Beranda / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Bab 75: Amarah yang Tak Terbendung

Share

Bab 75: Amarah yang Tak Terbendung

Penulis: Vivits
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 09:38:40

Tatiana sedang duduk santai di ruang tamu apartemennya, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca majalah fesyen. Ketukan keras di pintu membuatnya tersentak. "Siapa yang mengetuk seperti ini?" pikirnya dengan alis mengernyit. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu, membukanya dengan raut heran.

Di hadapannya berdiri Antonio, dengan wajah kusut dan mata yang menyiratkan kemarahan besar. Setelan jasnya tampak kusut, dasinya longgar, dan rambutnya sedikit berantakan—tanda bahwa dia datang dalam keadaan tergesa dan penuh emosi.

"Antonio? Ada apa ini? Kenapa kakak kelihatan seperti—"

“JANGAN pura-pura tidak tahu, Tatiana!” suara Antonio menggelegar, membuat Tatiana membeku di tempat. Ini pertama kalinya dia melihat kakaknya yang selalu tenang dan dingin kehilangan kendali seperti ini.

Tatiana mengerjap, bingung. “Kakak, apa yang terjadi? Apa maksudmu?” tanyanya dengan suara pelan.

“APA yang kau katakan pada Kar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pelakormu vs Aku   Bab 76: Suara yang Mengguncang Hati

    Sudah hampir 1 tahun sejak ia pergi dari kehidupan Antonio, hatinya menjadi lebih tenang sedikit walau ia tak mampu membohongi diri sendiri kalau juga memiliki sedikit perasaan. Malam ini, Kartini sedang duduk di ruang tamu kecilnya, menatap layar ponselnya dengan cemas. Beberapa bulan terakhir, ia terus menerima pesan dan panggilan dari Tatiana yang memohon agar ia kembali. Kartini merasa tertekan, hatinya berkecamuk, tetapi trauma masa lalunya selalu menjadi tembok yang terlalu sulit untuk dilewati. Akhirnya, setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk memblokir nomor Tatiana agar bisa mendapatkan ketenangan. Ia tidak ingin terus diganggu, meskipun ada rasa bersalah yang mengintip di balik keputusannya itu. Namun, malam ini terasa berbeda. Tidak lama setelah ia memblokir nomor Tatiana, sebuah nomor tak dikenal mulai menghubunginya. Panggilan itu terus datang tanpa henti. Kartini menghela napas kesal, berpikir bahwa itu mun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 77: Cinta yang Terungkap dalam Kesakitan

    Kartini duduk di sudut taksi dengan tangan gemetar. Ia memutuskan untuk menelpon nomor yang tadi mengirimkan pesan suara. Suara di ujung sana adalah milik Tatiana, terdengar penuh harap. "Kartini? Kau datang? Syukurlah... syukurlah," suara Tatiana hampir pecah. "Aku akan menjemputmu di depan rumah sakit. Tunggu di lobi, ya." Sesampainya di lobi rumah sakit, Tatiana segera menghampiri Kartini. Tatiana terlihat lelah, tetapi wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia menggenggam tangan Kartini dengan erat, menuntunnya menuju kamar perawatan Antonio. Sepanjang perjalanan, Kartini hanya diam, tetapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang dalam. "Apakah dia benar-benar seburuk itu?" batinnya bertanya-tanya, tetapi ia takut untuk mendengar jawabannya. Tatiana membuka pintu kamar dengan hati-hati, memberi isyarat agar Kartini masuk. Saat Kartini melangkah, hatinya remuk melihat pemandan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Pelakormu vs Aku   Bab 78: Kemajuan Antonio

    Setelah beberapa minggu yang penuh dengan perjuangan, dokter akhirnya memberikan kabar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang—Antonio boleh pulang ke rumah. Namun, dengan peringatan bahwa tangan kanannya yang patah masih membutuhkan kontrol rutin dan perawatan intensif. Kabar ini menjadi angin segar bagi semua, terutama Antonio yang sudah bosan terbaring tanpa aktivitas. Di kamar rumah sakit, Tatiana terlihat sibuk membereskan barang-barang kakaknya. "Akhirnya, ya! Kau bebas dari tempat ini. Tapi aku harap kau ingat, tangan kananmu itu bukan alasan untuk langsung terjun ke kerjaan, Antonio!" katanya sambil melirik sinis ke arah kakaknya. Antonio hanya tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Kartini yang tengah merapikan selimut di kursi samping tempat tidurnya. "Aku tahu, Tatiana," jawabnya dingin. "Tapi aku bukan tipe orang yang betah duduk diam." Tatiana mendesah dramatis. "Ya, ya, siapa yang tidak tahu itu." Ia lalu melirik Kartini den

