Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pelakormu vs Aku: Chapter 51 - Chapter 60

91 Chapters

Bab 53: Peran Seorang Ibu

Antonio berdiri di depan pintu kamar Anjani, menarik napas dalam-dalam. Kamar itu terlihat sunyi, hanya ada cahaya temaram dari lampu tidur yang memancarkan warna lembut. Ia menatap Kartini, mencoba menjelaskan hal yang harus dilakukan. “Kartini,” ucap Antonio pelan, suaranya penuh ketenangan tetapi juga tekanan emosional. “Kadita biasanya punya cara tertentu saat berbicara dengan Anjani. Dia memanggilnya ‘sayang kecilku’ dengan nada lembut. Tapi belakangan, kadang dia hanya singkat memanggil ‘Anjani’. Kalau Anjani bicara, Kadita... lebih sering tidak mendengarkan.” Kartini mengerutkan alis. “Tidak mendengarkan? Tapi bagaimana bisa seorang ibu... tidak memberikan perhatian sepenuhnya?” Antonio menghela napas, menatap pintu kamar dengan tatapan kosong. “Itulah Kadita. Anjani terlalu kecil untuk memahami kekurangan ibunya. Dia hanya tahu bahwa dia rindu. Dan malam ini, kamu harus menjadi seseorang yang bisa menghapus kerin
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 54: Malam yang Intens

Di ruang tamu yang megah dengan cahaya lampu gantung kristal yang memantulkan sinar lembut, Antonio berdiri di dekat jendela besar, memandangi gelapnya malam. Kartini duduk di sofa panjang, merasa canggung dengan situasi yang tidak biasa ini. Jam dinding menunjukkan pukul 1 malam, dan ia ingin segera pulang. “Pak, terima kasih atas semuanya. Tapi saya rasa saya harus pulang sekarang,” ucap Kartini pelan, suaranya terdengar gugup. Antonio berbalik, menatap Kartini dengan pandangan tajam tapi tenang. “Kartini, ini sudah terlalu larut. Apa yang akan orang pikirkan jika mereka melihatmu pulang tengah malam? Tetangga, keluargamu—apa mereka tidak akan menghakimi?” Kartini terdiam, merasa kata-kata Antonio masuk akal. “Tapi, Pak, saya tidak nyaman berada di rumah orang lain terlalu lama. Lagipula, saya sudah selesai membantu.” Antonio berjalan perlahan ke arah meja kecil, menuangkan segelas anggur untuk dir
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 55: Dingin yang Memabukkan

Di ruang tamu yang luas dengan lampu temaram, Antonio berdiri di dekat jendela besar, menggenggam gelas anggur yang hampir kosong. Ia menatap keluar, melihat cahaya bulan yang samar-samar memantulkan bayangannya di kaca. Namun, pikirannya jauh dari pemandangan malam yang indah itu. Di sofa panjang, Kartini tidur dengan posisi miring, tubuhnya yang mungil tampak tenggelam dalam sofa empuk itu. Wajahnya yang polos saat terlelap memancarkan ketenangan yang membuat dada Antonio berdebar tak menentu. “Apa ini?” pikir Antonio sambil memandang wanita itu. “Kenapa aku... begini?” Ia menelan sisa anggurnya perlahan, mencoba mengabaikan debaran yang semakin kuat di dadanya. Kartini, wanita sederhana yang begitu berbeda dari semua orang di sekitarnya, entah bagaimana telah mencuri perhatiannya tanpa ia sadari. Antonio meremas gelas anggurnya sedikit, menatap Kartini dengan sorot mata yang sulit
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 56: Akhir Sebuah Ikatan

