Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pelakormu vs Aku: Chapter 41 - Chapter 50

91 Chapters

Bab 41: Cuman kebetulan atau terencana?

Langit senja mulai memayungi Hotel Fransco, tetapi kesibukan di dalam tak menunjukkan tanda-tanda mereda. Seluruh staf sibuk mempersiapkan acara pelepasan Pak Aditya, General Manager mereka yang dihormati. Suasana terasa campur aduk, antara sedih karena kehilangan pemimpin yang bijaksana, dan penasaran dengan sosok GM baru yang akan menggantikannya. "Aku dengar Pak Aditya akan pindah ke Bali, jadi GM di salah satu hotel bintang lima di sana," bisik seorang resepsionis pada rekannya di pantry. "Serius? Wah, enak banget ya, kerja di Bali," sahut rekannya dengan nada iri. "Tapi... kamu tahu gak siapa penggantinya?" "Katanya sih orangnya ganteng banget, mapan, karismatik. Pokoknya idaman banget deh!" Gosip ini menyebar dengan cepat, membuat suasana semakin heboh. Beberapa staf wanita mulai merapikan dandanan mereka, berharap tampil menawan di depan GM baru nanti. Di tengah acara, Pak Aditya dan Pak Hendro, sang o
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 42: Ketegangan dengan sedikit chemistry

Setelah mengambil GoFood-nya dan makan sebentar di pantry, Kartini menikmati makanan itu dalam diam. Namun, belum sempat ia menghabiskan semuanya, seorang rekan kerja mendatanginya dengan wajah cemas. "Kartini, ayo cepat! Semua diminta masuk ke ruang acara. Pak Hendro mau ngenalin GM baru kita ke semua karyawan," ucapnya dengan nada mendesak. Kartini mendesah pelan, merasa sedikit terganggu. "Bentar, makananku belum selesai." "Udah, nanti aja. Kalau telat, bisa kena teguran!" Dengan berat hati, Kartini meninggalkan makanannya yang masih setengah, lalu mengikuti langkah rekannya menuju ballroom utama. Di dalam, suasana sudah tertata rapi. Semua karyawan dari berbagai divisi berdiri berbaris sesuai jabatan mereka, dari manajer hingga staf biasa. Pak Hendro, owner Hotel Fransco, berdiri di depan ruangan bersama Antonio yang kini tampak lebih formal dibanding saat Kartini menabraknya tadi. Dengan setelan jas hita
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 43: Ujian Tersirat di Kantin

Kartini duduk sendirian di kantin hotel, menatap catatan hasil rapat tadi dengan penuh konsentrasi. Meski rasa malu akibat teguran Antonio masih menyelimuti pikirannya, ia bertekad untuk tidak membiarkan insiden itu mengganggu performanya. “Ini pelajaran. Jangan sampai kejadian tadi bikin aku dianggap nggak kompeten,” pikirnya sambil membaca ulang poin-poin penting yang ia tulis. Namun, suara langkah sepatu berderap mendekat, diikuti aroma maskulin yang familiar. Kartini mendongak, dan di hadapannya Antonio sudah duduk dengan santai, jasnya tetap rapi tanpa cela, kacamata hitamnya disematkan di saku jas. “Kok sendirian di sini?” tanya Antonio tanpa basa-basi, suaranya rendah tapi tegas. Kartini meneguk ludah, sedikit terkejut. “Saya… lagi baca catatan dari rapat tadi, Pak.” Antonio mengangkat alis, sedikit tersenyum tipis, namun senyum itu sulit diartikan. Ia bersandar ke kursi, matanya menatap Kartini tajam. “Bagus. Kalau
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 44-45:Pertarungan Kecerdasan di Rapat

