata mama semakin tumpah, aku tahu mama sangat terpukul mendengar hal ini. Anak semata wayangnya yang digadang-gadang menjadi penerus merelakan organnya untuk sang mertua. "Lihatlah! cinta Raka padamu begitu besar Mel, Jika kamu masih ingin berpisah darinya Mama bersumpah tidak akan pernah memaafkan kamu dan keluargamu!!!" Mataku membola menatap Mama, inilah kali pertama Mama berbicara keras bahkan mengancamku. Tapi sikap Mama memang sangat wajah bahk

    Last Updated : 2025-02-23
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bukan Maksudku Mas!

    "Mas apa kamu akan terima jika tau aku selalu berbohong?" Aku bergumam sendiri. Mas Daffa begitu mengharapkanku sedangkan aku di sini terperangkap cinta mas Raka, keinginan orang tau serta harapan mertua. Apa yang harus aku katakan kepada Mas Daffa? Aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Tak ingin pusing dengan aneka panggilan telepon aku memutuskan untuk mematikan ponselku, aku ingin tenang hari ini saja. Tepat pukul 06.00 pagi aku keluar kamar berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Perutku yang semalam tidak terisi pagi ini terasa sangat perih. "Maafkan Mama Nak, telah buat kamu lapar." Sambil ku elus perut buncit ku ini. Ada rasa sesal karena tak memikirkan anak yang kukandung sama sekali sementara dia butuh asupan nutrisi untuk tumbuh. Karena masih sepi aku tak perlu antri untuk mendapatkan makanan, usai makan aku bergegas kembali ke kamar. Kulihat sejenak keadaan Mas Raka, aku berharap ada kabar lebih baik lagi. Sudah dua j

    Last Updated : 2025-02-23
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidur Saja Sana!

    Aku yang tak kau tahu harus menjawab apa hanya bisa diam, tuntutan orang tua maupun mertua hingga balas budi yang harus aku lakukan menuntut aku untuk kembali ke mas Raka tapi aku tak memiliki keberanian mengungkapkan semua itu kepada Mas Daffa. "Mel, Kenapa diam saja?" Mas Daffa bertanya kembali. Aku tersenyum menatapnya tapi aku masih setia dengan diamku. Lalu kulihat Mas Daffa juga tersenyum, senyumnya kali ini mengundang rasa ibaku, aku dapat merasakan betapa kecewanya dia. "Diammu sudah menjawab semua, kamu tidak mungkin memilihku kan? Kamu akan kembali lagi ke suami kamu kan?" Mendengar penuturannya hatiku rasanya tercabik, Maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud mengecewakan Mas Daffa hanya saja keadaan yang menuntut aku untuk kembali ke mas Raka. "Maafkan aku Mas, aku tak bisa menolak tuntutan mereka." Ucapku dengan menangis. Mas Daffa mengangguk paham, "Maafkan aku Mel yang tidak bisa berbuat apa-apa ketika ayah kamu perlu pertolongan." Sahutnya dengan mata berkaca. Se

    Last Updated : 2025-02-24
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Sadar

    Mas Daffa terus saja mengucapkan kata-kata yang mengundang emosi, detak jantung Mas Raka terus meningkat. "Mas aku takut terjadi apa-apa dengannya." Aku sungguh was-was. Hingga hal mengejutkan terjadi, Mas Raka membuka matanya."Mas! Mas Raka membuka matanya!" Aku berteriak lalu memencet tombol. Mas. Daffa tersenyum sementara aku menatap Mas Raka yang masih lemah. "Mas." "Raka Raka, diancam dulu baru bangun kamu!" Ujar Mas Daffa. Beberapa saat kemudian rombongan dokter datang. Belum sampai dokter berada di bangsal mas Raka aku segera berteriak mengatakan jika mas Raka sudah bangun. "Dok mas Raka bangun!" Dokter segera memeriksa keadaan mas Raka, lalu beliau tersenyum. "Sungguh keajaiban, pasien telah melewati masa komanya dengan cepat." Kata dokter. Suster diperintahkan untuk menyuntik obat di infus mas Raka. "Keadaan pasien masih sangat lemah, jangan terlalu diajak bicata yang berat dulu." Selepas itu dokter keluar, sedangkan aku dan Mas Raka sama-sama menatap Mas Raka.

