Share

Siapa Orangnya?

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-02-18 09:09:10

Sungguh semalaman Aku memikirkan hal ini, Siapa Malaikat tanpa sayap itu? yang rela mendonorkan ginjalnya untuk ayah?

Logikaku tak sampai ke sana akhirnya hanya mampu berpikiran mungkin ada hal baik yang pernah dilakukan Ayah di masa lalu sehingga hari ini Tuhan membalasnya dengan mendatangkan seorang malaikat.

Meskipun sudah tidak memikirkan hal itu lagi nyatanya di pagi harinya aku menemui dokter untuk bertanya mengenai pendonor itu.

"Dok sebenarnya siapa yang mendonorkan ginjal untuk ayah?" Tanyaku sembari menatap dokter.

Dokter tersebut hanya tersenyum kemudian menggeleng, "Maaf pihak pendonor tidak ingin memberitahukan identitasnya Jadi kami tidak bisa memberikan info apapun." Ujar sang Dokter.

Aku tak ingin menyerah bagaimanapun juga aku harus mengetahui siapa pendonor itu, setidaknya aku bisa mengucapkan terima kasih padanya.

"Dok, tolonglah saya hanya ingin mengucapkan terima kasih." Bujukku dengan mengiba.

Dokter tersebut tetap bersih Kukuh, agaknya peraturan tetaplah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
nah Lo...siapa tuh??
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
penasaran nih, kira² siapa ya ???
goodnovel comment avatar
Mega
itu siapa thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa! Dijual?

    Mataku melebar, siapa? Kenapa bilang ini rumahnya? Perlahan aku membalikkan badan, ku lihat di ambang pintu berdiri seorang wanita yang tak kukenal. Seketika pikiranku melayang ke mana-mana, Apa mungkin wanita ini kekasih baru Mas Raka? Tanaman yang ku pegang pun terjatuh, lalu aku berjalan mendekat ke wanita itu. "Maaf kamu siapa? Kenapa ada di rumah ini?" tanyaku dengan menatapnya. "Aku pemilik rumah ini." Jawabnya dengan terus menatapku. Alisku mulai berkerut, tunggu! Bagaimana mungkin dia pemilik rumah ini? jelas-jelas ini adalah rumah Mas Raka. "Mohon maaf tapi ini adalah rumah saya." Mau nggak mau aku harus mengakui rumah ini adalah rumahku meskipun rumah ini telah mas Raka berikan kepada Renata. Kulihat wanita itu tersenyum, "Mungkin kamu pemilik rumah sebelumnya, karena baru dua hari yang lalu aku membeli rumah ini." Mataku kembali membulat, "Apa! Kamu sudah beli rumah ini? dari siapa?" tanyaku heran. Akhirnya wanita itu menjelaskan kalau dia membeli rum

    Last Updated : 2025-02-18
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Raka Yang Ayah Lihat

    Kepalaku rasanya mau pecah, apalagi ini? kenapa semua membingungkan sekali? Arggggg... Kupegangi kepalaku lalu ku tarik nafas dalalm-dalam. "Tenang Amel, tenang." Kusemangati diriku sendiri. "Amel akan cari tahu Bu." Kataku tegas lalu bangkit. Tak ingin dalam situasi ini, aku dengan langkah lebar pergi ke resepsionis mencoba mencari informasi di sana. Aku menunjukkan kartu asuransi ayahku, dan bertanya-tanya mengenai operasi pencangkokan ginjal. Hal tak terduga kembali aku dapat, ternyata pihak asuransi tidak mengcover semua biaya operasi pencangkokan ginjal maupun biaya ruang inap VIP yang saat ini ayah dapatkan. Bahkan asuransi ayah tidak digunakan sama sekali. Deg Jika semua tanpa dicover asuransi, lantas siapa yang menanggungnya? Aku teringat kembali kata Mas Daffa, jika deposito nya ditolak karena semua biaya sudah dicover. Kira-kira siapa? Aku kembali bertanya tapi sedikit sekali informasi yang aku dapatkan, mereka hanya menginformasikan jika ada seseoran

