Home / Rumah Tangga / Pelakormu vs Aku / Bab 61: Menghindar dan Berhadapan Langsung

Share

Bab 61: Menghindar dan Berhadapan Langsung

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-01-14 19:04:52

Hari-hari di kantor berubah menjadi penuh kecanggungan bagi Kartini. Setelah malam itu, ia tak bisa menghapus momen ketika Antonio mencium keningnya. Bukan hanya karena perasaan asing yang muncul, tetapi juga karena kebingungan besar tentang apa maksud dari tindakan pria itu.

Setiap kali ia melangkah di koridor kantor, mendengar suara langkah berat Antonio dari kejauhan saja sudah membuat jantungnya berdebar. Begitu Antonio memanggilnya ke ruangannya, ia selalu mencari alasan untuk menghindar. Terkadang pura-pura sibuk dengan pekerjaannya, terkadang meminta rekan kerjanya untuk menyampaikan pesan bahwa ia sedang berada di luar ruangan.

Namun, ketika panggilan itu bersifat penting, seperti rapat besar bersama tim atau klien, Kartini tak punya pilihan selain hadir. Meski begitu, ia selalu duduk sejauh mungkin dari Antonio, menghindari tatapan pria itu, dan berbicara seperlunya saja.

---

Antonio mulai menyadari perub
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pelakormu vs Aku   Bab 62: Antonio yang Dimabuk Cinta

    Ruangan itu sunyi, hanya ada suara anggur yang dituangkan perlahan ke dalam gelas kristal Antonio. Di tengah kesunyian yang menenangkan itu, matanya yang tajam tak berhenti menatap ke depan, kosong dan dalam, meskipun pikirannya penuh akan satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang. Kartini. Wanita yang telah meresap ke setiap celah pikirannya, merubah segala sesuatu tanpa ia sadari. “Siapkan kanvasnya,” suara Antonio terdengar tegas, namun ada kelembutan yang samar di dalamnya, sebuah perasaan yang tidak biasa. Pelukis yang ada di hadapannya mengangguk cepat, mengetahui betul apa yang harus dilakukan. Ini bukan gambaran biasa, bukan sekadar lukisan untuk memenuhi waktu. Ini adalah lukisan tentang wanita yang kini menguasai hati Antonio, wanita yang tak bisa lepas dari pikirannya. Pelukis itu duduk, menyiapkan alatnya, namun Antonio tak langsung berbicara. Ia mengangkat gelas anggurnya, meneguknya dengan tenang, matanya tetap lurus ke depan, seolah berbic

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 63: Antonio yang Terpesona

    Antonio berdiri di hadapan lukisan yang baru selesai dikerjakan, matanya yang tajam menatap lukisan itu dengan penuh perhatian, seolah meneliti setiap detail. Suasana di ruangan itu hening, hanya ada suara detakan jam dinding yang berirama pelan, menandakan betapa tenangnya hati Antonio, meskipun sebetulnya hatinya bergejolak. Lukisan itu memancarkan keanggunan yang begitu kuat, dengan Kartini yang terlukis begitu sempurna—matanya yang tajam, tubuhnya yang penuh dengan lekuk elegan, dan gaun merah marunnya yang tampak melilit indah di tubuhnya. Setiap detail dalam lukisan itu seperti menangkap esensi Kartini yang sesungguhnya. Antonio berdiri beberapa langkah dari lukisan, matanya tidak pernah lepas, tak peduli waktu yang berjalan. Untuk sesaat, dia hanya terdiam, seolah membiarkan perasaan itu menguasainya. Mungkin, lebih tepatnya, dia terpesona. “Pelukis,” suara Antonio terdengar rendah namun berwibawa, seolah perintah yang datang begit

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 64: Pendekatan yang Hati-hati

    Setelah rapat panjang yang penuh tekanan, Antonio memutuskan untuk meluangkan waktu sejenak. Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju ruang kerja Kartini. Ketika pintu ruangannya terbuka, ia mendapati Kartini sedang berdiskusi dengan salah satu staf. Suasana di ruang itu tetap profesional, namun ada sesuatu yang berbeda kali ini di antara mereka. Kartini menoleh begitu mendengar pintu terbuka. Matanya bertemu dengan mata Antonio, dan meskipun terkejut, ia langsung menata diri, berusaha tetap tenang dan menjaga sikap profesional. Antonio menghentikan langkahnya, berdiri dengan postur tegak. "Kartini," sapa Antonio dengan nada yang berat namun penuh perhatian. "Iya, Pak?" jawab Kartini dengan sopan, tetap berusaha menjaga wajahnya netral meskipun ada sedikit kegugupan. Antonio menatap Kartini sejenak, sebelum melanjutkan dengan pertanyaan yang terdengar begitu wajar namun sangat memperhatikan. "Apakah Anda sudah mempersiapka

