Dengan hati-hati, Kartini berdiri di depan Antonio yang duduk di kursi ruang kerjanya. Wajahnya menunduk, mencoba menghindari kontak mata, tetapi tubuhnya tak bisa menghindar dari aura kuat yang dipancarkan pria itu. "Mulailah, Kartini," suara bariton Antonio terdengar dingin, tetapi ada nada lembut di sana yang membuat Kartini semakin gugup. "I-iya, Pak," jawab Kartini pelan, mencoba mengendalikan getar di suaranya. Tangannya yang gemetar mulai meraih kancing atas kemeja Antonio, sementara matanya memejam erat. "Saya mohon maaf, Pak, kalau ini agak lambat," gumamnya, masih dengan pandangan tertutup. Antonio memiringkan kepalanya, mengamati gerak-gerik Kartini yang tampak seperti seekor kelinci kecil yang terjebak. Ia menyeringai kecil, lalu berkata, "Kartini, kau membuka kancing, bukan meraba-raba. Buka matamu." Kartini menggeleng cepat. "T-tidak, Pak. Saya rasa ini lebih baik. Dengan begini, saya
Last Updated : 2025-01-17 Read more