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pelakormu vs Aku   Bab 79: Langkah Baru

    Tatiana mendekati Kartini suatu sore, ketika suasana rumah terasa damai. Ia menatap Kartini dengan senyum lembut, mencoba membuka pembicaraan yang sudah ia pikirkan sejak lama. "Kartini, aku tahu kakakku butuh perhatian ekstra sekarang. Dan aku pikir... kau tahu, tidak ada yang lebih baik untuk menjaga Antonio selain dirimu." Kartini mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu di balik kata-kata itu. "Maksudmu, Tatiana?" Tatiana tertawa kecil, "Aku ingin kau tinggal di sini, bersama anak-anakmu. Kamar tamu di rumah ini besar, nyaman, dan aku yakin Anjani akan sangat bahagia karena ia sering merindukan kedua putrimu." Kartini awalnya ragu. Tinggal di rumah Antonio? Itu seperti menempatkan dirinya di pusat badai perasaan yang selama ini ia coba hindari. Tetapi, melihat kesungguhan di mata Tatiana, dan memikirkan kebahagiaan Anjani serta kebutuhan Antonio untuk pemulihan, ia akhirnya mengangguk perlahan. "Baiklah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pelakormu vs Aku   Bab 80: Sentuhan yang Membuat Degup Jantung Menggila

    Dengan hati-hati, Kartini berdiri di depan Antonio yang duduk di kursi ruang kerjanya. Wajahnya menunduk, mencoba menghindari kontak mata, tetapi tubuhnya tak bisa menghindar dari aura kuat yang dipancarkan pria itu. "Mulailah, Kartini," suara bariton Antonio terdengar dingin, tetapi ada nada lembut di sana yang membuat Kartini semakin gugup. "I-iya, Pak," jawab Kartini pelan, mencoba mengendalikan getar di suaranya. Tangannya yang gemetar mulai meraih kancing atas kemeja Antonio, sementara matanya memejam erat. "Saya mohon maaf, Pak, kalau ini agak lambat," gumamnya, masih dengan pandangan tertutup. Antonio memiringkan kepalanya, mengamati gerak-gerik Kartini yang tampak seperti seekor kelinci kecil yang terjebak. Ia menyeringai kecil, lalu berkata, "Kartini, kau membuka kancing, bukan meraba-raba. Buka matamu." Kartini menggeleng cepat. "T-tidak, Pak. Saya rasa ini lebih baik. Dengan begini, saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pelakormu vs Aku   Bab 81: Jebakan Manis di Tengah Taman

    Di balkon lantai atas rumah megah itu, Antonio berdiri bersandar pada pagar besi berukir, memandang ke bawah dengan senyum tipis. Matanya tertuju pada Kartini, yang tengah asyik melukis di taman. Kartini terlihat begitu tenang dengan rambut yang sesekali tersapu angin. Di depannya, sebuah kanvas besar berdiri kokoh di atas tripod. Kartini memegang kuas dengan jemarinya yang lentik, membiarkan warna-warna cerah menari di atas kanvas. "Jadi dia suka melukis juga," gumam Antonio pelan, sedikit mengangkat alis. "Menarik." Ia menatapnya beberapa saat, menikmati pemandangan itu—bukan taman atau lukisannya, tapi Kartini sendiri. Ada sesuatu yang memesona dari caranya melukis, seolah-olah seluruh dunia tidak ada. Namun, itu membuat Antonio merasa... ingin mengganggu sedikit. Dengan senyum nakal, ia bersandar lebih ke pagar, berdeham pelan, tetapi cukup keras untuk memastikan Kartini mendengar. --- Di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pelakormu vs Aku   Bab 82: Malam Penuh Pengakuan di Bawah Langit

