Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pelakormu vs Aku: Chapter 71 - Chapter 80

91 Chapters

Bab 73: Luka yang Tersisa

Di dalam taksi, Kartini duduk diam sambil memandang ke luar jendela. Jalanan kota yang biasanya menenangkan, kini terasa begitu sunyi dan menyesakkan. Udara dingin dari pendingin ruangan taksi menyelimuti tubuhnya, tetapi tak mampu menahan panas air mata yang terus mengalir di pipinya. Ia mencoba menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar oleh sopir. Tangannya gemetar memegang tas di pangkuan, menggenggam erat seolah itu satu-satunya yang bisa membuatnya merasa kuat. Namun, pikirannya terus berputar pada kata-kata Tatiana tadi. "Antonio mencintaimu." Kartini memejamkan matanya erat, seolah ingin menghapus kalimat itu dari ingatannya. Tapi semakin ia mencoba, semakin dalam kata-kata itu menggores hatinya. "Kenapa harus begini? Kenapa dia harus merusak semuanya?" gumamnya pelan, suaranya bergetar. Ia memikirkan kembali hubungannya dengan Antonio selama ini—seorang pemimpin yang tegas, cerdas, dan penuh visi. Mereka ada
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 74: Kecurigaan Antonio

Antonio berjalan cepat menuju ruangan Kartini. Ketukan sepatunya terdengar tegas di sepanjang koridor. Ia baru saja selesai memimpin rapat proyek baru, pikirannya sibuk dengan berbagai rencana, tetapi ia ingin meminta pendapat dari Kartini, orang yang selalu ia percaya untuk memberi masukan jujur. Namun, saat pintu ruangan itu terbuka, Antonio terdiam. Ruangan yang biasanya rapi dan penuh aktivitas kini kosong. Meja kerja bersih tanpa dokumen, kursi tersandar rapi, dan permukaan meja bahkan terlihat berdebu tipis. Pandangannya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda kehadiran Kartini. Tidak ada. Dahi Antonio berkerut, dadanya mulai terasa sesak. “Kartini?” panggilnya pelan, seolah berharap wanita itu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tak mendapat jawaban, ia keluar dari ruangan dan memanggil salah satu staf housekeeping. “Cari manajer housekeeping sekarang juga,” perintahnya singkat. Beberapa menit kemudian, manajer housek
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 75: Amarah yang Tak Terbendung

Tatiana sedang duduk santai di ruang tamu apartemennya, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca majalah fesyen. Ketukan keras di pintu membuatnya tersentak. "Siapa yang mengetuk seperti ini?" pikirnya dengan alis mengernyit. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu, membukanya dengan raut heran. Di hadapannya berdiri Antonio, dengan wajah kusut dan mata yang menyiratkan kemarahan besar. Setelan jasnya tampak kusut, dasinya longgar, dan rambutnya sedikit berantakan—tanda bahwa dia datang dalam keadaan tergesa dan penuh emosi. "Antonio? Ada apa ini? Kenapa kakak kelihatan seperti—" “JANGAN pura-pura tidak tahu, Tatiana!” suara Antonio menggelegar, membuat Tatiana membeku di tempat. Ini pertama kalinya dia melihat kakaknya yang selalu tenang dan dingin kehilangan kendali seperti ini. Tatiana mengerjap, bingung. “Kakak, apa yang terjadi? Apa maksudmu?” tanyanya dengan suara pelan. “APA yang kau katakan pada Kar
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 76: Suara yang Mengguncang Hati

Sudah hampir 1 tahun sejak ia pergi dari kehidupan Antonio, hatinya menjadi lebih tenang sedikit walau ia tak mampu membohongi diri sendiri kalau juga memiliki sedikit perasaan. Malam ini, Kartini sedang duduk di ruang tamu kecilnya, menatap layar ponselnya dengan cemas. Beberapa bulan terakhir, ia terus menerima pesan dan panggilan dari Tatiana yang memohon agar ia kembali. Kartini merasa tertekan, hatinya berkecamuk, tetapi trauma masa lalunya selalu menjadi tembok yang terlalu sulit untuk dilewati. Akhirnya, setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk memblokir nomor Tatiana agar bisa mendapatkan ketenangan. Ia tidak ingin terus diganggu, meskipun ada rasa bersalah yang mengintip di balik keputusannya itu. Namun, malam ini terasa berbeda. Tidak lama setelah ia memblokir nomor Tatiana, sebuah nomor tak dikenal mulai menghubunginya. Panggilan itu terus datang tanpa henti. Kartini menghela napas kesal, berpikir bahwa itu mun
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 77: Cinta yang Terungkap dalam Kesakitan

Kartini duduk di sudut taksi dengan tangan gemetar. Ia memutuskan untuk menelpon nomor yang tadi mengirimkan pesan suara. Suara di ujung sana adalah milik Tatiana, terdengar penuh harap. "Kartini? Kau datang? Syukurlah... syukurlah," suara Tatiana hampir pecah. "Aku akan menjemputmu di depan rumah sakit. Tunggu di lobi, ya." Sesampainya di lobi rumah sakit, Tatiana segera menghampiri Kartini. Tatiana terlihat lelah, tetapi wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia menggenggam tangan Kartini dengan erat, menuntunnya menuju kamar perawatan Antonio. Sepanjang perjalanan, Kartini hanya diam, tetapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang dalam. "Apakah dia benar-benar seburuk itu?" batinnya bertanya-tanya, tetapi ia takut untuk mendengar jawabannya. Tatiana membuka pintu kamar dengan hati-hati, memberi isyarat agar Kartini masuk. Saat Kartini melangkah, hatinya remuk melihat pemandan
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 78: Kemajuan Antonio