    Last Updated : 2025-02-19
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mimpi Buruk

    Semalaman aku tak bisa tidur, pikiranku ramai dengan Mas Raka. Aku terus menghubungi suamiku itu, bahkan aku terus-terusan menghubungi nomor Renata yang aktif, tapi tak ada yang menjawabnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tak terasa air mataku mengalir, jika benar yang mendonorkan ginjal adalah Mas Raka, bagaimana keadaannya saat ini? apa dia baik-baik saja? Sebelum pagi datang, aku berjalan keluar. Aku ingin mencari tahu perihal si pendonor itu. Sungguh aku seperti detektif saja, pagi buta sudah mengintai dokter maupun suster yang menjalankan tugas mereka. "Aku harus bagaimana?" Aku bergumam sendiri. Hingga matahari keluar, tak ada apapun yang aku temukan. Sehingga aku kembali ke ruang inap ayah dengan rasa kecewa. Pagi itu apa Mama Mas Raka menghubungiku, beliau meminta aku untuk mengantarnya ke kantor, Mama ingin meminta penjelasan dari pihak kantor terkait kepergian mas Raka keluar negeri. "Firasat Mama sangat tidak baik Mel." Wanita itu menangis saat aku sampai di ruma

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak....

    "Apa maksud kamu Mas?" kutatap Mas Daffa yang juga menatapku. Mas Daffa tersenyum lalu melempar ke tatapannya ke depan. "Aku hanya takut jika kamu kembali lagi sama Raka." Ujarnya lirih.Senyuman kulempar, "Aku tidak ada niatan untuk kembali padanya Mas." "Meskipun dia nanti datang dan bilang jika dialah pendonor ginjal Ayah kamu?" Ucapan Mas Daffa membuat aku terdiam, aku tak tahu harus merespon apa. "Kenapa kamu hanya diam Mel?" kembali Mas Daffa bertanya. Kutatap Mas Daffa nanar. Jujur aku tak pernah berpikiran kembali lagi kepada mas Raka tapi..... Aku segera menggeleng, lagipula tidak mungkin Mas Raka yang mendonorkan ginjal untuk ayah, semua ini masih praduga dan aku juga masih mengaitkan dengan hal lainnya. "Sudahlah mas Jangan berpikiran terlalu jauh, lagi pula belum tentu juga Mas Raka yang mendonorkan ginjalnya untuk ayah, aku tadi juga ke kantornya rekan kerjanya bilang kalau Mas Raka memang ke luar negeri." Aku mengelus punggung Mas Daffa. "Aku berharap malaikat it

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Dia Yang Mendonorkan Ginjalnya

    Air mataku merembes keluar, tubuhku mematung menyaksikan ketidakberdayaan pasien itu. Ventilator menempel di hidungnya begitu pula alat-alat medis lainnya. Sungguh gak kebayang betapa sakitnya dia. "Mas Raka, itu bukan kamu kan?" Kutatap lekat pasien itu. Aku menggeleng, meski aku melihat Mas Raka di depanku namun aku masih menolak itu adalah dirinya. Mas Raka saat ini sedang dinas diluar negeri, dia tidak mungkin berbaring tak berdaya seperti ini. "Tidak! dia tidak mungkin Mas Raka!" Sangkalku. Namun sekeras apapun aku menyangkal pasien itu tetaplah Mas Raka, suami yang kubenci. Aku berdiri di sisinya dengan air mata yang terus jatuh. Kenapa dia melakukan semua ini? Saat bersamaan seorang perawat masuk, perawat itu sangat terkejut. "Kamu siapa? apa yang kamu lakukan disini?" "Dia suami saya sus." Ujarku. Meskipun aku sudah menjelaskan namun perawat itu tetap membawaku keluar, perawat itu menjelaskan tidak boleh asal masuk ruang ICU karena pasien yang di ruang ICU ren

