All Chapters of Istri Yang Menanti Sentuhanmu : Chapter 61 - Chapter 70

149 Chapters

Ada Apa Lagi?

"Kenapa kamu nekat sekali Mas! bagaimana dengan anakku?" Aku menatapnya sendu. "Aku sudah bilang jika itu adalah anakku!" Ucapan Pria itu membuatku sangat terkejut, rasanya aku ingin menangis. "Kenapa kamu melakukan itu Mas! apa kata orang? anak ini bukan anak haram, anak ini hadir setelah terjadinya pernikahan, anak ini memiliki ayah yang status sosialnya nggak kalah dengan keluargamu!" Air mataku lolos begitu saja, masalahku sudah banyak tapi dia menambah lagi masalah untukku. Maafkan aku Mel," Tatapan sendunya kudapat. Kuhapus air mataku, lalu menatapnya. "Sudahlah nggak usah dibahas lagi!" pintaku. Mas Daffa mengangguk lalu mengajakku pulang. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan masalah ini, kutahu niat Mas Daffa baik tapi akibat dari pengkuannya bisa menimbulkan banyak masalah. Bagaimana jika rumor ini tersebar? Arrggggg, sungguh aku bingung sendiri. "Mel kamu masih kesal?" tanyanya. "Tidak Mas." Meskipun masih sangat kesal aku juga tidak mungkin mengataka
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Kambuh

Tiba-tiba ayah memegangi dadanya, dari wajahnya kutahu ayahku tengah menahan sakit. "Ayah!" Aku berteriak. Pikiranku melayang, yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Semua turut sangat panik hingga beberapa saat kemudian ayahku pingsan. Ibu langsung menangis, sementara Papa Mas Raka segera bertindak dengan membawa ayah ke rumah sakit. Sepanjang jalan ibu tak henti-hentinya menangis, sungguh hatiku perih mendengar tangisan ibuku. Aku belum sanggup jika harus berpisah dengan ayahku. Setibanya di rumah sakit ayahku segera ditangani, kami semua menunggu diluar ruangan. Beberapa saat dokter keluar dengan membawa kabar buruk, selain penyakit jantungnya yang kumat ayah juga mengalami komplikasi, ayah ternyata mengalami gagal ginjal. Deg Duniaku seakan runtuh, kabar duka ini membuat aku melemaas. Penyakit jantung ayah sudah membuat aku harus menyembunyikan rencana perpisahanku apalagi kini ayah mengalami gagal ginjal. Lantas apa yang harus aku lakukan? "Apa yang harus ka
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Semua Gara-Gara Kamu Mas!

Ponselku terlepas begitu saja dari tanganku, air mataku juga segera lolos. Buru-buru aku minta ijin untuk pulang cepat. Awalnya atasan ku tidak mengijinkan tapi aku terus memohon, hingga akhirnya ijin aku dapat meski atasan ku terpaksa memberinya. Sepanjang jalan ke rumah sakit pikiranku terus melayang, ayahku sudah sakit kini ibuku juga tak sadarkan diri. "Ya Tuhan lindungilah orang tuaku." Tak selang lama mobil yang membawaku tiba, segera aku membayar dan bergegas masuk. Aku menuju ruang UGD karena disanalah ibuku sekarang. "Dok bagaimana dengan ibu?" tanyaku dengan panik. "Pasien tidak kenapa-kenapa, hanya kelelahan dan syok saja. Saya sarankan pasien istirahat di rumah dulu." Kutatap ibuku yang kini masih memejamkan matanya. Aku perlahan mendekat lalu kugenggam tangan ibu dengan erat. "Ibu istirahat di rumah saja biar Amel yang menunggui ayah." Bisikku. Setelah ibu sadar, aku memintanya untuk pulang namun ibuku bersikeras tetap menunggu ayah hingga aku harus
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Semua Akan Baik-Baik Saja.

