Beranda / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Bab 78: Kemajuan Antonio

Share

Bab 78: Kemajuan Antonio

Penulis: Vivits
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 07:56:53

Setelah beberapa minggu yang penuh dengan perjuangan, dokter akhirnya memberikan kabar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang—Antonio boleh pulang ke rumah. Namun, dengan peringatan bahwa tangan kanannya yang patah masih membutuhkan kontrol rutin dan perawatan intensif. Kabar ini menjadi angin segar bagi semua, terutama Antonio yang sudah bosan terbaring tanpa aktivitas.

Di kamar rumah sakit, Tatiana terlihat sibuk membereskan barang-barang kakaknya. "Akhirnya, ya! Kau bebas dari tempat ini. Tapi aku harap kau ingat, tangan kananmu itu bukan alasan untuk langsung terjun ke kerjaan, Antonio!" katanya sambil melirik sinis ke arah kakaknya.

Antonio hanya tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Kartini yang tengah merapikan selimut di kursi samping tempat tidurnya. "Aku tahu, Tatiana," jawabnya dingin. "Tapi aku bukan tipe orang yang betah duduk diam."

Tatiana mendesah dramatis. "Ya, ya, siapa yang tidak tahu itu." Ia lalu melirik Kartini den
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pelakormu vs Aku   Bab 79: Langkah Baru

    Tatiana mendekati Kartini suatu sore, ketika suasana rumah terasa damai. Ia menatap Kartini dengan senyum lembut, mencoba membuka pembicaraan yang sudah ia pikirkan sejak lama. "Kartini, aku tahu kakakku butuh perhatian ekstra sekarang. Dan aku pikir... kau tahu, tidak ada yang lebih baik untuk menjaga Antonio selain dirimu." Kartini mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu di balik kata-kata itu. "Maksudmu, Tatiana?" Tatiana tertawa kecil, "Aku ingin kau tinggal di sini, bersama anak-anakmu. Kamar tamu di rumah ini besar, nyaman, dan aku yakin Anjani akan sangat bahagia karena ia sering merindukan kedua putrimu." Kartini awalnya ragu. Tinggal di rumah Antonio? Itu seperti menempatkan dirinya di pusat badai perasaan yang selama ini ia coba hindari. Tetapi, melihat kesungguhan di mata Tatiana, dan memikirkan kebahagiaan Anjani serta kebutuhan Antonio untuk pemulihan, ia akhirnya mengangguk perlahan. "Baiklah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Pelakormu vs Aku   Bab 80: Sentuhan yang Membuat Degup Jantung Menggila

    Dengan hati-hati, Kartini berdiri di depan Antonio yang duduk di kursi ruang kerjanya. Wajahnya menunduk, mencoba menghindari kontak mata, tetapi tubuhnya tak bisa menghindar dari aura kuat yang dipancarkan pria itu. "Mulailah, Kartini," suara bariton Antonio terdengar dingin, tetapi ada nada lembut di sana yang membuat Kartini semakin gugup. "I-iya, Pak," jawab Kartini pelan, mencoba mengendalikan getar di suaranya. Tangannya yang gemetar mulai meraih kancing atas kemeja Antonio, sementara matanya memejam erat. "Saya mohon maaf, Pak, kalau ini agak lambat," gumamnya, masih dengan pandangan tertutup. Antonio memiringkan kepalanya, mengamati gerak-gerik Kartini yang tampak seperti seekor kelinci kecil yang terjebak. Ia menyeringai kecil, lalu berkata, "Kartini, kau membuka kancing, bukan meraba-raba. Buka matamu." Kartini menggeleng cepat. "T-tidak, Pak. Saya rasa ini lebih baik. Dengan begini, saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Pelakormu vs Aku   Bab 81: Jebakan Manis di Tengah Taman

