Share

Raka Yang Ayah Lihat

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-02-19 20:15:36
Kepalaku rasanya mau pecah, apalagi ini? kenapa semua membingungkan sekali?

Arggggg... Kupegangi kepalaku lalu ku tarik nafas dalalm-dalam.

"Tenang Amel, tenang." Kusemangati diriku sendiri.

"Amel akan cari tahu Bu." Kataku tegas lalu bangkit.

Tak ingin dalam situasi ini, aku dengan langkah lebar pergi ke resepsionis mencoba mencari informasi di sana.

Aku menunjukkan kartu asuransi ayahku, dan bertanya-tanya mengenai operasi pencangkokan ginjal.

Hal tak terduga kembali aku dapat, ternyata pihak asuransi tidak mengcover semua biaya operasi pencangkokan ginjal maupun biaya ruang inap VIP yang saat ini ayah dapatkan. Bahkan asuransi ayah tidak digunakan sama sekali.

Deg

Jika semua tanpa dicover asuransi, lantas siapa yang menanggungnya?

Aku teringat kembali kata Mas Daffa, jika deposito nya ditolak karena semua biaya sudah dicover.

Kira-kira siapa? Aku kembali bertanya tapi sedikit sekali informasi yang aku dapatkan, mereka hanya menginformasikan jika ada seseoran
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kenapa tidak Mel...terkadang orang mampu berkorban demi orang yang d sayangi...termasuk dengan raka
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
ya emang Raka yg mendonorkan ginjalnya untuk Ayahmu, Amel.....
goodnovel comment avatar
Mega
kayake memang Raka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mimpi Buruk

    Semalaman aku tak bisa tidur, pikiranku ramai dengan Mas Raka. Aku terus menghubungi suamiku itu, bahkan aku terus-terusan menghubungi nomor Renata yang aktif, tapi tak ada yang menjawabnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tak terasa air mataku mengalir, jika benar yang mendonorkan ginjal adalah Mas Raka, bagaimana keadaannya saat ini? apa dia baik-baik saja? Sebelum pagi datang, aku berjalan keluar. Aku ingin mencari tahu perihal si pendonor itu. Sungguh aku seperti detektif saja, pagi buta sudah mengintai dokter maupun suster yang menjalankan tugas mereka. "Aku harus bagaimana?" Aku bergumam sendiri. Hingga matahari keluar, tak ada apapun yang aku temukan. Sehingga aku kembali ke ruang inap ayah dengan rasa kecewa. Pagi itu apa Mama Mas Raka menghubungiku, beliau meminta aku untuk mengantarnya ke kantor, Mama ingin meminta penjelasan dari pihak kantor terkait kepergian mas Raka keluar negeri. "Firasat Mama sangat tidak baik Mel." Wanita itu menangis saat aku sampai di ruma

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak....

    "Apa maksud kamu Mas?" kutatap Mas Daffa yang juga menatapku. Mas Daffa tersenyum lalu melempar ke tatapannya ke depan. "Aku hanya takut jika kamu kembali lagi sama Raka." Ujarnya lirih.Senyuman kulempar, "Aku tidak ada niatan untuk kembali padanya Mas." "Meskipun dia nanti datang dan bilang jika dialah pendonor ginjal Ayah kamu?" Ucapan Mas Daffa membuat aku terdiam, aku tak tahu harus merespon apa. "Kenapa kamu hanya diam Mel?" kembali Mas Daffa bertanya. Kutatap Mas Daffa nanar. Jujur aku tak pernah berpikiran kembali lagi kepada mas Raka tapi..... Aku segera menggeleng, lagipula tidak mungkin Mas Raka yang mendonorkan ginjal untuk ayah, semua ini masih praduga dan aku juga masih mengaitkan dengan hal lainnya. "Sudahlah mas Jangan berpikiran terlalu jauh, lagi pula belum tentu juga Mas Raka yang mendonorkan ginjalnya untuk ayah, aku tadi juga ke kantornya rekan kerjanya bilang kalau Mas Raka memang ke luar negeri." Aku mengelus punggung Mas Daffa. "Aku berharap malaikat it

