Share

Sudah Ada Pendonor

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 22:34:47
"Semoga bisa." Sahut Mas Raka.

Keadaan ibu yang masih syok membuat aku khawatir sehingga aku meminta ibu untuk istrahat di kamar VIP yang dibooking Mas Raka.

"Ibu istirahat di kamar dulu ya." Bujukku.

Awalnya ibu menolak tapi di sini kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, ayah juga masih belum boleh dijenguk.

"Baiklah Mel." Ujar ibu.

Setelah mengantar ibu aku dan Mas Raka kembali ke ruang ICU entah mengapa aku ingin selalu dekat dengan ayahku.

Kami berdua membahas asuransi ayah kembali, aku cukup tahu jika tidak semua penyakit bisa dicover dengan asuransi itu.

"Tenanglah Mel, aku yakin bisa. Kita cukup berdoa saja."

Mas Raka selalu membujukku dengan kalimat itu sehingga membuat kekesalanku semakin menjadi, bagaimana aku bisa tenang! Segunung tagihan ada di depan mata jika saja asuransi itu ditolak!

"Bagaimana aku bisa tenang Mas, jika asurasi itu ditolak apa kamu yang akan menanggung biaya ayah!" Aku sangat putus asa.

Dia hanya diam, dan kediamannya itu aku anggap di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
pasti Raka yg akan menjadi penyelamatnya ayah Amel
goodnovel comment avatar
Mega
apaakh Raka thor
goodnovel comment avatar
Nengg
kayanya raka yg jd pendonor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Maafkan Aku

    Mas Raka tersenyum menatapku, namun dibalik senyumnya aku justru melihat sesuatu yang lain. Matanya menyimpan kesedihan, raut wajahnya begitu sendu, ada apa? "Kamu kenapa sedih begitu Mas? apa tak suka ayah mendapatkan donor ginjal?" Seraut wajah kesal aku tunjukkan sekarang. "Mel kamu kok berpikiran seperti itu, Aku sangat senang ayah sembuh." Ucapnya lirih. Aku mencebirkan bibir, "Senang kok begitu ekspresinya gitu." Ujarku. Tatapannya semakin sendu, "Mel Mel, aku tak seburuk yang kamu kira, aku masih punya hati. Kalau aku tak sayang sama ayah mana mungkin aku disini." Ucapannya membuat aku menatapnya, lalu aku menghela nafas. Sudahlah mungkin aku yang terlalu berpikiran buruk padanya. "Ya udah nggak usah dibahas lagi." Aku berjalan menuju tempat tidurku, namun sebelumnya kuletakkan tasku di atas nakas terlebih dahulu. "Oh ya bukannya tadi kamu keluar Mas kenapa sudah kembali?" Kataku lalu merebahkan diri. "Urusannya sudah kelar jadi aku segera kembal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Malaikat Tak Bersayap

    Mas Raka memejamkan mata, air matanya terlihat mengalir. Melihatnya aku ingin malah ingin menangis, "Mas sudah jangan drama disini, aku sudah sedih memikirkan ayah tolong jangan buat aku sedih dengan tangismu." Kuhapus air mataku, lalu menatapnya. "Mel boleh aku memeluk kamu?" Aku memggeleng, dia sudah buat drama jadi aku tidak mau memeluknya. "Nggak mau." Dia tersenyum kecut dan mengangguk, "Baik Mel, nggak mau juga nggak Papa tapi jangan cemberut." Ucapnya lembut. "Kamu drama soalnya Mas!" Masih dengan tatapan kesalku. "Ya sudah aku berangkat ya, jaga diri baik-baik. Semoga operasi ayah berjalan lancar dan ayah sembuh seperti sedia kala." Ujarnya dengan tersenyum. "Kalau misal aku belum kembali, tolong sampaikan maafku untuk anak kita Mel." Sambungnya. "Anak kita masih belum paham permintaan maaf." Sahutku masih dalam mode kesal. "Iya Mel." Usai berucap demikian, Mas Raka meninggakan aku dengan tatapan sendu membuat dadaku tiba-tiba sakit. Ada apa? Air mat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lantas Siapa?