Sepanjang malam aku menangis, sungguh rasa takut menggerogoti pikiranku. Selain susahnya mencari donor ginjal, biaya pencangkokan juga tidak sedikit, bagaimana aku dan ibuku mendapatkan uang sebanyak itu? Kartu BPJS ataupun Asuransi apa bisa mengcover semuanya? biaya masuk kemarin saja masih menunggu persetujuan asuransi ayah dan kini? arrgg aku harus bagaimana? Pikiranku sangat ramai bahkan untuk menutup mata aku tak bisa. Mas Raka mencoba menenangkan aku dengan mengatakan semua akan baik-bak saja. Tapi ucapan itu semakin membuat hatiku panas. "Bisa kamu bicara seperti itu Mas!" kata lalu bangkit menatapnya. "Lalu aku harus berkata apa?" Dia menatap aku dengan sendu. Kesedihan juga kudapati di matanya, aku akui dia juga syok dengan apa yang dokter katakan tapi semua ini juga gara-gara dia. Andaikan saja, kisahnya dengan Renata ditutup saat menikah denganku pasti semua akan baik-baik saja. "Semua masalah ini berawal dari kamu! karma ini kamu yang tanam tapi ke
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Asal Kamu Bahagia

Kebaikan Mas Daffa sudah membuat semua pihak curiga akan hubungan kami, anak yang ku kandung kini mungkin dikira adalah anak Mas Daffa. "Tidak Bu, mana mungkin Pak Daffa adalah suami saya." Ujarku dengan tersenyum. "Sikapnya padamu nggak normal Mel." Sahut atasanku. "Kami dulu teman baik saja Bu, sudah seperti adik dan Kakak." Untung alasanku membuat atasanku percaya. Sore itu aku dijemput Mas Raka, tak ingin energiku terkuras hanya karena debat dengannya aku pun langsung naik mobil tanpa banyak drama. Saat masuk mobil, Mas Raka terlihat senang terbukti dengan senyuman yang mengembang di pipinya. "Aku senang Mel kalo kamu menurut seperti ini." Ujarnya. Kelihatanya dia salah paham, siapa yang menurut? aku hanya tidak mau berdrama saja yang ujung-ujungnya menguras tenaga. Lebih baik energiku aku simpan untuk melihat keadaan ayah nanti. "Ayah bagaimana Mas?" Aku berharap ayahku baik-baik saja setelah cuci darah. Mas Raka terdiam, raut wajah senangnya sirna dan
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Setelah Anak Ini Lahir Kita Akan Urus Surat Cerai

Aku menghela nafas dalam-dalam akhirnya dia menyerah dan berhenti untuk mengejarku, tapi bagaimana dengan orang tuanya? Apakah mereka setuju? Argg, masa bodoh! biar saja itu menjadi urusan Mas Raka. "Baiklah nanti setelah anak ini lahir aku akan urus surat cerai kita." Ujarku tanpa menatapnya. "Baik Mel jika aku tidak bisa mengurusnya kamu yang urus tapi izinkan aku untuk bersamamu menemani ayah saat ini." Dia kembali menatapku nanar. Laki-laki ini membuat jiwa ibaku meronta, "Tapi bukanlah kamu sudah menemaniku beberapa hari ini?" Ujarku dengan menatapnya sinis. Menyadari sikapnya dia pun terkekeh, " Takutnya kamu marah dan meminta aku pergi Mel." Kemudian, tangannya menggenggam tanganku dengan bibir yang tersenyum senang. Terbesit rasa heran di benakku, apa rencananya? apa ini hanya akal-akalannya saja supaya aku bisa berada di dekatnya? Aku harus waspada, awas saja jika dia memiliki niat busuk. "Ya sudah aku lelah aku mau tidur." kataku lalu melepas genggaman t
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Sudah Ada Pendonor

"Semoga bisa." Sahut Mas Raka. Keadaan ibu yang masih syok membuat aku khawatir sehingga aku meminta ibu untuk istrahat di kamar VIP yang dibooking Mas Raka. "Ibu istirahat di kamar dulu ya." Bujukku. Awalnya ibu menolak tapi di sini kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, ayah juga masih belum boleh dijenguk. "Baiklah Mel." Ujar ibu. Setelah mengantar ibu aku dan Mas Raka kembali ke ruang ICU entah mengapa aku ingin selalu dekat dengan ayahku. Kami berdua membahas asuransi ayah kembali, aku cukup tahu jika tidak semua penyakit bisa dicover dengan asuransi itu. "Tenanglah Mel, aku yakin bisa. Kita cukup berdoa saja." Mas Raka selalu membujukku dengan kalimat itu sehingga membuat kekesalanku semakin menjadi, bagaimana aku bisa tenang! Segunung tagihan ada di depan mata jika saja asuransi itu ditolak! "Bagaimana aku bisa tenang Mas, jika asurasi itu ditolak apa kamu yang akan menanggung biaya ayah!" Aku sangat putus asa. Dia hanya diam, dan kediamannya itu aku anggap di
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Maafkan Aku