Sudah empat bulan sejak Antonio bergabung sebagai GM di hotel ini. Dalam kurun waktu tersebut, ia telah mengamati kinerja Kartini dengan cermat. Ia selalu terkesan dengan ketekunan dan kecekatan Kartini, terutama dalam menangani masalah yang tampaknya sepele namun mempengaruhi kinerja hotel secara keseluruhan. Namun, hari ini, Antonio memutuskan untuk menguji langsung kemampuan tim housekeeping dalam rapat penting yang diadakan untuk membahas peningkatan pelayanan tamu. Ruangan rapat kali ini dipenuhi oleh para manajer dan kepala departemen, termasuk tim housekeeping. Antonio duduk di ujung meja, wajahnya serius, tidak menunjukkan ekspresi yang bisa ditebak. Ia memulai rapat dengan nada yang tegas. “Sekarang, kita akan membahas tentang pelayanan tamu. Salah satu aspek penting yang seringkali terlupakan adalah kebersihan kamar. Jadi, saya ingin mendengar ide-ide inovatif kalian, bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas layanan housekeeping kita.” Semua orang diam sejenak. Setiap
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 46: Kemenangan yang Pahit

Kadita tampak frustrasi di area belakang rumah. Ember penuh pakaian basah berserakan, sementara dirinya berdiri dengan muka masam, menginjak-injak pakaian dengan penuh emosi. Ia meremas sebuah baju, lalu melemparnya kembali ke ember dengan kasar. “Kenapa hidupku jadi kayak gini, sih?! Bastian, dasar laki-laki nggak berguna! Semua ini gara-gara kamu!” seru Kadita dengan nada tinggi, matanya mulai berkaca-kaca. Ia mencengkram rambutnya sendiri, kemudian duduk di bangku kayu dengan napas tersengal, seolah kelelahan oleh amarah dan rasa frustrasi. Di saat yang sama, suara langkah Kartini terdengar mendekat. Ia baru saja kembali ke rumah karena menyadari ada berkas penting yang tertinggal. Namun, suara gaduh di area belakang menarik perhatiannya. Kartini berjalan pelan ke arah sumber suara, dan pemandangan di depannya membuatnya terkejut sekaligus geli. Kadita tampak seperti orang yang kehilangan akal, duduk di antara pakaian ba
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 47: Pilihan yang Salah

Kadita duduk di ruang tamu rumah mereka, jari-jarinya sibuk menggulir layar ponsel, mencari pembeli untuk tas-tas mewahnya. Sesekali ia mendesah panjang. "Ah, siapa peduli jadi ibu rumah tangga. Hidup di rumah ini bener-bener bikin gila," gumamnya sambil mengetik pesan ke teman-teman sosialitanya. Setelah mendapatkan pembeli, Kadita segera mengemas tas-tas itu dan mulai merancang rencana jalan-jalan ke Bali. Hidup sederhana bukan dunianya. Beberapa hari kemudian, ia sudah berada di bandara, tersenyum lebar bersama teman-temannya. Pakaian mereka mencolok, riasan wajah sempurna, seolah semua masalah hilang dalam sekejap. ____ Di rumah, Ibu Sulastri hanya bisa mengelus dada. Bayi Kadita menangis tak henti-henti sejak pagi, sementara Bastian terlihat lelah menghadapi kekacauan di rumah. “Ini istri kamu, ya? Enak banget hidupnya liburan ke Bali, ninggalin anaknya sama kita semua di sini! Dasar nggak punya tanggung jawab!” omel I
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 48: Penyesalan yang Terlambat

Keesokan harinya saat Kadita masih belum pulang. Suasana ruang tamu terasa tegang malam itu. Bastian duduk di sofa dengan wajah penuh penyesalan, sementara Kartini berdiri di depannya, tangan terlipat di dada. Tatapan matanya dingin, penuh kebencian yang telah terpendam sekian lama. “Kartini, aku minta maaf...” Bastian memulai, suaranya serak. “Aku tahu aku salah. Aku bodoh karena memilih Kadita. Aku sadar sekarang, dia nggak lebih baik darimu. Aku... aku benar-benar menyesal.” Kartini mendengus, memiringkan kepala sambil menatap Bastian dengan tatapan penuh sindiran. “Baru sadar sekarang? Setelah semua yang aku lalui? Setelah aku dihancurkan, dihina, ditinggalkan? Baru sekarang kamu merasa menyesal?” “Kartini, aku tahu aku keterlaluan. Tapi aku mohon... beri aku kesempatan kedua. Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kembali ke kamu dan anak-anak,” Bastian meraih tangan Kartini, namun wanita itu segera menarik tangannya dengan kasar.
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 49: Sebuah Kesempatan Besar