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Yang Mendonorkan Ginjalnya

    Air mataku merembes keluar, tubuhku mematung menyaksikan ketidakberdayaan pasien itu. Ventilator menempel di hidungnya begitu pula alat-alat medis lainnya. Sungguh gak kebayang betapa sakitnya dia. "Mas Raka, itu bukan kamu kan?" Kutatap lekat pasien itu. Aku menggeleng, meski aku melihat Mas Raka di depanku namun aku masih menolak itu adalah dirinya. Mas Raka saat ini sedang dinas diluar negeri, dia tidak mungkin berbaring tak berdaya seperti ini. "Tidak! dia tidak mungkin Mas Raka!" Sangkalku. Namun sekeras apapun aku menyangkal pasien itu tetaplah Mas Raka, suami yang kubenci. Aku berdiri di sisinya dengan air mata yang terus jatuh. Kenapa dia melakukan semua ini? Saat bersamaan seorang perawat masuk, perawat itu sangat terkejut. "Kamu siapa? apa yang kamu lakukan disini?" "Dia suami saya sus." Ujarku. Meskipun aku sudah menjelaskan namun perawat itu tetap membawaku keluar, perawat itu menjelaskan tidak boleh asal masuk ruang ICU karena pasien yang di ruang ICU ren

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kamu Harus Kuat

    Aku terus menangis ingin rasanya aku peluk tubuhnya yang tak berdaya itu, seperti yang dia inginkan beberapa waktu lalu. Namun tidak bisa, karena sedikit saja tindakanku bisa membuat keadaannya parah. "Mas, bukankah waktu itu kamu ingin memelukku? Jika kamu tidak bangun bagaimana bisa kamu melakukannya?" Aku terus berbicara berharap dia mendengarkan ucapanku tapi tubuhnya tak memberikan reaksi apapun, hanya suara alat medis yang kudengar. Belum puas aku bersamanya suster sudah masuk dan memintaku untuk keluar. Tubuhku berontak, lalu mengatakan jika aku ingin lebih lama lagi namun keinginanku ditolak mentah-mentah, suster tersebut dengan tegas mengatakan jika aku bersikeras maka akan berakibat fatal pada pasien. "Saya sudah berbaik hati mengijinkan anda masuk jadi tolong jangan persulit saya lagipula keadaan pasien masih kritis tolong mengerti!" Tak ada yang bisa aku lakukan selain menurut apa yang dikatakan oleh suster tersebut, selesai melepas pakaian khusus aku keluar. I

    Last Updated : 2025-02-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Salah Sangka

    Aku berlari mendekat ke arah suster tersebut, tanpa tau siapa yang meninggal aku langsung saja memeluk erat tubuh kaku itu. "Mas Kenapa kamu pergi secepat ini?" teriakku histeris. "Aku belum mengucapkan Terima kasih Mas! Mas Raka!" Suster mencoba menenangkan aku tapi aku memarahinya, "Suster jangan menghalangi saya untuk memeluknya!" "Iya tapi jenazah bukan...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya aku sudah menyela. "Tolong ijinkan aku memeluk suami saya." Pintaku. Kemudian kudengar suster itu menghela nafas. Hingga suara Dokter aku dengar. "Nona, apa yang anda lakukan?" Segera aku melepas pelukanku, lalu menatap dokter tersebut. Aku mengerutkan alis, sudah jelas aku terpukul atas kematian mas Raka tapi kenapa dokter malah bertanya? "Tentu saya menangisi kepergian Suami saya Dok? Sambil terus menatapnya. Bukannya Iba dan turut berduka cita dokter itu malah tersenyum menatapku. "Maaf Nona anda salah menduga, dia bukan suami anda." Ujar Dokter sambil membuka pe

    Last Updated : 2025-02-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Keajaiban

    Sepulang dari rumah sakit jiwa aku kembali ke rumah sakit, begitu sampai aku langsung pergi ke ruang ICU. Kali ini aku benar-benar ingin melihat Mas Raka. Aku mengindahkan pesan dokter sebelumnya yang melarang aku untuk membesuk namun keinginan hatiku kali ini tidak bisa dicegah. "Sus ijinkan saya masuk, saya ingin menjenguk suami saya." pintaku pada suster yang kebetulan ingin memeriksa disana. "Mohon maaf tapi untuk saat ini keluarga pasien dilarang membesuk." Jelas suster itu. Aku kembali memohon, dan membujuknya bahkan untuk meyakinkan suster itu aku sampai menangis. Entah ini air mata sedih atau air mata akting namun yang jelas suster terlihat bingung. Raut wajah Suster itu berubah kemudian dia menatapku. Sesaat kemudian kulihat dia menghela nafas. "Baiklah tapi jangan lama-lama, cukup sebentar saja. Aku takut dokter mengecek ke sini dan melihat kamu berada di dalam." Pesan suster itu. Senyuman merekah di bibirku. Aku mengangguk paham lalu dengan senang masuk ke dal

    Last Updated : 2025-02-22
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengecut

    "Apa Dok?" Aku bertanya memastikan, takutnya tadi aku salah dengar. Pihak rumah sakit menjawab dengan kalimat yang sama mengatakan jika mas Raka telah melewati masa kritisnya. Aku yang sangat senang mengambil tasku lalu bergegas pergi ke rumah sakit kembali. Sungguh aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menuntun mas Raka keluar dari masa kritis. Setidaknya dengan kesembuhannya keluargaku tidak menjadi alasan atas apa yang terjadi dengan Mas Raka. "Terima kasih Tuhan." Berkali-kali aku mengucapkan Terima kasih pada Tuhanku. Tak selang lama taksi yang kunaiki telah tiba di depan lobby rumah sakit, aku yang tak sabar ingin melihat keadaan mas Raka sampai lupa jika belum membayar tagihan. "Astaga, maaf Pak." Kataku dengan menepuk dahulu sendiri. Buru-buru aku mengeluarkan selembar uang warna merah untuk driver tersebut. "Kembaliannya ambil saja Pak." Kataku kemudian berlalu. Setelahnya aku berlari masuk ke dalam menuju ruang ICU tempat mas Raka dirawat. Tanpa

    Last Updated : 2025-02-22
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Sangat Mencintaimu

    Sungguh aku sangat takut, apalagi tatapan mama begitu tajam padaku. Di bawah rasa takut aku mengangguk kecil, dan menatap Mama. Hatiku berdebar tak karuan, rasa takut kini semakin menguasai tubuhku, bahkan nyaliku juga turut menciut. "Kenapa kamu baru bilang sekarang Amel!" Mama menangis. "Maaf Ma, Amel takut." Cicit ku pelan dengan menunduk ketakutan. "Mas Raka mendonorkan ginjal itu diam-diam bahkan Dokter juga dilarang memberitahu Amel." Aku mencoba membela diri, karena memang sejatinya semua ini bukan salahku. Air mata mama semakin tumpah, aku tahu mama sangat terpukul mendengar hal ini. Anak semata wayangnya yang digadang-gadang menjadi penerus merelakan organnya untuk sang mertua. "Lihatlah! cinta Raka padamu begitu besar Mel, Jika kamu masih ingin berpisah darinya Mama bersumpah tidak akan pernah memaafkan kamu dan keluargamu!!!" Mataku membola menatap Mama, inilah kali pertama Mama berbicara keras bahkan mengancamku. Tapi sikap Mama memang sangat wajah bahk

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Telah Menepati Janji

    Di perjalanan pulang dari rumah Renata aku menghubungi Daniel, aku mengatakan jika Renata setuju menikah dengannya.Ternyata dia yang dingin itu langsung menelponku. "Kamu pasti berbohong." Kata itu yang aku dengar saat aku menerima panggilannya. "Terserah kamu percaya apa tidak," sahutku kesal.Pria itu kemudian mengajakku untuk bertemu di kantornya dia ingin membahas masalah Renata lebih lanjut lagi. Aku pun menyetujuinya lalu meminta sopir putar balik. Kini aku berada di ruangan Daniel, dia mengambilkan aku minuman dinginnya. "Minumlah!" Titahnya. Aku tahu pria ini sangat senang tapi entah mengapa wajahnya masih saja datar suaranya juga masih dingin sehingga membuat aku kesel sendiri. "Iya."Aku yang haus segera meminum minumannya sampai tandas. Grrrrkkk, aku malah sendawa dengan keras. "Ups maaf Pak Daniel." Kutatap pria itu. "Tak masalah." Ujar Daniel. "Lalu apa rencanamu?" tanyanya kemudian. Sejauh ini aku masih belum memiliki rencana untuk mereka namun karena Daniel s

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Berhasil

    Aku segera mengambil ponselku, lalu meletakkannya kembali."Dari siapa sayang? kenapa namanya kuda nil?" Mas Raka nampak bingung."Temanku," jawabku dengan was-was.Mas Raka tersenyum kemudian merangkulku, "Kamu tuh ya, seorang teman malah dinamai kuda nil." Mas Raka terlihat menggelengkan kepala."Habisnya badannya besar seperti kuda nil," sahutku sambil tertawa juga.Tak ingin Mas Raka tertanya lebih aku segera mengajaknya turun. Setelah makan kami di ajak mengobrol oleh Papa dan Mama."Ada apa Pa?" Tanya Mas Raka dengan tatapan heran. "Papa dengan omset menurun drastis, sana sini banyak rumor buruk, kinerja kamu itu gimana?" Pertanyaan Papa membuat Mas Raka menghela nafas, kutahu dia tidak akan menceritakan yang sesungguhnya kepada sang Papa. "Raka akan kerja keras lagi Pa." Hanya kata semangat itu yang dia ucapkan. Papa meminta Mas Raka untuk menjaga baik-baik hotel itu karena bagaimanapun juga itu hotel beliau rintis sejak muda. "Jangan sampai bangkrut Raka, Papa mohon." Te