Setelah beberapa minggu yang penuh dengan perjuangan, dokter akhirnya memberikan kabar yang ditunggu-tunggu oleh semua orang—Antonio boleh pulang ke rumah. Namun, dengan peringatan bahwa tangan kanannya yang patah masih membutuhkan kontrol rutin dan perawatan intensif. Kabar ini menjadi angin segar bagi semua, terutama Antonio yang sudah bosan terbaring tanpa aktivitas. Di kamar rumah sakit, Tatiana terlihat sibuk membereskan barang-barang kakaknya. "Akhirnya, ya! Kau bebas dari tempat ini. Tapi aku harap kau ingat, tangan kananmu itu bukan alasan untuk langsung terjun ke kerjaan, Antonio!" katanya sambil melirik sinis ke arah kakaknya. Antonio hanya tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Kartini yang tengah merapikan selimut di kursi samping tempat tidurnya. "Aku tahu, Tatiana," jawabnya dingin. "Tapi aku bukan tipe orang yang betah duduk diam." Tatiana mendesah dramatis. "Ya, ya, siapa yang tidak tahu itu." Ia lalu melirik Kartini den
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 79: Langkah Baru

Tatiana mendekati Kartini suatu sore, ketika suasana rumah terasa damai. Ia menatap Kartini dengan senyum lembut, mencoba membuka pembicaraan yang sudah ia pikirkan sejak lama. "Kartini, aku tahu kakakku butuh perhatian ekstra sekarang. Dan aku pikir... kau tahu, tidak ada yang lebih baik untuk menjaga Antonio selain dirimu." Kartini mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu di balik kata-kata itu. "Maksudmu, Tatiana?" Tatiana tertawa kecil, "Aku ingin kau tinggal di sini, bersama anak-anakmu. Kamar tamu di rumah ini besar, nyaman, dan aku yakin Anjani akan sangat bahagia karena ia sering merindukan kedua putrimu." Kartini awalnya ragu. Tinggal di rumah Antonio? Itu seperti menempatkan dirinya di pusat badai perasaan yang selama ini ia coba hindari. Tetapi, melihat kesungguhan di mata Tatiana, dan memikirkan kebahagiaan Anjani serta kebutuhan Antonio untuk pemulihan, ia akhirnya mengangguk perlahan. "Baiklah.
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 80: Sentuhan yang Membuat Degup Jantung Menggila

Dengan hati-hati, Kartini berdiri di depan Antonio yang duduk di kursi ruang kerjanya. Wajahnya menunduk, mencoba menghindari kontak mata, tetapi tubuhnya tak bisa menghindar dari aura kuat yang dipancarkan pria itu. "Mulailah, Kartini," suara bariton Antonio terdengar dingin, tetapi ada nada lembut di sana yang membuat Kartini semakin gugup. "I-iya, Pak," jawab Kartini pelan, mencoba mengendalikan getar di suaranya. Tangannya yang gemetar mulai meraih kancing atas kemeja Antonio, sementara matanya memejam erat. "Saya mohon maaf, Pak, kalau ini agak lambat," gumamnya, masih dengan pandangan tertutup. Antonio memiringkan kepalanya, mengamati gerak-gerik Kartini yang tampak seperti seekor kelinci kecil yang terjebak. Ia menyeringai kecil, lalu berkata, "Kartini, kau membuka kancing, bukan meraba-raba. Buka matamu." Kartini menggeleng cepat. "T-tidak, Pak. Saya rasa ini lebih baik. Dengan begini, saya
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 81: Jebakan Manis di Tengah Taman

Di balkon lantai atas rumah megah itu, Antonio berdiri bersandar pada pagar besi berukir, memandang ke bawah dengan senyum tipis. Matanya tertuju pada Kartini, yang tengah asyik melukis di taman. Kartini terlihat begitu tenang dengan rambut yang sesekali tersapu angin. Di depannya, sebuah kanvas besar berdiri kokoh di atas tripod. Kartini memegang kuas dengan jemarinya yang lentik, membiarkan warna-warna cerah menari di atas kanvas. "Jadi dia suka melukis juga," gumam Antonio pelan, sedikit mengangkat alis. "Menarik." Ia menatapnya beberapa saat, menikmati pemandangan itu—bukan taman atau lukisannya, tapi Kartini sendiri. Ada sesuatu yang memesona dari caranya melukis, seolah-olah seluruh dunia tidak ada. Namun, itu membuat Antonio merasa... ingin mengganggu sedikit. Dengan senyum nakal, ia bersandar lebih ke pagar, berdeham pelan, tetapi cukup keras untuk memastikan Kartini mendengar. --- Di
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 82: Malam Penuh Pengakuan di Bawah Langit

Malam itu terasa begitu sunyi. Hanya suara angin yang lembut berdesir di sekitar balkon lantai atas, tempat Kartini berdiri sendirian. Ia menatap bulan yang menggantung sempurna di langit, dihiasi ribuan bintang yang tampak berkilauan seperti berlian. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hati yang akhir-akhir ini sulit ia kendalikan. "Kenapa aku jadi begini..." Kartini bergumam pelan, bibirnya melengkungkan senyum kecil yang getir. "Apa ini karena dia?" Pikirannya melayang pada Antonio—sosok yang begitu dingin, namun entah kenapa mampu menghadirkan kehangatan dalam hatinya. Semakin ia mencoba mengalihkan pikirannya, semakin kuat rasa itu menghantuinya. Namun, malam yang hening itu segera terusik oleh suara langkah kaki. Derapnya pelan tapi pasti, seolah seseorang sengaja tidak ingin membuat Kartini terkejut. Kartini menghela napas dalam-dalam, mencoba mengabaikannya, mengira itu pelayan rumah yang sedan
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status