Antonio berdiri di hadapan lukisan yang baru selesai dikerjakan, matanya yang tajam menatap lukisan itu dengan penuh perhatian, seolah meneliti setiap detail. Suasana di ruangan itu hening, hanya ada suara detakan jam dinding yang berirama pelan, menandakan betapa tenangnya hati Antonio, meskipun sebetulnya hatinya bergejolak. Lukisan itu memancarkan keanggunan yang begitu kuat, dengan Kartini yang terlukis begitu sempurna—matanya yang tajam, tubuhnya yang penuh dengan lekuk elegan, dan gaun merah marunnya yang tampak melilit indah di tubuhnya. Setiap detail dalam lukisan itu seperti menangkap esensi Kartini yang sesungguhnya. Antonio berdiri beberapa langkah dari lukisan, matanya tidak pernah lepas, tak peduli waktu yang berjalan. Untuk sesaat, dia hanya terdiam, seolah membiarkan perasaan itu menguasainya. Mungkin, lebih tepatnya, dia terpesona. “Pelukis,” suara Antonio terdengar rendah namun berwibawa, seolah perintah yang datang begit
Last Updated : 2025-01-14 Read more