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kuda Nil Memanggil

    Seperti kemarin aku datang lagi ke rumah Renata, saat menemuiku Renata sudah menunjukkan ekspresi tak suka. "Mau apa lagi kamu kemari?" Tanyanya sinis. "Apa sudah kamu pikirkan ucapanku kemarin?" Tanpa menjawab aku justru melemparkan pertanyaan. Dia tertawa kemudian bilang ke aku jika Daniel memintanya untuk tidak menggubris ucapanku. Tentu aku melongo, apa maunya kuda nil itu! jelas-jelas dia memintaku untuk membujuk Renata tapi mengapa dia malah berkata demikian? "Dia bicara begitu?" tanganku sontak mengepal. "Iya, lagipul kak Daniel akan selalu menyayangiku selamanya, dia akan menuruti semua kemauan ku termasuk membuat kalian menderita!" Renata tertawa bahagia sementara aku kekesalan menggerogoti hatiku. "Yakin? manusia itu gampang berubah sekarang bilang akan selalu menyayangi tapi entah besok." Agaknya ucapanku mengundang perhatiannya, sehingga Renata menatapku tajam. "Aku yakin sama Kak Daniel." Ujarnya. "Dulu kamu juga yakin sama Mas Raka bukan?" Raut wajah Renata be

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Membujuk Dengan Lembut

    Esok harinya setelah Mas Raka berangkat ke kantor, aku pergi menemui Renata di rumahnya. Mengetahui kedatanganku Renata sangat terkejut. "Amel! bagaimana kamu tahu rumahku?" Dia menatapku tajam. "Tidak penting aku tahu darimana." Ujarku yang juga menatapnya. Dia duduk di sofanya yang lain, "Apa maumu?" Masih dengan tatapan yang sama. "Aku ingin bicara Renata." Sahutku. "Bicara apa?" Tanyanya dengan dingin. Aku menghela nafas, kalau bukan demi Mas Raka aku tidak mungkin mau menemuinya, soal penculikan waktu itu saja masih ku ingat bahkan masih jadi ketakutanku "Mari kita akhiri dendam ini." Kutatap dia dengan lekat. "Enak saja, aku menderita setelah Raka menceraikan aku dan kini kamu ingin aku mengakhiri ini?" Dia mendengus kesal. Dia pikir hanya dia saja yang menderita, aku jauh lebih parah. Ingin sekali aku pergi tapi aku harus berhasil membujuknya atau kakaknya akan menghancurkan bisnis keluargaku. "Kita sudah mendapatkan karma kita masing-masing Renata, kamu m

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Penawaran

    Keesokan harinya tubuhku rasanya pegal semua, keganasan Mas Raka semalam benar-benar membuatku sampai memohon ampun. "Kamu kenapa sayang?" tanyanya sambil menatapku. Aku memberengut kesal, "Kenapa-kenapa ini karena keganasan kamu semalam Mas." Bibir refleks maju ke depan. Dia tertawa kemudian memelukku, "Sekali lagi boleh?" Mataku melongo menatapnya, tubuhku sudah remuk begini dia meminta sekali lagi? "Mas kita lanjut nanti ya, aku harus memasak." Buru-buru aku bangkit dan pergi ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku menyiapkan keperluannya. "Mas dasi warna abu-abunya kok ga ada ya." Aku berkali-kali mencari dasi warna abu namun tak ketemu. Mas Raka tertawa dan hal itu membuat aku kesal. "Bantu cari dong Mas kamu kenapa malah tertawa." Ujarku sambil memberengut. Dia berjalan ke arahku kemudian mengambil dasi yang ternyata ada di leherku. "Ini apa Sayang." Bisiknya. Aku yang malu hanya tertawa. "Maaf Mas." Bukannya segera memakai bajunya, Mas Raka malah men