    Sudah 3 jam berlalu namun lampu operasi masih terus menyala, Aku dan semua yang ada di sini semakin was-was takut hal buruk terjadi kepada ayahku. "Mel Kenapa operasinya lama sekali?" Ibuku sungguh ketakutan. Aku sendiri juga takut namun aku berusaha tenang, "Ibu biasanya operasi pencangkokan ginjal itu 2-5 jam." Untunglah aku sudah browsing sebelumnya jadi tahu perkiraan lamanya operasi pencangkokan ginjal. "Tapi ayah baik-baik saja kan Mel tidak akan terjadi apa-apa kan?" Ibu pun menangis. Aku hanya bisa berharap semua baik-baik saja, baik ayah maupun si pendonor ginjal untuk ayah. "Kita berdoa saja Bu." Bujukku. Entah berapa kali aku mondar-mandir di depan ruang operasi, sungguh aku sendiri juga takut. Satu jam kemudian kulihat lampu operasi telah padam, artinya operasi telah selesai. "Bagaimana operasinya dok?" saat dokter keluar aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan. "Operasinya berhasil, tapi pasien kini masih belum sadarkan diri." Jawab Dokter dengan wajah lel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Siapa Orangnya?

    Sungguh semalaman Aku memikirkan hal ini, Siapa Malaikat tanpa sayap itu? yang rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah? Logikaku tak sampai ke sana akhirnya hanya mampu berpikiran mungkin ada hal baik yang pernah dilakukan Ayah di masa lalu sehingga hari ini Tuhan membalasnya dengan mendatangkan seorang malaikat. Meskipun sudah tidak memikirkan hal itu lagi nyatanya di pagi harinya aku menemui dokter untuk bertanya mengenai pendonor itu. "Dok sebenarnya siapa yang mendonorkan ginjal untuk ayah?" Tanyaku sembari menatap dokter. Dokter tersebut hanya tersenyum kemudian menggeleng, "Maaf pihak pendonor tidak ingin memberitahukan identitasnya Jadi kami tidak bisa memberikan info apapun." Ujar sang Dokter. Aku tak ingin menyerah bagaimanapun juga aku harus mengetahui siapa pendonor itu, setidaknya aku bisa mengucapkan terima kasih padanya. "Dok, tolonglah saya hanya ingin mengucapkan terima kasih." Bujukku dengan mengiba. Dokter tersebut tetap bersih Kukuh, agaknya peraturan tetaplah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa! Dijual?

    Mataku melebar, siapa? Kenapa bilang ini rumahnya? Perlahan aku membalikkan badan, ku lihat di ambang pintu berdiri seorang wanita yang tak kukenal. Seketika pikiranku melayang ke mana-mana, Apa mungkin wanita ini kekasih baru Mas Raka? Tanaman yang ku pegang pun terjatuh, lalu aku berjalan mendekat ke wanita itu. "Maaf kamu siapa? Kenapa ada di rumah ini?" tanyaku dengan menatapnya. "Aku pemilik rumah ini." Jawabnya dengan terus menatapku. Alisku mulai berkerut, tunggu! Bagaimana mungkin dia pemilik rumah ini? jelas-jelas ini adalah rumah Mas Raka. "Mohon maaf tapi ini adalah rumah saya." Mau nggak mau aku harus mengakui rumah ini adalah rumahku meskipun rumah ini telah mas Raka berikan kepada Renata. Kulihat wanita itu tersenyum, "Mungkin kamu pemilik rumah sebelumnya, karena baru dua hari yang lalu aku membeli rumah ini." Mataku kembali membulat, "Apa! Kamu sudah beli rumah ini? dari siapa?" tanyaku heran. Akhirnya wanita itu menjelaskan kalau dia membeli rum

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Raka Yang Ayah Lihat

    Kepalaku rasanya mau pecah, apalagi ini? kenapa semua membingungkan sekali? Arggggg... Kupegangi kepalaku lalu ku tarik nafas dalalm-dalam. "Tenang Amel, tenang." Kusemangati diriku sendiri. "Amel akan cari tahu Bu." Kataku tegas lalu bangkit. Tak ingin dalam situasi ini, aku dengan langkah lebar pergi ke resepsionis mencoba mencari informasi di sana. Aku menunjukkan kartu asuransi ayahku, dan bertanya-tanya mengenai operasi pencangkokan ginjal. Hal tak terduga kembali aku dapat, ternyata pihak asuransi tidak mengcover semua biaya operasi pencangkokan ginjal maupun biaya ruang inap VIP yang saat ini ayah dapatkan. Bahkan asuransi ayah tidak digunakan sama sekali. Deg Jika semua tanpa dicover asuransi, lantas siapa yang menanggungnya? Aku teringat kembali kata Mas Daffa, jika deposito nya ditolak karena semua biaya sudah dicover. Kira-kira siapa? Aku kembali bertanya tapi sedikit sekali informasi yang aku dapatkan, mereka hanya menginformasikan jika ada seseoran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mimpi Buruk