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 65: Berita Kekalahan

    Pagi itu, Antonio tengah duduk di ruang kerjanya di rumah, menyesap kopi hitam sembari membaca laporan mingguan. Suasana tenang itu terusik oleh dering telepon dari adiknya, Tatiana. “Antonio, kau tidak akan percaya apa yang baru saja kudengar,” suara Tatiana terdengar penuh semangat di ujung telepon. Antonio mengangkat alis, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Apa yang membuatmu begitu antusias pagi-pagi begini, Tati?” tanyanya dengan nada datar, namun ada sedikit rasa ingin tahu. Tatiana terkekeh kecil sebelum melanjutkan. “Kadita dan Bastian… mereka bercerai!” Antonio terdiam sesaat, matanya menyipit. “Oh?” ucapnya singkat, ekspresinya tetap tenang, meskipun ada kilatan kepuasan di matanya. “Apa yang menyebabkan itu?” Tatiana tak bisa menahan gelak tawa. “Ceritanya terlalu kacau, Antonio. Kadita—wanita sialan itu—ternyata terlibat kasus pemalsuan emas. Dia menjual emas palsu, dan para pembeli yang merasa tert

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 66: Pertemuan Hangat

    Hari itu, Antonio mengundang Kartini ke rumahnya untuk sebuah pertemuan istimewa. Bukan untuk membahas pekerjaan, tapi untuk memperkenalkan Kartini kepada putri kecilnya sekaligus berterima kasih, yang baru saja sembuh dari sakit. Kartini berdiri ragu di depan pintu rumah besar itu. Saat pintu terbuka, Antonio berdiri di sana, mengenakan kemeja hitam yang rapi, wajahnya tetap dingin namun memancarkan aura yang sulit diabaikan. "Selamat datang," ucap Antonio singkat, tangannya memberi isyarat agar Kartini masuk. "Terima kasih, Pak," jawab Kartini dengan sopan, langkahnya perlahan memasuki rumah megah itu. Antonio menutup pintu dengan tenang lalu berjalan mendahului Kartini, mengarah ke ruang tamu yang luas. Di sana, seorang gadis kecil dengan rambut panjang tergerai duduk di sofa, memegang buku cerita di tangannya. Wajahnya terlihat polos namun sedikit pucat, tanda ia belum sepenuhnya pulih. "Anjani

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 67: Pertemuan Tak Terduga

    Pagi itu, Kartini berdiri di depan rumah megah Antonio sambil menggandeng kedua putrinya. Kedua gadis kecil itu, yang masing-masing berusia empat dan tiga tahun, tampak ragu dan terpesona oleh ukuran rumah yang begitu besar. Mata mereka mengamati setiap sudut dengan rasa heran. “Kalian siap bertemu Anjani?” tanya Kartini dengan suara lembut, berusaha menenangkan putrinya yang terlihat canggung. Keduanya hanya mengangguk kecil, masih terlalu malu untuk berbicara. Kartini membunyikan bel, dan pintu besar itu segera terbuka, memperlihatkan Antonio yang berdiri di sana dengan setelan kerja yang rapi. “Selamat pagi,” ucap Antonio dengan nada rendah, tatapannya sejenak beralih dari Kartini ke dua gadis kecil yang bersembunyi di belakang ibunya. “Ini putri-putrimu?” Kartini mengangguk. “Iya, Pak. Ini Kirana dan Keyla.” Antonio menunduk sedikit, berusaha ramah meski wajahnya tetap tegas. “Kirana, Keyla, selamat datan

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 68: Tatiana dan Rasa Ingin Tahunya

    Tatiana melangkah masuk ke ruang keluarga, masih memikirkan percakapannya dengan Kartini di taman tadi. Begitu melihat Antonio duduk di ruang tamu dengan setelan yang rapi meski santai, ia langsung mendekatinya. "Oh jadi kakak yang memanggilku ke sini ya, kakak ini hmmm." “Kak, jadi dia wanita yang kamu maksud?” Tatiana langsung nyeletuk, matanya menyipit penuh rasa ingin tahu. Antonio yang sedang menyesap kopi hanya melirik adiknya sekilas. “Jangan mulai, Tatiana,” jawabnya dingin, suaranya penuh otoritas, seperti biasanya. Tatiana tertawa kecil, tidak gentar. “Tapi, serius. Kalau memang dia, aku harus bilang, dia terlihat... baik. Sangat keibuan, malah. Anak-anak tampak sangat nyaman dengannya.” Antonio tidak langsung menjawab, hanya meletakkan cangkir kopinya di atas meja. Tatapannya tetap tenang, namun ada kilatan kecil di matanya yang sulit diartikan. “Jangan tanyakan hal macam-macam padanya. Aku tidak i