    Di balkon lantai atas rumah megah itu, Antonio berdiri bersandar pada pagar besi berukir, memandang ke bawah dengan senyum tipis. Matanya tertuju pada Kartini, yang tengah asyik melukis di taman. Kartini terlihat begitu tenang dengan rambut yang sesekali tersapu angin. Di depannya, sebuah kanvas besar berdiri kokoh di atas tripod. Kartini memegang kuas dengan jemarinya yang lentik, membiarkan warna-warna cerah menari di atas kanvas. "Jadi dia suka melukis juga," gumam Antonio pelan, sedikit mengangkat alis. "Menarik." Ia menatapnya beberapa saat, menikmati pemandangan itu—bukan taman atau lukisannya, tapi Kartini sendiri. Ada sesuatu yang memesona dari caranya melukis, seolah-olah seluruh dunia tidak ada. Namun, itu membuat Antonio merasa... ingin mengganggu sedikit. Dengan senyum nakal, ia bersandar lebih ke pagar, berdeham pelan, tetapi cukup keras untuk memastikan Kartini mendengar. --- Di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pelakormu vs Aku   Bab 82: Malam Penuh Pengakuan di Bawah Langit

    Malam itu terasa begitu sunyi. Hanya suara angin yang lembut berdesir di sekitar balkon lantai atas, tempat Kartini berdiri sendirian. Ia menatap bulan yang menggantung sempurna di langit, dihiasi ribuan bintang yang tampak berkilauan seperti berlian. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hati yang akhir-akhir ini sulit ia kendalikan. "Kenapa aku jadi begini..." Kartini bergumam pelan, bibirnya melengkungkan senyum kecil yang getir. "Apa ini karena dia?" Pikirannya melayang pada Antonio—sosok yang begitu dingin, namun entah kenapa mampu menghadirkan kehangatan dalam hatinya. Semakin ia mencoba mengalihkan pikirannya, semakin kuat rasa itu menghantuinya. Namun, malam yang hening itu segera terusik oleh suara langkah kaki. Derapnya pelan tapi pasti, seolah seseorang sengaja tidak ingin membuat Kartini terkejut. Kartini menghela napas dalam-dalam, mencoba mengabaikannya, mengira itu pelayan rumah yang sedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pelakormu vs Aku   Bab 83: Ketegasan Antonio

    Siang itu, Antonio duduk di ruang kerjanya sambil menunggu pesanan buket mawar putih yang dimintanya pada pelayan. Mawar itu tidak besar, tapi ia memilih yang paling indah dan segar. Pria itu menatap layar laptopnya, tapi pikirannya melayang pada wajah Kartini. "Kaku atau tidak, aku harus melakukan ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya yang tegas, menambah pesona misteriusnya. Beberapa jam kemudian, pelayan mengetuk pintu dengan hati-hati, membawa buket mawar yang telah tiba. Antonio berdiri, mengambil buket tersebut dengan anggukan kecil, lalu berjalan keluar kamar dengan langkah penuh keyakinan. Buket itu menjadi saksi usahanya untuk menjadi pria yang lebih romantis, walau caranya tetap dipenuhi keanggunan dan wibawa yang khas. Saat ia mencapai kamar Kartini, Antonio mendekati pintu dengan hati-hati. Namun, ketika ia hendak mengetuk, suara dari dalam ruangan menghentikannya. "Bastian,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pelakormu vs Aku   Bab 84: Musuh Lama, Konflik Baru

    Pagi itu, ruang rapat utama hotel dipenuhi oleh seluruh jajaran staf dan eksekutif. Antonio duduk di salah satu kursi barisan depan, wajahnya tetap tenang meskipun dadanya terasa bergemuruh. Ia menunggu perkenalan resmi EAM baru, sosok yang diharapkan membawa angin segar ke dalam struktur manajemen hotel. Pak Hendro berdiri di depan, membuka acara dengan suara lantang dan tegas. "Seperti yang sudah saya umumkan sebelumnya, hari ini kita akan menyambut EAM baru kita, seseorang yang memiliki pengalaman dan kompetensi luar biasa di bidang perhotelan. Mari kita sambut, Bastian Dharma." Mendengar nama itu, tubuh Antonio menegang. Pikirannya langsung berputar liar, tapi ia tetap berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap netral. Ketika pintu terbuka, sosok yang tidak asing baginya masuk dengan langkah percaya diri. Itu memang benar—Bastian, mantan suami Kartini. Antonio menatap lurus ke depan, tetapi hatinya seperti disulut api. "Kenapa harus dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Pelakormu vs Aku   Bab 85: Ladang Persaingan