    Semalaman aku tak bisa tidur, pikiranku ramai dengan Mas Raka. Aku terus menghubungi suamiku itu, bahkan aku terus-terusan menghubungi nomor Renata yang aktif, tapi tak ada yang menjawabnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tak terasa air mataku mengalir, jika benar yang mendonorkan ginjal adalah Mas Raka, bagaimana keadaannya saat ini? apa dia baik-baik saja? Sebelum pagi datang, aku berjalan keluar. Aku ingin mencari tahu perihal si pendonor itu. Sungguh aku seperti detektif saja, pagi buta sudah mengintai dokter maupun suster yang menjalankan tugas mereka. "Aku harus bagaimana?" Aku bergumam sendiri. Hingga matahari keluar, tak ada apapun yang aku temukan. Sehingga aku kembali ke ruang inap ayah dengan rasa kecewa. Pagi itu apa Mama Mas Raka menghubungiku, beliau meminta aku untuk mengantarnya ke kantor, Mama ingin meminta penjelasan dari pihak kantor terkait kepergian mas Raka keluar negeri. "Firasat Mama sangat tidak baik Mel." Wanita itu menangis saat aku sampai di ruma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak....

    "Apa maksud kamu Mas?" kutatap Mas Daffa yang juga menatapku. Mas Daffa tersenyum lalu melempar ke tatapannya ke depan. "Aku hanya takut jika kamu kembali lagi sama Raka." Ujarnya lirih.Senyuman kulempar, "Aku tidak ada niatan untuk kembali padanya Mas." "Meskipun dia nanti datang dan bilang jika dialah pendonor ginjal Ayah kamu?" Ucapan Mas Daffa membuat aku terdiam, aku tak tahu harus merespon apa. "Kenapa kamu hanya diam Mel?" kembali Mas Daffa bertanya. Kutatap Mas Daffa nanar. Jujur aku tak pernah berpikiran kembali lagi kepada mas Raka tapi..... Aku segera menggeleng, lagipula tidak mungkin Mas Raka yang mendonorkan ginjal untuk ayah, semua ini masih praduga dan aku juga masih mengaitkan dengan hal lainnya. "Sudahlah mas Jangan berpikiran terlalu jauh, lagi pula belum tentu juga Mas Raka yang mendonorkan ginjalnya untuk ayah, aku tadi juga ke kantornya rekan kerjanya bilang kalau Mas Raka memang ke luar negeri." Aku mengelus punggung Mas Daffa. "Aku berharap malaikat it

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Salah Paham

    Apa yang dia katakan? siapa yang berkhianat? Igauan Mas Raka membuat aku berpikir keras. Hingga kulihat air matanya mengalir. "Mas ada apa?" Kuhapus air matanya. Sepanjang malam aku memeluknya, mengabaikan aroma alkohol yang menempel di tubuhnya. Keesokan paginya, aku merasakan sebuah pergerakan, kulihat tangan Mas Raka memegangi kepalanya. "Mas kamu sudah bangun?" Aku segera bangkit. Tanpa berkata apa-apa dia turun dari tempat tidur. "Mas istirahat lah jika masih pusing." Tubuhnya sempoyongan kutahu dia masih pusing. Aku turut turun dari tempat tidur untuk mengejarnya, tapi dia sudah masuk ke dalam kamar mandi. Brak Sebelum aku masuk dia sudah menutup pintu dengan keras, kucoba membuka pintu tapi dia menguncinya. "Mas, ijinkan aku masuk." Ku gedor pintunya namun dia tidak kunjung membukanya. Melihat sikapnya aku sangat sedih, apa salahku? kenapa dia begini? Dan tentang igauannya semalam, apa maksdunya? Aku menunggunya dengan duduk di tepi ranjang, beberapa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa Kamu Tega

    Di kamar kulihat dia sudah berbaring dan terpejam, kembali aku merasakan dejavu. Aku duduk di sisinya kemudian kupanggil dia. "Mas kenapa nggak ganti baju dulu?" Dia membuka matanya kemudian menatapku tajam. " Aku hanya ingin tidur." Ujarnya dingin. Kalimat, sikapnya benar-benar persis dengan Mas Raka yang dulu. Air mataku mengalir, asusmsi buruk hinggap di kepalaku. Apa dia memiliki wanita lagi? "Sudahlah." Aku memberingkan tubuh di sampingnya. Meski tak bisa tidur aku memaksa mataku untuk terpejam hingga akhirnya aku terlelap. Keesokannya saat aku membuka mata, tak kutemui dia. Saat aku turun tak ketemukan mobilnya. Apa masih ada masalah di kantor? Hatiku bergejolak, darahku rasanya mendidih. Kutelpon Daniel. "Apa yang kamu lakukan? bukankah kita sudah sepakat?" Daniel tak banyak berkomentar, dia meminta aku untuk menemuinya di kantor Ingin segera tahu apa yang Daniel perbuat, aku segera datang ke kantornya. Dengan amarah kulangkahkan kaki masuk gedung perka

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ada Apa Denganmu?

