Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Bab 70: Rencana Licik Tatiana

Share

Bab 70: Rencana Licik Tatiana

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-01-14 23:58:29

Tatiana bersandar di kursi empuk butik, menunggu Kartini keluar dari ruang ganti. Matanya berbinar penuh semangat saat melihat dress hitam elegan yang baru saja ia pilih untuk Kartini. Dress itu memiliki potongan yang pas di tubuh, menonjolkan siluet yang anggun tetapi dengan kesan berani.

"Sudah selesai, Kartini?" tanya Tatiana dengan nada ceria.

Kartini, dari balik pintu ruang ganti, menjawab ragu, "Sebentar lagi, Bu Tatiana. Tapi... apakah ini tidak terlalu pendek?"

Tatiana terkekeh, mencoba meyakinkan. "Percayalah padaku, itu akan terlihat sangat cocok di tubuhmu. Kadang-kadang, kamu juga harus mencoba sesuatu yang berbeda. Anggap saja ini untuk pengalaman baru."

Setelah beberapa detik, pintu ruang ganti terbuka, dan Kartini melangkah keluar dengan langkah kecil dan canggung. Dress hitam itu memang membalut tubuhnya dengan sempurna, memberikan kesan elegan sekaligus seksi. Namun, wajah Kartini jelas menunjukkan rasa tid
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pelakormu vs Aku   Bab 71: Keanggunan yang Mengguncang Hati

    Antonio berdiri mematung di depan butik, matanya terpaku pada sosok Kartini yang baru saja keluar dari ruang ganti. Dress hitam yang membalut tubuh wanita itu menonjolkan keanggunan dan kecantikan yang selama ini mungkin tersembunyi di balik kesederhanaannya. dress itu pas di tubuhnya, memberikan kesan elegan dan dewasa tanpa kehilangan kelembutan. Tatapan Antonio tak berkedip, seperti terhipnotis. Ia bahkan lupa mengatur napasnya. Kartini tampak malu-malu, mencoba menutupi rasa canggungnya dengan senyum kecil. “Bagaimana menurut Anda, Pak Antonio?” tanya Kartini dengan nada pelan, menundukkan pandangan untuk menghindari kontak mata langsung. Namun Antonio tak menjawab. Tatiana, yang berdiri di sampingnya, memutar mata dengan geli. Ia tahu kakaknya sedang tersihir. “Kak?” bisik Tatiana, tetapi Antonio tetap tak merespons. Akhirnya, Tatiana menginjak ringan kaki kakaknya, memaksanya keluar dari lamuna

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 72: Penemuan Tak Terduga

    Tatiana melangkah pelan menyusuri lorong-lorong rumah kakaknya yang luas. Rumah Antonio selalu memiliki aura dingin dan berwibawa, mencerminkan kepribadian pemiliknya. Namun, rasa penasaran membawa Tatiana ke tempat yang jarang ia masuki—kamar pribadi Antonio. Ia membuka pintu perlahan, memastikan tidak ada yang melihat. Suasana kamar itu rapi, dengan dominasi warna netral dan pencahayaan yang lembut. Tetapi perhatian Tatiana segera tertuju pada sesuatu yang luar biasa mencolok di depan ranjang besar Antonio. Sebuah lukisan besar berdiri megah di dinding, bingkainya berukir indah, mempertegas keistimewaan karya seni itu. Lukisan itu menampilkan seorang wanita dengan gaun tidur merah marun, berdiri di dekat jendela yang setengah terbuka. Wajah wanita itu memancarkan keanggunan yang luar biasa, dengan mata tajam seperti elang yang seolah menatap langsung ke jiwa siapa pun yang melihatnya. Lekuk tubuhnya terlihat sempurna, dibalut dengan kemewa