    Last Updated : 2025-02-20
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kamu Harus Kuat

    Aku terus menangis ingin rasanya aku peluk tubuhnya yang tak berdaya itu, seperti yang dia inginkan beberapa waktu lalu. Namun tidak bisa, karena sedikit saja tindakanku bisa membuat keadaannya parah. "Mas, bukankah waktu itu kamu ingin memelukku? Jika kamu tidak bangun bagaimana bisa kamu melakukannya?" Aku terus berbicara berharap dia mendengarkan ucapanku tapi tubuhnya tak memberikan reaksi apapun, hanya suara alat medis yang kudengar. Belum puas aku bersamanya suster sudah masuk dan memintaku untuk keluar. Tubuhku berontak, lalu mengatakan jika aku ingin lebih lama lagi namun keinginanku ditolak mentah-mentah, suster tersebut dengan tegas mengatakan jika aku bersikeras maka akan berakibat fatal pada pasien. "Saya sudah berbaik hati mengijinkan anda masuk jadi tolong jangan persulit saya lagipula keadaan pasien masih kritis tolong mengerti!" Tak ada yang bisa aku lakukan selain menurut apa yang dikatakan oleh suster tersebut, selesai melepas pakaian khusus aku keluar. I

    Last Updated : 2025-02-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Salah Sangka

    Aku berlari mendekat ke arah suster tersebut, tanpa tau siapa yang meninggal aku langsung saja memeluk erat tubuh kaku itu. "Mas Kenapa kamu pergi secepat ini?" teriakku histeris. "Aku belum mengucapkan Terima kasih Mas! Mas Raka!" Suster mencoba menenangkan aku tapi aku memarahinya, "Suster jangan menghalangi saya untuk memeluknya!" "Iya tapi jenazah bukan...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya aku sudah menyela. "Tolong ijinkan aku memeluk suami saya." Pintaku. Kemudian kudengar suster itu menghela nafas. Hingga suara Dokter aku dengar. "Nona, apa yang anda lakukan?" Segera aku melepas pelukanku, lalu menatap dokter tersebut. Aku mengerutkan alis, sudah jelas aku terpukul atas kematian mas Raka tapi kenapa dokter malah bertanya? "Tentu saya menangisi kepergian Suami saya Dok? Sambil terus menatapnya. Bukannya Iba dan turut berduka cita dokter itu malah tersenyum menatapku. "Maaf Nona anda salah menduga, dia bukan suami anda." Ujar Dokter sambil membuka pe

    Last Updated : 2025-02-21
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Keajaiban

    Sepulang dari rumah sakit jiwa aku kembali ke rumah sakit, begitu sampai aku langsung pergi ke ruang ICU. Kali ini aku benar-benar ingin melihat Mas Raka. Aku mengindahkan pesan dokter sebelumnya yang melarang aku untuk membesuk namun keinginan hatiku kali ini tidak bisa dicegah. "Sus ijinkan saya masuk, saya ingin menjenguk suami saya." pintaku pada suster yang kebetulan ingin memeriksa disana. "Mohon maaf tapi untuk saat ini keluarga pasien dilarang membesuk." Jelas suster itu. Aku kembali memohon, dan membujuknya bahkan untuk meyakinkan suster itu aku sampai menangis. Entah ini air mata sedih atau air mata akting namun yang jelas suster terlihat bingung. Raut wajah Suster itu berubah kemudian dia menatapku. Sesaat kemudian kulihat dia menghela nafas. "Baiklah tapi jangan lama-lama, cukup sebentar saja. Aku takut dokter mengecek ke sini dan melihat kamu berada di dalam." Pesan suster itu. Senyuman merekah di bibirku. Aku mengangguk paham lalu dengan senang masuk ke dal

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status