    Malam itu terasa begitu sunyi. Hanya suara angin yang lembut berdesir di sekitar balkon lantai atas, tempat Kartini berdiri sendirian. Ia menatap bulan yang menggantung sempurna di langit, dihiasi ribuan bintang yang tampak berkilauan seperti berlian. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hati yang akhir-akhir ini sulit ia kendalikan. "Kenapa aku jadi begini..." Kartini bergumam pelan, bibirnya melengkungkan senyum kecil yang getir. "Apa ini karena dia?" Pikirannya melayang pada Antonio—sosok yang begitu dingin, namun entah kenapa mampu menghadirkan kehangatan dalam hatinya. Semakin ia mencoba mengalihkan pikirannya, semakin kuat rasa itu menghantuinya. Namun, malam yang hening itu segera terusik oleh suara langkah kaki. Derapnya pelan tapi pasti, seolah seseorang sengaja tidak ingin membuat Kartini terkejut. Kartini menghela napas dalam-dalam, mencoba mengabaikannya, mengira itu pelayan rumah yang sedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pelakormu vs Aku   Bab 83: Ketegasan Antonio

    Siang itu, Antonio duduk di ruang kerjanya sambil menunggu pesanan buket mawar putih yang dimintanya pada pelayan. Mawar itu tidak besar, tapi ia memilih yang paling indah dan segar. Pria itu menatap layar laptopnya, tapi pikirannya melayang pada wajah Kartini. "Kaku atau tidak, aku harus melakukan ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya yang tegas, menambah pesona misteriusnya. Beberapa jam kemudian, pelayan mengetuk pintu dengan hati-hati, membawa buket mawar yang telah tiba. Antonio berdiri, mengambil buket tersebut dengan anggukan kecil, lalu berjalan keluar kamar dengan langkah penuh keyakinan. Buket itu menjadi saksi usahanya untuk menjadi pria yang lebih romantis, walau caranya tetap dipenuhi keanggunan dan wibawa yang khas. Saat ia mencapai kamar Kartini, Antonio mendekati pintu dengan hati-hati. Namun, ketika ia hendak mengetuk, suara dari dalam ruangan menghentikannya. "Bastian,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Pelakormu vs Aku   Bab 96 – Langkah yang Berwarna

    Kartini masih duduk di tepi ranjang, jemarinya menyentuh lembut gelang kaki yang baru saja dipasangkan Antonio. Pikirannya melayang. Dari sekian banyak jenis perhiasan yang ada di dunia ini, kenapa gelang kaki yang dipilih Antonio? Pria itu memang selalu penuh kejutan. Tapi ia juga sadar, di balik setiap tindakan Antonio, pasti ada alasan yang tak tertebak. Dengan sedikit ragu, Kartini akhirnya bertanya, “Pak Antonio…” suaranya hampir seperti bisikan, membuat pria yang sedang berdiri memandangi jendela berbalik perlahan. “Kenapa… memilih gelang kaki?? Maksud saya, Anda bisa memilih cincin, kalung, atau bahkan anting. Tapi kenapa ini?” Antonio menatapnya, senyum tipis yang khas itu kembali muncul di wajahnya. Sorot matanya seperti menembus jiwa, membuat Kartini merasa seperti satu-satunya hal yang penting di dunia ini. Pria itu mendekat, langkahnya tenang namun penuh wibawa. Ia berhenti di depannya, menunduk sedikit hingg

  • Pelakormu vs Aku   Bab 95: Hadiah Tak Terduga

    Kartini menatap lukisan yang baru saja ia selesaikan dengan hati berdebar. Kuas-kuas telah disisihkan, cat yang sedikit belepotan di tangannya menjadi saksi bagaimana ia mengerahkan seluruh perasaannya ke dalam karya itu. Dengan sedikit ragu, ia mendorong kanvas ke depan Antonio, memperlihatkan hasilnya. “Sudah selesai…” suaranya pelan, hampir seperti bisikan. “Saya harap… Pak Antonio nanti menyukainya.” Antonio, yang masih berbaring santai di ranjang, memiringkan kepala untuk melihat lukisan itu. Tatapannya tajam dan serius, tak ada ekspresi yang bisa Kartini tebak. Ia hanya diam, membuat suasana semakin menegangkan. Kartini mulai gelisah, jemarinya tanpa sadar meremas gaunnya. “Pak Antonio? Apa… apa ada yang salah dengan lukisannya?” tanyanya gugup. Beberapa detik berlalu sebelum pria itu akhirnya berbicara, suaranya rendah tetapi menggema penuh wibawa. “Kamu benar-benar… luar bias