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 73: Luka yang Tersisa

    Di dalam taksi, Kartini duduk diam sambil memandang ke luar jendela. Jalanan kota yang biasanya menenangkan, kini terasa begitu sunyi dan menyesakkan. Udara dingin dari pendingin ruangan taksi menyelimuti tubuhnya, tetapi tak mampu menahan panas air mata yang terus mengalir di pipinya. Ia mencoba menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar oleh sopir. Tangannya gemetar memegang tas di pangkuan, menggenggam erat seolah itu satu-satunya yang bisa membuatnya merasa kuat. Namun, pikirannya terus berputar pada kata-kata Tatiana tadi. "Antonio mencintaimu." Kartini memejamkan matanya erat, seolah ingin menghapus kalimat itu dari ingatannya. Tapi semakin ia mencoba, semakin dalam kata-kata itu menggores hatinya. "Kenapa harus begini? Kenapa dia harus merusak semuanya?" gumamnya pelan, suaranya bergetar. Ia memikirkan kembali hubungannya dengan Antonio selama ini—seorang pemimpin yang tegas, cerdas, dan penuh visi. Mereka ada

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 74: Kecurigaan Antonio

    Antonio berjalan cepat menuju ruangan Kartini. Ketukan sepatunya terdengar tegas di sepanjang koridor. Ia baru saja selesai memimpin rapat proyek baru, pikirannya sibuk dengan berbagai rencana, tetapi ia ingin meminta pendapat dari Kartini, orang yang selalu ia percaya untuk memberi masukan jujur. Namun, saat pintu ruangan itu terbuka, Antonio terdiam. Ruangan yang biasanya rapi dan penuh aktivitas kini kosong. Meja kerja bersih tanpa dokumen, kursi tersandar rapi, dan permukaan meja bahkan terlihat berdebu tipis. Pandangannya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda kehadiran Kartini. Tidak ada. Dahi Antonio berkerut, dadanya mulai terasa sesak. “Kartini?” panggilnya pelan, seolah berharap wanita itu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tak mendapat jawaban, ia keluar dari ruangan dan memanggil salah satu staf housekeeping. “Cari manajer housekeeping sekarang juga,” perintahnya singkat. Beberapa menit kemudian, manajer housek

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 75: Amarah yang Tak Terbendung

    Tatiana sedang duduk santai di ruang tamu apartemennya, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca majalah fesyen. Ketukan keras di pintu membuatnya tersentak. "Siapa yang mengetuk seperti ini?" pikirnya dengan alis mengernyit. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu, membukanya dengan raut heran. Di hadapannya berdiri Antonio, dengan wajah kusut dan mata yang menyiratkan kemarahan besar. Setelan jasnya tampak kusut, dasinya longgar, dan rambutnya sedikit berantakan—tanda bahwa dia datang dalam keadaan tergesa dan penuh emosi. "Antonio? Ada apa ini? Kenapa kakak kelihatan seperti—" “JANGAN pura-pura tidak tahu, Tatiana!” suara Antonio menggelegar, membuat Tatiana membeku di tempat. Ini pertama kalinya dia melihat kakaknya yang selalu tenang dan dingin kehilangan kendali seperti ini. Tatiana mengerjap, bingung. “Kakak, apa yang terjadi? Apa maksudmu?” tanyanya dengan suara pelan. “APA yang kau katakan pada Kar

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 76: Suara yang Mengguncang Hati

    Sudah hampir 1 tahun sejak ia pergi dari kehidupan Antonio, hatinya menjadi lebih tenang sedikit walau ia tak mampu membohongi diri sendiri kalau juga memiliki sedikit perasaan. Malam ini, Kartini sedang duduk di ruang tamu kecilnya, menatap layar ponselnya dengan cemas. Beberapa bulan terakhir, ia terus menerima pesan dan panggilan dari Tatiana yang memohon agar ia kembali. Kartini merasa tertekan, hatinya berkecamuk, tetapi trauma masa lalunya selalu menjadi tembok yang terlalu sulit untuk dilewati. Akhirnya, setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk memblokir nomor Tatiana agar bisa mendapatkan ketenangan. Ia tidak ingin terus diganggu, meskipun ada rasa bersalah yang mengintip di balik keputusannya itu. Namun, malam ini terasa berbeda. Tidak lama setelah ia memblokir nomor Tatiana, sebuah nomor tak dikenal mulai menghubunginya. Panggilan itu terus datang tanpa henti. Kartini menghela napas kesal, berpikir bahwa itu mun

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 77: Cinta yang Terungkap dalam Kesakitan