Hari itu Kartini sedang memeriksa laporan check-out tamu di komputer bagian housekeeping. Matanya sibuk mengamati setiap detail laporan, memastikan tidak ada yang terlewat. Pikiran tentang perceraian yang semakin dekat dengan Bastian terus menghantui, tetapi ia berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan agar tidak terlarut dalam emosi. “Kartini,” suara dalam bariton khas Antonio terdengar di belakangnya. Kartini langsung menoleh, agak terkejut melihat sang General Manager berdiri dengan raut serius tapi santai. “Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” “Ayo ikut saya sebentar,” ucap Antonio singkat, lalu melangkah ke arah lorong yang lebih sepi tanpa menunggu jawaban. Kartini buru-buru mengikuti langkahnya, merasa sedikit gugup. Mereka akhirnya berhenti di sebuah balkon kecil di lantai atas, tempat yang jarang dikunjungi staf lain. Angin sore yang sejuk bertiup lembut, membuat suasana sedikit lebih santai. “Saya
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 50: Pikiran yang Tak Bisa Tenang

Malam itu, Antonio duduk di balkon apartemennya, ditemani segelas anggur merah dan semilir angin malam. Seharusnya ia merasa santai setelah menjalani hari yang panjang sebagai General Manager hotel, tetapi pikirannya tak kunjung tenang. Satu nama terus mengganggu pikirannya: Kartini. Antonio menghela napas panjang, menatap kosong ke langit malam yang bertabur bintang. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan membuka galeri di ponselnya. Ada banyak foto dari berbagai acara hotel bersama staf. Namun, seperti gravitasi, matanya selalu tertuju pada sosok Kartini di setiap foto. “Kenapa dia begitu menarik?” gumamnya pelan. Kartini bukanlah tipe wanita glamor yang biasa Antonio temui dalam lingkaran sosialnya. Namun ada sesuatu dalam dirinya—kombinasi kecerdasan, keanggunan, dan sisi feminin yang kuat—yang berhasil menarik perhatian Antonio. Ia membenci fakta bahwa dirinya, pria yang dikenal dingin dan profesional, mulai memikirka
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 51-52 Anjani yang Terluka dan Permintaan yang Tak Terduga

Di ruang kerjanya yang elegan, Antonio tampak gelisah. Tumpukan dokumen di mejanya tidak mampu menarik perhatiannya. Sesekali ia melirik ponselnya, seolah menunggu sesuatu. Namun, tidak ada kabar yang ia tunggu. Matanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, pikirannya dipenuhi oleh satu nama: Anjani—putri kecilnya yang sedang sakit. Sudah seminggu lebih Anjani demam tinggi dan tak kunjung sembuh. Dokter pribadi keluarga sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi kondisi Anjani tidak menunjukkan perubahan berarti. Satu hal yang membuat Antonio semakin khawatir adalah gumaman Anjani yang terus memanggil, "Mami... mami..." Antonio merasa buntu. Ia harus melakukan sesuatu. Dengan tekad kuat, ia menekan tombol interkom di mejanya. “Kartini, tolong ke ruangan saya sekarang,” suaranya tegas, namun ada nada lembut yang jarang terdengar. *** Bab 52 Hari sudah menjelang senja ketika Antonio dan Kartini keluar dari hotel bersama. Di lobi, beberapa staf sempat melirik penuh ras
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status