Di ruang sidang yang besar dan dingin, suasana begitu tegang. Kartini duduk di meja penggugat dengan wajah yang tegar meski jantungnya berdegup kencang. Dita, iparnya, duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Kartini erat-erat untuk memberikan dukungan. Di belakang mereka, Mahen, saudara Bastian, berdiri sebagai saksi yang siap memberikan pernyataan. Di sisi lain, kursi yang seharusnya diisi oleh Bastian kosong. Ketidakhadirannya seolah menunjukkan ketidakpeduliannya, tetapi bagi Kartini, itu justru menjadi bukti nyata dari sikap Bastian selama ini. Hakim mengetuk palu tiga kali, membuka persidangan dengan nada tegas. "Sidang perceraian antara penggugat, Kartini, dan tergugat, Bastian, dimulai. Apakah kedua belah pihak hadir?" Pengacara Kartini berdiri. "Yang Mulia, penggugat hadir bersama saksi-saksi, namun tergugat tidak hadir." Hakim menghela napas, matanya menatap kosong kursi kosong di sisi tergu
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 57: Titik Akhir Di Rumah Lama

Langit senja perlahan berganti gelap ketika Kartini tiba di rumah, ditemani Dita dan Mahen. Hatinya masih berat, tetapi ia tahu, ini adalah babak baru yang harus ia jalani demi dirinya dan anak-anaknya. Dengan langkah mantap, ia memasuki rumah itu, membawa selembar dokumen yang telah meresmikan kebebasannya. Di ruang tamu, Bastian duduk santai sambil menggulir layar ponselnya. Melihat Kartini pulang, ia langsung berdiri, raut wajahnya tampak angkuh seperti biasa. "Tumben pulang rame-rame? Ada apa ini?" tanyanya dengan nada meremehkan. Tanpa berkata apa-apa, Kartini melemparkan amplop berisi surat cerai ke meja di depannya. Surat itu terhempas dengan bunyi kecil, tetapi dampaknya besar. "Itu surat cerai yang sudah disahkan hakim," kata Kartini, suaranya tegas meski matanya memerah. "Aku dan anak-anak sudah resmi lepas darimu." Bastian terpaku. la mengambil surat itu dan membaca dengan mata terbelalak. "Apa-apaan ini? Kau pikir kau bisa melangkah begitu saja tanpa izinku?" "Hakim y
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 58: Sebuah Awal yang Baru

Kartini duduk di ruang tamu rumah Mahen dan Dita, ditemani segelas teh hangat yang disajikan Dita. Anak-anaknya bermain di sudut ruangan, suara tawa kecil mereka terdengar lirih, tetapi Kartini tahu itu adalah suara kebebasan—suara yang tak pernah ia dengar selama bertahun-tahun di rumah lama. "Kak Kartini, kami benar-benar minta maaf," kata Dita dengan penuh rasa bersalah. "Aku dan Mahen seharusnya dari dulu membantumu melawan semua ketidakadilan itu. Kami terlalu takut pada Bastian dan... ibu." Kartini menggenggam tangan Dita dengan lembut. "Dita, jangan seperti itu. Aku justru bersyukur punya kalian. Kalian yang akhirnya memberiku keberanian untuk melangkah." Mahen, yang duduk di sofa seberang, mengangguk mantap. "Sekarang tugas kami memastikan kamu bisa berdiri tegak lagi, Kartini. Rumah ini rumahmu juga. Anggap saja tempat ini sebagai batu loncatan sebelum kamu menemukan tempat yang baru." Kartini tersenyum, matanya be
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 59: Mengejutkan

Empat hari setelah tawaran Antonio, Mahen dan Dita membantu Kartini pindah ke apartemen yang disediakan. Mobil mereka penuh dengan barang-barang Kartini dan anak-anaknya, meskipun sebagian besar hanyalah pakaian dan perabotan kecil. Setelah perjalanan singkat, mereka tiba di gedung apartemen yang dimaksud. Bangunan itu menjulang megah, dengan fasad kaca yang memantulkan cahaya matahari sore. Satpam menyambut mereka dengan ramah, memberikan arahan ke resepsionis, di mana seorang staf memberikan kunci cadangan. "Ibu Kartini, ini kunci sementara untuk unit Anda. Kunci utama masih dipegang Pak Antonio, beliau akan mengantarkannya langsung setelah rapat selesai," ujar staf itu sopan. Dita dan Mahen saling bertukar pandang, takjub dengan pelayanan yang begitu profesional. --- Saat pintu apartemen terbuka, mereka semua terpana. Ruangan itu luas, dengan lantai marmer yang mengilap, dinding bercat putih gading di
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 60: Ketegangan di Tengah Malam