    Sontan permintaan Mas Raka membuat aku membeku, bagaimana mungkin dia meminta video call saat aku dan Daniel bersama. "Sayang." Mas Raka memanggilku. "Halo Mas, halo signalnya jelek. Nanti aku telpon balik ya." Tut tut tut aku memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Entah bagaimana nantinya, yang penting kali ini aku terbebas dari Mas Raka sejenak. "Ayo, waktuku tak lama." Suara dingin Daniel terdengar. Daniel nampak kesal karena panggilan tadi menghambat waktunya. "Maaf Pak Daniel suami saya..." Belum sempat melanjutkan kataku Daniel sudah berjalan meninggalkan aku. "Matikan ponselmu!" Titahnya. Ucapannya benar apa lebih baik aku mematikan ponselku agar Mas Raka tidak bisa menghubugiku dulu. Kini kami masuk ke dalam toko perhiasan, dua pelayan menghampiri kami. "Kami mencari cincin kawin." Kataku sambil menatap dua pelayan itu. "Mari silahkan." Dengan ramah mereka menuntun kami etalase khusus cincin kawin. Beragam cincin indah terpajang, mulai bat

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ada yang Aneh

    Kutatap Mas Raka dengan lekat, kemudian kuambil ponselku kembali. "Apa yang aku sembunyikan Mas? aku tidak menyembunyikan apa-apa." Cicitku pelan-pelan. Kulihat dia menghela nafas, "Maaf Sayang mungkin karena banyak kerjaan jadi aku terlalu membesarkan masalah." Ujarnya lalu dia pergi ke kamar mandi. Segera aku menghapus pesan dari Daniel dan Renata,. aku tidak akan menyisakan kecurigaan sedikit pun. Aku juga menghapus kata sandi ponsel. Ternyata begini rasanya jika memiliki suami yang sudah mulai peduli hal kecil. Setelah Mas Raka keluar dari kamar mandi, aku memeluknya meminta maaf atas masalah tadi. "Sudah aku hapus sandinya Mas, kalau kamu butuh apa-apa dari ponselku bisa langsung kamu ambil." Kupeluk erat suamiku itu. Aku dan dia sudah lama tidak bertengkar jadi sedikit saja masalah yang datang membuat aku takut. "Maafkan aku sayang, hari ini banyak sekali customer yang booking hotel, bahkan sampai menolak tamu." Dia melepas pelukanku. "Iya Mas." Sahutku. #####Malam

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Berubah

    "Mas kamu sarapan di hotel apa di rumah?" Tanyaku sambil membantunya memakai dasi. "Maaf sayang sepertinya aku sarapan di hotel, pagi ini aku harus briefing pegawai." Ujarnya. "Ya sudah." Sahutku kemudian mengambil tas jinjingnya. Saat aku mengambil tasnya tiba-tiba tangan suamiku menyusup masuk dan menyabuk di perutku. "Maaf sayang, besok setelah keadaan hotel sudah normal aku akan sarapan di rumah." Bisiknya. Mendengar ucapannya tentu aku tersenyum, aku tidak masalah jika dia sarapan di hotel. "Nggak papa Mas." Aku melepas pelukannya. "Sudah ayo berangkat, nanti keburu telat." Kataku lalu merangkul lengannya. Setelah Mas Raka berangkat, aku mendapatkan pesan dari Daniel, pria itu meminta aku untuk datang ke kantornya. Ku lempar ponselku, entah apa maunya. "Bukankah dia dan Renata akan menikah? untuk apa lagi menghubungiku?" Gerutuku kesal. Meskipun begitu aku tetap mengikuti keinginanya. Singkat cerita aku telah tiba di kantor Daniel, saat aku keluar ternyata ada