    Kartini duduk di sudut taksi dengan tangan gemetar. Ia memutuskan untuk menelpon nomor yang tadi mengirimkan pesan suara. Suara di ujung sana adalah milik Tatiana, terdengar penuh harap. "Kartini? Kau datang? Syukurlah... syukurlah," suara Tatiana hampir pecah. "Aku akan menjemputmu di depan rumah sakit. Tunggu di lobi, ya." Sesampainya di lobi rumah sakit, Tatiana segera menghampiri Kartini. Tatiana terlihat lelah, tetapi wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia menggenggam tangan Kartini dengan erat, menuntunnya menuju kamar perawatan Antonio. Sepanjang perjalanan, Kartini hanya diam, tetapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang dalam. "Apakah dia benar-benar seburuk itu?" batinnya bertanya-tanya, tetapi ia takut untuk mendengar jawabannya. Tatiana membuka pintu kamar dengan hati-hati, memberi isyarat agar Kartini masuk. Saat Kartini melangkah, hatinya remuk melihat pemandan

    Last Updated : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 78: Kemajuan Antonio

    Setelah beberapa minggu yang penuh dengan perjuangan, dokter akhirnya memberikan kabar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang—Antonio boleh pulang ke rumah. Namun, dengan peringatan bahwa tangan kanannya yang patah masih membutuhkan kontrol rutin dan perawatan intensif. Kabar ini menjadi angin segar bagi semua, terutama Antonio yang sudah bosan terbaring tanpa aktivitas. Di kamar rumah sakit, Tatiana terlihat sibuk membereskan barang-barang kakaknya. "Akhirnya, ya! Kau bebas dari tempat ini. Tapi aku harap kau ingat, tangan kananmu itu bukan alasan untuk langsung terjun ke kerjaan, Antonio!" katanya sambil melirik sinis ke arah kakaknya. Antonio hanya tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Kartini yang tengah merapikan selimut di kursi samping tempat tidurnya. "Aku tahu, Tatiana," jawabnya dingin. "Tapi aku bukan tipe orang yang betah duduk diam." Tatiana mendesah dramatis. "Ya, ya, siapa yang tidak tahu itu." Ia lalu melirik Kartini den

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Pelakormu vs Aku   Bab 93 : Lukisan di Kamar

    Langit sore mulai meredup ketika Antonio melangkah masuk ke rumahnya setelah selesai dengan sesi latihan tembaknya. Kaus polo hitam yang ia kenakan melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menyiratkan kelelahan sekaligus kesan menawan yang tak terbantahkan. Langkahnya tenang, tetapi tatapannya tajam menyusuri ruangan, mencari seseorang—Kartini. Namun, Kartini tidak terlihat di mana-mana. Antonio mengerutkan dahi. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, ia berhenti sejenak. Kartini ada di sana. Wanita itu berdiri diam di depan dinding besar yang dihiasi sebuah lukisan wanita mengenakan gaun marun. Kartini tampak terpaku, matanya menatap lekat pada detail lukisan itu. Antonio bersandar di ambang pintu, kedua lengannya menyilang di dada. Matanya mengamati Kartini yang tampak begitu terpesona, tetapi ekspresinya tetap dingin. “Kartini,” suara baritonnya memecah

  • Pelakormu vs Aku   Bab 92 – Tepat Sasaran

    Antonio berdiri di area latihan tembak dengan postur tegap, mengenakan pakaian olahraga hitam yang membuat auranya semakin mencolok. Sebuah pistol semi-otomatis berada di genggamannya, siap untuk digunakan. Ia menarik napas panjang, menatap target yang berada beberapa meter di depannya—sebuah lingkaran dengan titik merah di tengah. DOR! Tembakan pertama melesat, tepat mengenai tepi lingkaran tengah. Antonio sedikit menghela napas, tampak tak puas. Ia mengangkat pistolnya lagi, tetapi kali ini wajahnya tampak lebih serius. Dalam pikirannya, ia membayangkan wajah seseorang. “Bastian,” gumamnya sambil mengarahkan pistol. “Kalau saja kamu tahu betapa menyebalkannya dirimu…” DOR! Kali ini tembakannya tepat di tengah. Antonio menyeringai kecil, senang membayangkan dirinya sedang "mengalahkan" Bastian, meski hanya di pikirannya. “Pak Antonio, Anda tampaknya sangat f