Mas Raka tersenyum menatapku, namun dibalik senyumnya aku justru melihat sesuatu yang lain. Matanya menyimpan kesedihan, raut wajahnya begitu sendu, ada apa? "Kamu kenapa sedih begitu Mas? apa tak suka ayah mendapatkan donor ginjal?" Seraut wajah kesal aku tunjukkan sekarang. "Mel kamu kok berpikiran seperti itu, Aku sangat senang ayah sembuh." Ucapnya lirih. Aku mencebirkan bibir, "Senang kok begitu ekspresinya gitu." Ujarku. Tatapannya semakin sendu, "Mel Mel, aku tak seburuk yang kamu kira, aku masih punya hati. Kalau aku tak sayang sama ayah mana mungkin aku disini." Ucapannya membuat aku menatapnya, lalu aku menghela nafas. Sudahlah mungkin aku yang terlalu berpikiran buruk padanya. "Ya udah nggak usah dibahas lagi." Aku berjalan menuju tempat tidurku, namun sebelumnya kuletakkan tasku di atas nakas terlebih dahulu. "Oh ya bukannya tadi kamu keluar Mas kenapa sudah kembali?" Kataku lalu merebahkan diri. "Urusannya sudah kelar jadi aku segera kembal
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Malaikat Tak Bersayap

Mas Raka memejamkan mata, air matanya terlihat mengalir. Melihatnya aku ingin malah ingin menangis, "Mas sudah jangan drama disini, aku sudah sedih memikirkan ayah tolong jangan buat aku sedih dengan tangismu." Kuhapus air mataku, lalu menatapnya. "Mel boleh aku memeluk kamu?" Aku memggeleng, dia sudah buat drama jadi aku tidak mau memeluknya. "Nggak mau." Dia tersenyum kecut dan mengangguk, "Baik Mel, nggak mau juga nggak Papa tapi jangan cemberut." Ucapnya lembut. "Kamu drama soalnya Mas!" Masih dengan tatapan kesalku. "Ya sudah aku berangkat ya, jaga diri baik-baik. Semoga operasi ayah berjalan lancar dan ayah sembuh seperti sedia kala." Ujarnya dengan tersenyum. "Kalau misal aku belum kembali, tolong sampaikan maafku untuk anak kita Mel." Sambungnya. "Anak kita masih belum paham permintaan maaf." Sahutku masih dalam mode kesal. "Iya Mel." Usai berucap demikian, Mas Raka meninggakan aku dengan tatapan sendu membuat dadaku tiba-tiba sakit. Ada apa? Air mat
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Lantas Siapa?

Sudah 3 jam berlalu namun lampu operasi masih terus menyala, Aku dan semua yang ada di sini semakin was-was takut hal buruk terjadi kepada ayahku. "Mel Kenapa operasinya lama sekali?" Ibuku sungguh ketakutan. Aku sendiri juga takut namun aku berusaha tenang, "Ibu biasanya operasi pencangkokan ginjal itu 2-5 jam." Untunglah aku sudah browsing sebelumnya jadi tahu perkiraan lamanya operasi pencangkokan ginjal. "Tapi ayah baik-baik saja kan Mel tidak akan terjadi apa-apa kan?" Ibu pun menangis. Aku hanya bisa berharap semua baik-baik saja, baik ayah maupun si pendonor ginjal untuk ayah. "Kita berdoa saja Bu." Bujukku. Entah berapa kali aku mondar-mandir di depan ruang operasi, sungguh aku sendiri juga takut. Satu jam kemudian kulihat lampu operasi telah padam, artinya operasi telah selesai. "Bagaimana operasinya dok?" saat dokter keluar aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan. "Operasinya berhasil, tapi pasien kini masih belum sadarkan diri." Jawab Dokter dengan wajah lel
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status