    Rapat pagi itu di ruang konferensi besar terasa tegang sejak awal. Antonio duduk di kursinya dengan postur tegak dan wajah dingin, tangannya yang baru sembuh sebagian dari gips bertumpu di meja. Di seberangnya, Bastian tampak lebih santai, tetapi sorot matanya jelas penuh tantangan. Topik diskusi adalah strategi pemasaran untuk meningkatkan okupansi hotel, terutama di segmen tamu bisnis. "Rencana itu terlalu berisiko," Antonio memulai, suaranya tegas. "Mengalihkan sebagian besar anggaran ke pemasaran digital tanpa memastikan ROI yang jelas akan membuat kita rentan terhadap kerugian." Bastian langsung menyela. "Antonio, kalau kita terus berpikir konservatif seperti itu, kita akan tertinggal. Kompetitor kita sudah berinvestasi besar di media digital, dan mereka mulai melihat hasilnya. Kita harus berani mengambil langkah besar." Antonio mendengus pelan, lalu menatap Bastian dengan dingin. "Langkah besar tanpa perhit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Pelakormu vs Aku   Bab 86: Persaingan Halus di Depan Investor

    Ruang lobi hotel dipenuhi suasana formal saat rombongan investor asing tiba. Antonio dengan setelan jas rapi, berdiri dengan penuh wibawa di samping Pak Hendro. Di sebelahnya, Bastian juga terlihat santai tetapi dengan senyum penuh percaya diri. Para investor ini adalah kunci untuk meningkatkan modal hotel, dan setiap ide yang mereka presentasikan hari ini akan menentukan keputusan besar. Ketika Antonio mulai memaparkan idenya, suaranya terdengar tegas dan meyakinkan. "Strategi kita ke depan adalah mengintegrasikan layanan berbasis teknologi untuk tamu bisnis. Dengan aplikasi custom, tamu dapat memesan fasilitas meeting, catering, hingga transportasi langsung dari ponsel mereka. Ini akan memberikan kemudahan yang menjadi nilai tambah." Para investor tampak tertarik. Salah satu dari mereka mengangguk, mencatat poin yang disampaikan Antonio. Namun, sebelum Antonio bisa melanjutkan, Bastian menyela dengan senyum halus. "Itu id

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Pelakormu vs Aku   Bab 93 : Lukisan di Kamar

    Langit sore mulai meredup ketika Antonio melangkah masuk ke rumahnya setelah selesai dengan sesi latihan tembaknya. Kaus polo hitam yang ia kenakan melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menyiratkan kelelahan sekaligus kesan menawan yang tak terbantahkan. Langkahnya tenang, tetapi tatapannya tajam menyusuri ruangan, mencari seseorang—Kartini. Namun, Kartini tidak terlihat di mana-mana. Antonio mengerutkan dahi. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, ia berhenti sejenak. Kartini ada di sana. Wanita itu berdiri diam di depan dinding besar yang dihiasi sebuah lukisan wanita mengenakan gaun marun. Kartini tampak terpaku, matanya menatap lekat pada detail lukisan itu. Antonio bersandar di ambang pintu, kedua lengannya menyilang di dada. Matanya mengamati Kartini yang tampak begitu terpesona, tetapi ekspresinya tetap dingin. “Kartini,” suara baritonnya memecah

  • Pelakormu vs Aku   Bab 92 – Tepat Sasaran

    Antonio berdiri di area latihan tembak dengan postur tegap, mengenakan pakaian olahraga hitam yang membuat auranya semakin mencolok. Sebuah pistol semi-otomatis berada di genggamannya, siap untuk digunakan. Ia menarik napas panjang, menatap target yang berada beberapa meter di depannya—sebuah lingkaran dengan titik merah di tengah. DOR! Tembakan pertama melesat, tepat mengenai tepi lingkaran tengah. Antonio sedikit menghela napas, tampak tak puas. Ia mengangkat pistolnya lagi, tetapi kali ini wajahnya tampak lebih serius. Dalam pikirannya, ia membayangkan wajah seseorang. “Bastian,” gumamnya sambil mengarahkan pistol. “Kalau saja kamu tahu betapa menyebalkannya dirimu…” DOR! Kali ini tembakannya tepat di tengah. Antonio menyeringai kecil, senang membayangkan dirinya sedang "mengalahkan" Bastian, meski hanya di pikirannya. “Pak Antonio, Anda tampaknya sangat f