  • Pelakormu vs Aku   Bab 91 – Pertemuan yang Tak Pernah Tenang

    Antonio berjalan dengan tenang di lorong hotel, memeriksa setiap detail dari pelayanan hingga suasana hotel. Mata tajamnya memperhatikan kerapian meja, keramahan staf, hingga suasana yang dihadirkan. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa. Tapi, tentu saja, tidak bagi Bastian. “Antonio!” suara khas itu memecah keheningan. Antonio berhenti sejenak, menoleh, lalu kembali berjalan. Namun, seperti biasa, Bastian tak menyerah. Ia mengejar dengan langkah cepat, membawa senyum yang seolah penuh kemenangan. “Kenapa selalu buru-buru kalau ketemu aku? Takut kalah debat, ya?” goda Bastian sambil menyamakan langkah dengan Antonio. Antonio menghela napas pelan, menoleh tanpa banyak ekspresi. “Kalau tidak ada yang penting, lebih baik kembali ke pekerjaanmu.” “Tenang dulu, bos. Aku cuma mau ngobrol ringan. Kamu tahu Kartini pindah kerja ke mana?” tanyanya tiba-tiba, mencoba terdengar santai, tapi matanya penuh selidik.

  • Pelakormu vs Aku   Bab 90 – Misteri di Balik Nama Kontak

    Di sebuah sore yang sibuk, Bastian berjalan menuju ruang kerja Antonio dengan setumpuk dokumen di tangannya. Laporan ini adalah hasil kerja keras timnya, dan walau hubungan mereka sering penuh tensi, ia tahu bahwa tugas adalah tugas. Antonio, sebagai atasan langsungnya, tetap harus menerima laporan tersebut. Setibanya di ruangan Antonio, pria itu duduk dengan sikap serius seperti biasa, membaca laporan yang baru saja diberikan oleh Bastian. Ia mengernyit sedikit, menunjuk beberapa bagian. “Ini tidak sinkron dengan data sebelumnya. Revisi, dan perbaiki sebelum sore ini,” kata Antonio, nada suaranya dingin namun profesional. Bastian mengangguk kecil, lalu menjawab, “Baik, saya akan perbaiki. Tapi bagian mana yang lebih detil harus dirapikan?” Sebelum Antonio sempat menjawab, tiba-tiba ponsel di mejanya berdering. Antonio dengan refleks melirik layar ponselnya dan terlihat agak tegang. Di layar ponsel itu, hanya ada

  • Pelakormu vs Aku   Bab 89 – Kemenangan Sang Juara

    Malam sudah semakin larut, tetapi suasana di lapangan golf masih terasa hangat dan penuh semangat. Pertandingan final dimulai kembali setelah jeda istirahat 20 menit. Antonio kembali ke lapangan dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Keringat yang mengucur deras membasahi kemejanya, membuatnya semakin tidak nyaman. Tanpa banyak basa-basi, ia meraih kerah bajunya, menariknya ke atas, dan melepaskannya begitu saja. Kartini, yang berdiri tak jauh, menahan napas. Di bawah sinar lampu lapangan yang terang, tubuh Antonio terlihat begitu memukau. Dadanya yang bidang dengan lebar sekitar 80 cm terlihat jelas, kulitnya kecokelatan sempurna, dengan garis otot yang terpahat rapi. Lengan yang kokoh, punggung lebar, dan perutnya yang berotot menciptakan perpaduan sempurna antara kekuatan dan estetika. Keringat yang masih menetes di kulitnya seperti menambah kilauan, membuatnya terlihat seperti sosok dari lukisan dewa-dewa Yunani. Terlebih tinggi badannya