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bicara Dengan Kakak Renata

    Mas Raka menjelaskan semua, Kakak Renata sengaja menyebarkan rumor buruk tentang hotel keluarga kami ya tujuannya untuk menghancurkan Mas Raka kembali. Tanganku sontak mengepal, orang ini benar-benar gila. Apa belum puas dia sudah membuat dua direktur resign tanpa mendapatkan apa-apa. "Dia benar-benar!" batinku. Aku harus melawan rasa takutku, ya aku harus menemui Kakak Renata, meskipun dia seorang mafia tapi negara ini adalah negara hukum jadi tak mungkin melakukan hal buruk padaku. Keesokan harinya setelah Mas Raka berangkat ke hotel, aku datang ke kantornya dahulu untuk menemui Kakak Renata. "Semoga saja pria busuk itu disini." Gumamku. Aku meminta supir dan security rumahku menunggu di mobil. Diam-diam aku naik ke atas ke ruangan CEO. Benar saja saat aku mengetuk pintu ada sahutan dari dalam. Saat aku berdiri di hadapannya dia memelototkan mata. "Kamu! beraninya staf biasa masuk ke ruanganku!" Makinya dengan menatapku tajam. "Aku bukan staff disini." Ujarku. Sebenarnya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kembali Barulah

    Mulutku terbuka lebar-lebar, aku sungguh tak menyangka jika bertemu dengan kakak Renata di lift. Dari wajahnya memang pria ini terlihat garang, dia juga sangat dingin lebih dingin dari sikap Mas Raka dulu, pantas sekali dia menjadi seorang mafia kelas kakap di negara ini."OMG dia kakak Renata.":batinku dengan terus menatapnya. Pria itu juga menatapku kemudian berkomentar pedas, "Kenapa kamu terus menatapku! suka?" Suara dinginnya membuat aku segera melemparkan tatapan. Lawak juga nih orang, bisa-bisa berkata seperti itu! mana mungkin aku suka, wajahnya saja menyeramkan. Aku mendengus kesal meskipun di dunia ini lelaki tinggal dia seorang, aku tak mungkin suka. "Maaf tapi kamu bukan tipeku." Ujarku ketus. Kebetulan live telah tebuka dia melangkahkan kaki keluar.Saat dia keluar aku menghela nafas dalam-dalam. "Syukurlah." Sambil mengelus dada. Setibanya di ruangan mas Raka aku segera memberikan berkas yang dia minta."Terima kasih sayang maaf aku merepotkanmu," katanya lalu men

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Bearti Dia....

    "Posesif sekali kamu Raka, tenang saja aku tidak akan mengambil amal darimu." Ujar Mas Daffa dengan tertawa.Aku juga tertawa, "Dia sekarang bucin akut Mas." Aku turut menimpali ucapan Mas Daffa. Kami bertiga tertawa bersama, syukurlah Mas Daffa dan Mas Raka kini tidak bermusuhan lagi. Setelah mengobrol random Mas Daffa pamit pulang sedangkan kami selepas kepulangannya kembali ke kamar. Di dalam kamar kami mengobrol kembali hingga akhirnya kami memutuskan untuk istirahat mengingat malam sudah sangat larut. Keesokan paginya aku melakukan aktivitasku seperti biasa, mask, bersih-bersih dan menyiapkan keperluan Mas Raka. Mas Raka pagi ini berangkat lebih awal karena dia harus bertemu Mas Daffa kembali untuk membahas Kakak Renata. "Dibahas lagi Mas, bukankah semalam sudah selesai." Kataku sambil menyiapkan bekal makannya. "Aku mendapatkan kabar buruk sayang." Jawab Mas Raka sambil menunjukkan ponselnya. "Perusahaan terancam bangkrut." Mataku rasanya mau keluar membaca berita itu.

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kakak Renata

    Mas Raka menggeleng, agaknya mas Raka juga bingung dengan hal ini. "Entahlah Sayang, aku akan menyelidikinya." Ujar Mas Raka. Aku mengangguk paham. Sepanjang jalan, aku masih mengingat kejadian tadi. Kini aku tidak berani kemana-mana sendiri, Renata sungguh meresahkan. "Mas tapi bagaimana bisa Mas Daffa datang menyelamatkan kita?" Aku yang baru menyadari hal itu segera bertanya pada Mas Raka. "Tadi aku keluar sama atasanku, ternyata kami bertemu dengan Daffa untuk membahas kerja sama waktu itu." Jelas Mas Raka. "Oh gitu jadi tadi pas kamu telpon, ada Mas Daffa? dan Mas Daffa tahu?" Kembali aku bertanya. Mas Daffa yang berada di belakang mobil kami melaju mendahului karena memang arah rumah kami berlawanan. Setibanya di rumah Mas Raka melakukan banyak panggilan, dia berusaha keras untuk menyelidiki Renata. "Mas makan dulu." Aku sengaja membawa makanan ke ruang kerjanya karna kutahu suamiku kini malas makan. "Nanti dulu Sayang," katanya tanpa melihatku. "Aku lapar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status