  • Pelakormu vs Aku   Bab 91 – Pertemuan yang Tak Pernah Tenang

    Antonio berjalan dengan tenang di lorong hotel, memeriksa setiap detail dari pelayanan hingga suasana hotel. Mata tajamnya memperhatikan kerapian meja, keramahan staf, hingga suasana yang dihadirkan. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa. Tapi, tentu saja, tidak bagi Bastian. “Antonio!” suara khas itu memecah keheningan. Antonio berhenti sejenak, menoleh, lalu kembali berjalan. Namun, seperti biasa, Bastian tak menyerah. Ia mengejar dengan langkah cepat, membawa senyum yang seolah penuh kemenangan. “Kenapa selalu buru-buru kalau ketemu aku? Takut kalah debat, ya?” goda Bastian sambil menyamakan langkah dengan Antonio. Antonio menghela napas pelan, menoleh tanpa banyak ekspresi. “Kalau tidak ada yang penting, lebih baik kembali ke pekerjaanmu.” “Tenang dulu, bos. Aku cuma mau ngobrol ringan. Kamu tahu Kartini pindah kerja ke mana?” tanyanya tiba-tiba, mencoba terdengar santai, tapi matanya penuh selidik.

  • Pelakormu vs Aku   Bab 90 – Misteri di Balik Nama Kontak

    Di sebuah sore yang sibuk, Bastian berjalan menuju ruang kerja Antonio dengan setumpuk dokumen di tangannya. Laporan ini adalah hasil kerja keras timnya, dan walau hubungan mereka sering penuh tensi, ia tahu bahwa tugas adalah tugas. Antonio, sebagai atasan langsungnya, tetap harus menerima laporan tersebut. Setibanya di ruangan Antonio, pria itu duduk dengan sikap serius seperti biasa, membaca laporan yang baru saja diberikan oleh Bastian. Ia mengernyit sedikit, menunjuk beberapa bagian. “Ini tidak sinkron dengan data sebelumnya. Revisi, dan perbaiki sebelum sore ini,” kata Antonio, nada suaranya dingin namun profesional. Bastian mengangguk kecil, lalu menjawab, “Baik, saya akan perbaiki. Tapi bagian mana yang lebih detil harus dirapikan?” Sebelum Antonio sempat menjawab, tiba-tiba ponsel di mejanya berdering. Antonio dengan refleks melirik layar ponselnya dan terlihat agak tegang. Di layar ponsel itu, hanya ada

  • Pelakormu vs Aku   Bab 89 – Kemenangan Sang Juara

    Malam sudah semakin larut, tetapi suasana di lapangan golf masih terasa hangat dan penuh semangat. Pertandingan final dimulai kembali setelah jeda istirahat 20 menit. Antonio kembali ke lapangan dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Keringat yang mengucur deras membasahi kemejanya, membuatnya semakin tidak nyaman. Tanpa banyak basa-basi, ia meraih kerah bajunya, menariknya ke atas, dan melepaskannya begitu saja. Kartini, yang berdiri tak jauh, menahan napas. Di bawah sinar lampu lapangan yang terang, tubuh Antonio terlihat begitu memukau. Dadanya yang bidang dengan lebar sekitar 80 cm terlihat jelas, kulitnya kecokelatan sempurna, dengan garis otot yang terpahat rapi. Lengan yang kokoh, punggung lebar, dan perutnya yang berotot menciptakan perpaduan sempurna antara kekuatan dan estetika. Keringat yang masih menetes di kulitnya seperti menambah kilauan, membuatnya terlihat seperti sosok dari lukisan dewa-dewa Yunani. Terlebih tinggi badannya