    Last Updated : 2025-02-24
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Rindu Kamu

    Tangan telunjukku menunjuk ke wajahnya dengan cemberut lalu segera tangan Mas Raka memegang telunjukku. "Baik, jika aku ingkar janji kamu bisa pergi dengan membawa anak kita," sahutnya dengan tersenyum. Air mataku keluar, akupun kembali jatuh dalam dekapannya."Aku sangat rindu." Bisik Mas Raka. Beginikah rasanya berada dalam dekapan seorang suami? nyaman sekali. Dua tahun berumah tangga dengannya inilah kali pertama aku merasakan kebahagiaan memiliki seorang suami."Kenapa baru sekarang kamu seperti ini Mas? kenapa nggak dari dulu kamu memperlakukan aku layaknya seorang istri?" Cicitku pelan. Air mataku semakin deras, ingatan-ingatan masa lalu menyeruak masuk, sakit hati serta rasa benci yang beberapa hari ini entah ke mana kini kembali hadir. Trauma diperlakukan dengan buruk, disakiti dengan poligami bahkan disandingkan dengan seorang madu terus bergejolak di dadaku. "Maafkan aku Sayang," ujarnya. Aku menarik tubuhku dari tubuhnya kemudian menatapnya nanar, "Gampang sekali k

    Last Updated : 2025-02-25
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pulih Cepat

    "Biar saja lagipula Mama pasti paham kalau anaknya lagi kasmaran." Mas Raka pun tertawa.Lambat laun kulihat Mas Raka sudah mulai mengantuk mungkin pengaruh obat sudah bereaksi"Mas Kamu mengantuk ya?" Tanyaku sambil menatapnya lekat. Mas Raka menggeleng dia terus bersikeras mengatakan bahwa dirinya tidak mengantuk."Aku tidak mengantuk aku ingin bersamamu katanya." Katanya sambil menguap. Tak ingin mendebatnya, aku pun terus mengobrol hingga kulihat suamiku itu sudah tertidur."Tidur yang nyenyak ya, aku temenin Mama dulu." Ku elus pipinya lalu pergi. Ku langkahkan kaki ke sofa menemani Mama yang saat yang saat ini tengah menonton TV. "Raka sudah tidur?" Mata Mama mengarah ke bangsal Mas Raka. "Iya Ma mas Raka tidur." Segera aku bergabung bersama Mama lalu menonton siaran TV ya mama lihat.Seru-serunya menonton iklan muncul, Mama Mas Raka yang kesal ngedumel sendiri. "Gak enaknya nonton acara begini pasti banyak iklan." Gerutunya. Sungguh geli melihat tingkah mertuaku, jangank

    Last Updated : 2025-02-26
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ciuman Kedua

    "Lihat lah menantu kamu jeng sekarang sudah mulai kurang ajar!" kata Mama dengan tertawa."Nggak apa-apa Jeng, lagipula memang kita yang mengganggu kesenangan mereka," sahut ibu.Kami semua tertawa. Ucapan kedua wanita paruh baya ini benar-benar menggelikan. Melihat pemandangan seperti ini aku sungguh bahagia, anak saling mencintai, antar besan sangat akur sungguh indah sekali.Kebahagiaanku kini lengkap sudah rasanya Tuhan sudah kasihan padaku sehingga kali ini aku mendapatkan kebahagiaan yang begitu berlimpah.Suami mencintaiku, mertua mencintaiku, orang tua mencintaiku, semua mencintaiku. Terima kasih Tuhan atas anugerahnya.#####Pagi itu sebelum mas Raka pulang, dokter datang ke ruang inap kami. Dokter memberikan resep obat khusus untuk Mas Raka, selain itu beliau juga berpesan kepada kami."Satu ginjal sudah cukup menyaring darah tapi masih ada resiko jika tidak memperhatikan kesehatan ginjalnya. Batasi garam dan protein, olahraga teratur, jangan melakukan aktivitas berat ya P

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status