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Telah Menepati Janji

    Di perjalanan pulang dari rumah Renata aku menghubungi Daniel, aku mengatakan jika Renata setuju menikah dengannya.Ternyata dia yang dingin itu langsung menelponku. "Kamu pasti berbohong." Kata itu yang aku dengar saat aku menerima panggilannya. "Terserah kamu percaya apa tidak," sahutku kesal.Pria itu kemudian mengajakku untuk bertemu di kantornya dia ingin membahas masalah Renata lebih lanjut lagi. Aku pun menyetujuinya lalu meminta sopir putar balik. Kini aku berada di ruangan Daniel, dia mengambilkan aku minuman dinginnya. "Minumlah!" Titahnya. Aku tahu pria ini sangat senang tapi entah mengapa wajahnya masih saja datar suaranya juga masih dingin sehingga membuat aku kesel sendiri. "Iya."Aku yang haus segera meminum minumannya sampai tandas. Grrrrkkk, aku malah sendawa dengan keras. "Ups maaf Pak Daniel." Kutatap pria itu. "Tak masalah." Ujar Daniel. "Lalu apa rencanamu?" tanyanya kemudian. Sejauh ini aku masih belum memiliki rencana untuk mereka namun karena Daniel s

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku Berhasil

    Aku segera mengambil ponselku, lalu meletakkannya kembali."Dari siapa sayang? kenapa namanya kuda nil?" Mas Raka nampak bingung."Temanku," jawabku dengan was-was.Mas Raka tersenyum kemudian merangkulku, "Kamu tuh ya, seorang teman malah dinamai kuda nil." Mas Raka terlihat menggelengkan kepala."Habisnya badannya besar seperti kuda nil," sahutku sambil tertawa juga.Tak ingin Mas Raka tertanya lebih aku segera mengajaknya turun. Setelah makan kami di ajak mengobrol oleh Papa dan Mama."Ada apa Pa?" Tanya Mas Raka dengan tatapan heran. "Papa dengan omset menurun drastis, sana sini banyak rumor buruk, kinerja kamu itu gimana?" Pertanyaan Papa membuat Mas Raka menghela nafas, kutahu dia tidak akan menceritakan yang sesungguhnya kepada sang Papa. "Raka akan kerja keras lagi Pa." Hanya kata semangat itu yang dia ucapkan. Papa meminta Mas Raka untuk menjaga baik-baik hotel itu karena bagaimanapun juga itu hotel beliau rintis sejak muda. "Jangan sampai bangkrut Raka, Papa mohon." Te

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kuda Nil Memanggil

    Seperti kemarin aku datang lagi ke rumah Renata, saat menemuiku Renata sudah menunjukkan ekspresi tak suka. "Mau apa lagi kamu kemari?" Tanyanya sinis. "Apa sudah kamu pikirkan ucapanku kemarin?" Tanpa menjawab aku justru melemparkan pertanyaan. Dia tertawa kemudian bilang ke aku jika Daniel memintanya untuk tidak menggubris ucapanku. Tentu aku melongo, apa maunya kuda nil itu! jelas-jelas dia memintaku untuk membujuk Renata tapi mengapa dia malah berkata demikian? "Dia bicara begitu?" tanganku sontak mengepal. "Iya, lagipul kak Daniel akan selalu menyayangiku selamanya, dia akan menuruti semua kemauan ku termasuk membuat kalian menderita!" Renata tertawa bahagia sementara aku kekesalan menggerogoti hatiku. "Yakin? manusia itu gampang berubah sekarang bilang akan selalu menyayangi tapi entah besok." Agaknya ucapanku mengundang perhatiannya, sehingga Renata menatapku tajam. "Aku yakin sama Kak Daniel." Ujarnya. "Dulu kamu juga yakin sama Mas Raka bukan?" Raut wajah Renata be

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Membujuk Dengan Lembut

    Esok harinya setelah Mas Raka berangkat ke kantor, aku pergi menemui Renata di rumahnya. Mengetahui kedatanganku Renata sangat terkejut. "Amel! bagaimana kamu tahu rumahku?" Dia menatapku tajam. "Tidak penting aku tahu darimana." Ujarku yang juga menatapnya. Dia duduk di sofanya yang lain, "Apa maumu?" Masih dengan tatapan yang sama. "Aku ingin bicara Renata." Sahutku. "Bicara apa?" Tanyanya dengan dingin. Aku menghela nafas, kalau bukan demi Mas Raka aku tidak mungkin mau menemuinya, soal penculikan waktu itu saja masih ku ingat bahkan masih jadi ketakutanku "Mari kita akhiri dendam ini." Kutatap dia dengan lekat. "Enak saja, aku menderita setelah Raka menceraikan aku dan kini kamu ingin aku mengakhiri ini?" Dia mendengus kesal. Dia pikir hanya dia saja yang menderita, aku jauh lebih parah. Ingin sekali aku pergi tapi aku harus berhasil membujuknya atau kakaknya akan menghancurkan bisnis keluargaku. "Kita sudah mendapatkan karma kita masing-masing Renata, kamu m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status