  • Pelakormu vs Aku   Bab 88: Saat Hobi Bertemu Perasaan

    Setelah hampir dua jam bertanding, Antonio terlihat sangat santai, bahkan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Pukulan demi pukulan dilontarkan dengan presisi tinggi, sementara rekan-rekannya sudah tampak kelelahan. Tatiana dan Kartini berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan dengan takjub. "Wow, Kak Antonio ini nggak ada capeknya, ya?" Tatiana tertawa, menonton kakaknya yang tampaknya begitu menikmati permainannya. Kartini, yang agak khawatir, menatap Antonio dengan tatapan bingung. "Apa selama ini Pak Antonio memang main golf terus tanpa henti seperti ini?" tanyanya, sedikit khawatir. Tatiana mengangguk, terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan kakaknya. "Kakakku itu bisa main sampai sore, bahkan malam. Golf itu hobinya. Makanya dia punya koleksi tongkat golf yang harganya nggak main-main," jawabnya sambil tersenyum lebar. Kartini mengangguk pelan, sedikit mengerti, meskipu

  • Pelakormu vs Aku   Bab 87: Lapangan Golf

    Langit cerah membentang luas di atas lapangan golf yang hijau dan rapi. Angin sepoi-sepoi menambah kesejukan udara, menciptakan suasana yang seharusnya tenang dan damai. Namun, suasana hati Antonio sepertinya sedang bergolak. Ia berdiri di atas rumput, tongkat golf di tangannya, dan tatapannya penuh amarah, seolah setiap pukulan adalah pelampiasan untuk perasaan yang tak terungkapkan. Tatiana, yang duduk di dekat buggy golf, hanya menggelengkan kepala. "Kak, ini main golf, bukan mau tanding tinju atau perang , lho," ujarnya setengah bercanda sambil memandang kakaknya yang terus-menerus memukul bola dengan agresif. Antonio hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Pukulannya terdengar keras, dan bola itu terlempar jauh, hampir menabrak pembatas lapangan. Kartini yang berdiri tidak jauh dari situ mengerutkan keningnya, menyaksikan dengan cemas. Ia mendekat, memegang bola golf baru, dan dengan hati-hati meletakkann

  • Pelakormu vs Aku   Bab 86: Persaingan Halus di Depan Investor

    Ruang lobi hotel dipenuhi suasana formal saat rombongan investor asing tiba. Antonio dengan setelan jas rapi, berdiri dengan penuh wibawa di samping Pak Hendro. Di sebelahnya, Bastian juga terlihat santai tetapi dengan senyum penuh percaya diri. Para investor ini adalah kunci untuk meningkatkan modal hotel, dan setiap ide yang mereka presentasikan hari ini akan menentukan keputusan besar. Ketika Antonio mulai memaparkan idenya, suaranya terdengar tegas dan meyakinkan. "Strategi kita ke depan adalah mengintegrasikan layanan berbasis teknologi untuk tamu bisnis. Dengan aplikasi custom, tamu dapat memesan fasilitas meeting, catering, hingga transportasi langsung dari ponsel mereka. Ini akan memberikan kemudahan yang menjadi nilai tambah." Para investor tampak tertarik. Salah satu dari mereka mengangguk, mencatat poin yang disampaikan Antonio. Namun, sebelum Antonio bisa melanjutkan, Bastian menyela dengan senyum halus. "Itu id

  • Pelakormu vs Aku   Bab 85: Ladang Persaingan

    Rapat pagi itu di ruang konferensi besar terasa tegang sejak awal. Antonio duduk di kursinya dengan postur tegak dan wajah dingin, tangannya yang baru sembuh sebagian dari gips bertumpu di meja. Di seberangnya, Bastian tampak lebih santai, tetapi sorot matanya jelas penuh tantangan. Topik diskusi adalah strategi pemasaran untuk meningkatkan okupansi hotel, terutama di segmen tamu bisnis. "Rencana itu terlalu berisiko," Antonio memulai, suaranya tegas. "Mengalihkan sebagian besar anggaran ke pemasaran digital tanpa memastikan ROI yang jelas akan membuat kita rentan terhadap kerugian." Bastian langsung menyela. "Antonio, kalau kita terus berpikir konservatif seperti itu, kita akan tertinggal. Kompetitor kita sudah berinvestasi besar di media digital, dan mereka mulai melihat hasilnya. Kita harus berani mengambil langkah besar." Antonio mendengus pelan, lalu menatap Bastian dengan dingin. "Langkah besar tanpa perhit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status