  • Pelakormu vs Aku   Bab 94: Kanvasku, Kamu

    Ruangan kamar Antonio yang luas, dengan jendela besar yang menampilkan langit malam, kini terasa semakin intim. Di sudut, Kartini berdiri gugup sambil melirik ke arah lemari besar yang ditunjuk Antonio. Suara bariton pria itu menggema lembut namun tegas. “Di situ ada kanvas dan cat. Ambil semuanya. Mulailah melukis,” katanya, matanya yang tajam mengunci Kartini dalam kebimbangan. Kartini mengangguk pelan, tubuhnya bergerak menuju lemari. Setiap langkah terasa berat, bukan karena beban yang ia bawa, melainkan karena kehadiran Antonio yang begitu dominan. Ketika ia membuka lemari, pandangannya jatuh pada set lengkap peralatan melukis yang tersusun rapi. “Semua ini… untuk saya gunakan?” tanyanya pelan, suaranya nyaris berbisik. Antonio, yang kini sudah duduk di sisi ranjangnya, hanya mengangguk kecil sambil melepas arloji dari pergelangan tangan. Ia meletakkannya di meja samping dengan

  • Pelakormu vs Aku   Bab 93 : Lukisan di Kamar

    Langit sore mulai meredup ketika Antonio melangkah masuk ke rumahnya setelah selesai dengan sesi latihan tembaknya. Kaus polo hitam yang ia kenakan melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menyiratkan kelelahan sekaligus kesan menawan yang tak terbantahkan. Langkahnya tenang, tetapi tatapannya tajam menyusuri ruangan, mencari seseorang—Kartini. Namun, Kartini tidak terlihat di mana-mana. Antonio mengerutkan dahi. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, ia berhenti sejenak. Kartini ada di sana. Wanita itu berdiri diam di depan dinding besar yang dihiasi sebuah lukisan wanita mengenakan gaun marun. Kartini tampak terpaku, matanya menatap lekat pada detail lukisan itu. Antonio bersandar di ambang pintu, kedua lengannya menyilang di dada. Matanya mengamati Kartini yang tampak begitu terpesona, tetapi ekspresinya tetap dingin. “Kartini,” suara baritonnya memecah

  • Pelakormu vs Aku   Bab 92 – Tepat Sasaran

    Antonio berdiri di area latihan tembak dengan postur tegap, mengenakan pakaian olahraga hitam yang membuat auranya semakin mencolok. Sebuah pistol semi-otomatis berada di genggamannya, siap untuk digunakan. Ia menarik napas panjang, menatap target yang berada beberapa meter di depannya—sebuah lingkaran dengan titik merah di tengah. DOR! Tembakan pertama melesat, tepat mengenai tepi lingkaran tengah. Antonio sedikit menghela napas, tampak tak puas. Ia mengangkat pistolnya lagi, tetapi kali ini wajahnya tampak lebih serius. Dalam pikirannya, ia membayangkan wajah seseorang. “Bastian,” gumamnya sambil mengarahkan pistol. “Kalau saja kamu tahu betapa menyebalkannya dirimu…” DOR! Kali ini tembakannya tepat di tengah. Antonio menyeringai kecil, senang membayangkan dirinya sedang "mengalahkan" Bastian, meski hanya di pikirannya. “Pak Antonio, Anda tampaknya sangat f