  • Pelakormu vs Aku   Bab 88: Saat Hobi Bertemu Perasaan

    Setelah hampir dua jam bertanding, Antonio terlihat sangat santai, bahkan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Pukulan demi pukulan dilontarkan dengan presisi tinggi, sementara rekan-rekannya sudah tampak kelelahan. Tatiana dan Kartini berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan dengan takjub. "Wow, Kak Antonio ini nggak ada capeknya, ya?" Tatiana tertawa, menonton kakaknya yang tampaknya begitu menikmati permainannya. Kartini, yang agak khawatir, menatap Antonio dengan tatapan bingung. "Apa selama ini Pak Antonio memang main golf terus tanpa henti seperti ini?" tanyanya, sedikit khawatir. Tatiana mengangguk, terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan kakaknya. "Kakakku itu bisa main sampai sore, bahkan malam. Golf itu hobinya. Makanya dia punya koleksi tongkat golf yang harganya nggak main-main," jawabnya sambil tersenyum lebar. Kartini mengangguk pelan, sedikit mengerti, meskipu

  • Pelakormu vs Aku   Bab 87: Lapangan Golf

    Langit cerah membentang luas di atas lapangan golf yang hijau dan rapi. Angin sepoi-sepoi menambah kesejukan udara, menciptakan suasana yang seharusnya tenang dan damai. Namun, suasana hati Antonio sepertinya sedang bergolak. Ia berdiri di atas rumput, tongkat golf di tangannya, dan tatapannya penuh amarah, seolah setiap pukulan adalah pelampiasan untuk perasaan yang tak terungkapkan. Tatiana, yang duduk di dekat buggy golf, hanya menggelengkan kepala. "Kak, ini main golf, bukan mau tanding tinju atau perang , lho," ujarnya setengah bercanda sambil memandang kakaknya yang terus-menerus memukul bola dengan agresif. Antonio hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Pukulannya terdengar keras, dan bola itu terlempar jauh, hampir menabrak pembatas lapangan. Kartini yang berdiri tidak jauh dari situ mengerutkan keningnya, menyaksikan dengan cemas. Ia mendekat, memegang bola golf baru, dan dengan hati-hati meletakkann

  • Pelakormu vs Aku   Bab 86: Persaingan Halus di Depan Investor

    Ruang lobi hotel dipenuhi suasana formal saat rombongan investor asing tiba. Antonio dengan setelan jas rapi, berdiri dengan penuh wibawa di samping Pak Hendro. Di sebelahnya, Bastian juga terlihat santai tetapi dengan senyum penuh percaya diri. Para investor ini adalah kunci untuk meningkatkan modal hotel, dan setiap ide yang mereka presentasikan hari ini akan menentukan keputusan besar. Ketika Antonio mulai memaparkan idenya, suaranya terdengar tegas dan meyakinkan. "Strategi kita ke depan adalah mengintegrasikan layanan berbasis teknologi untuk tamu bisnis. Dengan aplikasi custom, tamu dapat memesan fasilitas meeting, catering, hingga transportasi langsung dari ponsel mereka. Ini akan memberikan kemudahan yang menjadi nilai tambah." Para investor tampak tertarik. Salah satu dari mereka mengangguk, mencatat poin yang disampaikan Antonio. Namun, sebelum Antonio bisa melanjutkan, Bastian menyela dengan senyum halus. "Itu id

  • Pelakormu vs Aku   Bab 85: Ladang Persaingan

    Rapat pagi itu di ruang konferensi besar terasa tegang sejak awal. Antonio duduk di kursinya dengan postur tegak dan wajah dingin, tangannya yang baru sembuh sebagian dari gips bertumpu di meja. Di seberangnya, Bastian tampak lebih santai, tetapi sorot matanya jelas penuh tantangan. Topik diskusi adalah strategi pemasaran untuk meningkatkan okupansi hotel, terutama di segmen tamu bisnis. "Rencana itu terlalu berisiko," Antonio memulai, suaranya tegas. "Mengalihkan sebagian besar anggaran ke pemasaran digital tanpa memastikan ROI yang jelas akan membuat kita rentan terhadap kerugian." Bastian langsung menyela. "Antonio, kalau kita terus berpikir konservatif seperti itu, kita akan tertinggal. Kompetitor kita sudah berinvestasi besar di media digital, dan mereka mulai melihat hasilnya. Kita harus berani mengambil langkah besar." Antonio mendengus pelan, lalu menatap Bastian dengan dingin. "Langkah besar tanpa perhit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status