Ruangan apartemen terasa hening, hanya terdengar suara AC yang berhembus lembut. Kartini melirik jam dinding lagi, menunjukkan pukul 11 malam. Dita dan Mahen sudah pamit pulang sejam yang lalu, dan anak-anaknya sudah tertidur pulas di kamar tidur utama. Ia duduk di sofa ruang tamu, mencoba menenangkan pikirannya yang terus bergelayut tentang apartemen ini. Baru saja rasa kantuk mulai menyerang, tiba-tiba terdengar suara pintu utama yang berusaha dibuka dari luar. Kartini langsung tegang, jantungnya berdegup kencang. Siapa yang datang malam-malam begini? Ia segera bangkit, menatap ke arah pintu dengan waspada. Ketika pintu terbuka perlahan, muncul sosok Antonio. Ia mengenakan kemeja biru tua yang lengannya digulung hingga siku. Di tangannya tergantung beberapa kantong plastik berisi makanan. Wajahnya terlihat tenang, tetapi mata tajamnya langsung menatap ke arah Kartini yang berdiri canggung di ruang tamu. "Maaf, saya terlambat," ucap Anto
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 61: Menghindar dan Berhadapan Langsung

Hari-hari di kantor berubah menjadi penuh kecanggungan bagi Kartini. Setelah malam itu, ia tak bisa menghapus momen ketika Antonio mencium keningnya. Bukan hanya karena perasaan asing yang muncul, tetapi juga karena kebingungan besar tentang apa maksud dari tindakan pria itu. Setiap kali ia melangkah di koridor kantor, mendengar suara langkah berat Antonio dari kejauhan saja sudah membuat jantungnya berdebar. Begitu Antonio memanggilnya ke ruangannya, ia selalu mencari alasan untuk menghindar. Terkadang pura-pura sibuk dengan pekerjaannya, terkadang meminta rekan kerjanya untuk menyampaikan pesan bahwa ia sedang berada di luar ruangan. Namun, ketika panggilan itu bersifat penting, seperti rapat besar bersama tim atau klien, Kartini tak punya pilihan selain hadir. Meski begitu, ia selalu duduk sejauh mungkin dari Antonio, menghindari tatapan pria itu, dan berbicara seperlunya saja. --- Antonio mulai menyadari perub
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 62: Antonio yang Dimabuk Cinta

Ruangan itu sunyi, hanya ada suara anggur yang dituangkan perlahan ke dalam gelas kristal Antonio. Di tengah kesunyian yang menenangkan itu, matanya yang tajam tak berhenti menatap ke depan, kosong dan dalam, meskipun pikirannya penuh akan satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang. Kartini. Wanita yang telah meresap ke setiap celah pikirannya, merubah segala sesuatu tanpa ia sadari. “Siapkan kanvasnya,” suara Antonio terdengar tegas, namun ada kelembutan yang samar di dalamnya, sebuah perasaan yang tidak biasa. Pelukis yang ada di hadapannya mengangguk cepat, mengetahui betul apa yang harus dilakukan. Ini bukan gambaran biasa, bukan sekadar lukisan untuk memenuhi waktu. Ini adalah lukisan tentang wanita yang kini menguasai hati Antonio, wanita yang tak bisa lepas dari pikirannya. Pelukis itu duduk, menyiapkan alatnya, namun Antonio tak langsung berbicara. Ia mengangkat gelas anggurnya, meneguknya dengan tenang, matanya tetap lurus ke depan, seolah berbic
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status