  • Pelakormu vs Aku   Bab 91 – Pertemuan yang Tak Pernah Tenang

    Antonio berjalan dengan tenang di lorong hotel, memeriksa setiap detail dari pelayanan hingga suasana hotel. Mata tajamnya memperhatikan kerapian meja, keramahan staf, hingga suasana yang dihadirkan. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa. Tapi, tentu saja, tidak bagi Bastian. “Antonio!” suara khas itu memecah keheningan. Antonio berhenti sejenak, menoleh, lalu kembali berjalan. Namun, seperti biasa, Bastian tak menyerah. Ia mengejar dengan langkah cepat, membawa senyum yang seolah penuh kemenangan. “Kenapa selalu buru-buru kalau ketemu aku? Takut kalah debat, ya?” goda Bastian sambil menyamakan langkah dengan Antonio. Antonio menghela napas pelan, menoleh tanpa banyak ekspresi. “Kalau tidak ada yang penting, lebih baik kembali ke pekerjaanmu.” “Tenang dulu, bos. Aku cuma mau ngobrol ringan. Kamu tahu Kartini pindah kerja ke mana?” tanyanya tiba-tiba, mencoba terdengar santai, tapi matanya penuh selidik.

  • Pelakormu vs Aku   Bab 90 – Misteri di Balik Nama Kontak

    Di sebuah sore yang sibuk, Bastian berjalan menuju ruang kerja Antonio dengan setumpuk dokumen di tangannya. Laporan ini adalah hasil kerja keras timnya, dan walau hubungan mereka sering penuh tensi, ia tahu bahwa tugas adalah tugas. Antonio, sebagai atasan langsungnya, tetap harus menerima laporan tersebut. Setibanya di ruangan Antonio, pria itu duduk dengan sikap serius seperti biasa, membaca laporan yang baru saja diberikan oleh Bastian. Ia mengernyit sedikit, menunjuk beberapa bagian. “Ini tidak sinkron dengan data sebelumnya. Revisi, dan perbaiki sebelum sore ini,” kata Antonio, nada suaranya dingin namun profesional. Bastian mengangguk kecil, lalu menjawab, “Baik, saya akan perbaiki. Tapi bagian mana yang lebih detil harus dirapikan?” Sebelum Antonio sempat menjawab, tiba-tiba ponsel di mejanya berdering. Antonio dengan refleks melirik layar ponselnya dan terlihat agak tegang. Di layar ponsel itu, hanya ada

  • Pelakormu vs Aku   Bab 89 – Kemenangan Sang Juara

    Malam sudah semakin larut, tetapi suasana di lapangan golf masih terasa hangat dan penuh semangat. Pertandingan final dimulai kembali setelah jeda istirahat 20 menit. Antonio kembali ke lapangan dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Keringat yang mengucur deras membasahi kemejanya, membuatnya semakin tidak nyaman. Tanpa banyak basa-basi, ia meraih kerah bajunya, menariknya ke atas, dan melepaskannya begitu saja. Kartini, yang berdiri tak jauh, menahan napas. Di bawah sinar lampu lapangan yang terang, tubuh Antonio terlihat begitu memukau. Dadanya yang bidang dengan lebar sekitar 80 cm terlihat jelas, kulitnya kecokelatan sempurna, dengan garis otot yang terpahat rapi. Lengan yang kokoh, punggung lebar, dan perutnya yang berotot menciptakan perpaduan sempurna antara kekuatan dan estetika. Keringat yang masih menetes di kulitnya seperti menambah kilauan, membuatnya terlihat seperti sosok dari lukisan dewa-dewa Yunani. Terlebih tinggi badannya

  • Pelakormu vs Aku   Bab 88: Saat Hobi Bertemu Perasaan

    Setelah hampir dua jam bertanding, Antonio terlihat sangat santai, bahkan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Pukulan demi pukulan dilontarkan dengan presisi tinggi, sementara rekan-rekannya sudah tampak kelelahan. Tatiana dan Kartini berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan dengan takjub. "Wow, Kak Antonio ini nggak ada capeknya, ya?" Tatiana tertawa, menonton kakaknya yang tampaknya begitu menikmati permainannya. Kartini, yang agak khawatir, menatap Antonio dengan tatapan bingung. "Apa selama ini Pak Antonio memang main golf terus tanpa henti seperti ini?" tanyanya, sedikit khawatir. Tatiana mengangguk, terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan kakaknya. "Kakakku itu bisa main sampai sore, bahkan malam. Golf itu hobinya. Makanya dia punya koleksi tongkat golf yang harganya nggak main-main," jawabnya sambil tersenyum lebar. Kartini mengangguk pelan, sedikit mengerti, meskipu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status