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pelakormu vs Aku   Bab 69: Tatiana dan Penilaian Tulusnya

    Tatiana bersandar santai di sofa ruang tamu, menatap Kartini yang baru saja selesai mengurus anak-anaknya di rumah Antonio. Dengan senyum ramah, ia memanggil Kartini mendekat. “Kartini, kamu punya waktu luang sekarang?” tanya Tatiana, suaranya ringan tetapi penuh maksud. Kartini sedikit terkejut dengan ajakan itu. “Ada, Bu Tatiana. Tapi... ada yang bisa saya bantu?” Tatiana tertawa kecil. “Santai saja, Kartini. Aku cuma ingin kamu menemani aku belanja. Aku sedang butuh teman, biar nggak bosan sendirian.” Kartini ragu-ragu, merasa sedikit canggung. “Saya... takut merepotkan, Bu Tatiana.” “Tidak usah khawatir,” potong Tatiana cepat. “Anggap saja ini ajakan santai dari seorang teman. Ayo, aku tidak akan menerima jawaban tidak.” Kartini akhirnya mengangguk, meskipun hatinya tetap sedikit gugup. Ia tidak ingin membuat Tatiana merasa tersinggung. --- Mereka tiba di

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Pelakormu vs Aku   Bab 96 – Langkah yang Berwarna

    Kartini masih duduk di tepi ranjang, jemarinya menyentuh lembut gelang kaki yang baru saja dipasangkan Antonio. Pikirannya melayang. Dari sekian banyak jenis perhiasan yang ada di dunia ini, kenapa gelang kaki yang dipilih Antonio? Pria itu memang selalu penuh kejutan. Tapi ia juga sadar, di balik setiap tindakan Antonio, pasti ada alasan yang tak tertebak. Dengan sedikit ragu, Kartini akhirnya bertanya, “Pak Antonio…” suaranya hampir seperti bisikan, membuat pria yang sedang berdiri memandangi jendela berbalik perlahan. “Kenapa… memilih gelang kaki?? Maksud saya, Anda bisa memilih cincin, kalung, atau bahkan anting. Tapi kenapa ini?” Antonio menatapnya, senyum tipis yang khas itu kembali muncul di wajahnya. Sorot matanya seperti menembus jiwa, membuat Kartini merasa seperti satu-satunya hal yang penting di dunia ini. Pria itu mendekat, langkahnya tenang namun penuh wibawa. Ia berhenti di depannya, menunduk sedikit hingg

  • Pelakormu vs Aku   Bab 95: Hadiah Tak Terduga

    Kartini menatap lukisan yang baru saja ia selesaikan dengan hati berdebar. Kuas-kuas telah disisihkan, cat yang sedikit belepotan di tangannya menjadi saksi bagaimana ia mengerahkan seluruh perasaannya ke dalam karya itu. Dengan sedikit ragu, ia mendorong kanvas ke depan Antonio, memperlihatkan hasilnya. “Sudah selesai…” suaranya pelan, hampir seperti bisikan. “Saya harap… Pak Antonio nanti menyukainya.” Antonio, yang masih berbaring santai di ranjang, memiringkan kepala untuk melihat lukisan itu. Tatapannya tajam dan serius, tak ada ekspresi yang bisa Kartini tebak. Ia hanya diam, membuat suasana semakin menegangkan. Kartini mulai gelisah, jemarinya tanpa sadar meremas gaunnya. “Pak Antonio? Apa… apa ada yang salah dengan lukisannya?” tanyanya gugup. Beberapa detik berlalu sebelum pria itu akhirnya berbicara, suaranya rendah tetapi menggema penuh wibawa. “Kamu benar-benar… luar bias

  • Pelakormu vs Aku   Bab 94: Kanvasku, Kamu

    Ruangan kamar Antonio yang luas, dengan jendela besar yang menampilkan langit malam, kini terasa semakin intim. Di sudut, Kartini berdiri gugup sambil melirik ke arah lemari besar yang ditunjuk Antonio. Suara bariton pria itu menggema lembut namun tegas. “Di situ ada kanvas dan cat. Ambil semuanya. Mulailah melukis,” katanya, matanya yang tajam mengunci Kartini dalam kebimbangan. Kartini mengangguk pelan, tubuhnya bergerak menuju lemari. Setiap langkah terasa berat, bukan karena beban yang ia bawa, melainkan karena kehadiran Antonio yang begitu dominan. Ketika ia membuka lemari, pandangannya jatuh pada set lengkap peralatan melukis yang tersusun rapi. “Semua ini… untuk saya gunakan?” tanyanya pelan, suaranya nyaris berbisik. Antonio, yang kini sudah duduk di sisi ranjangnya, hanya mengangguk kecil sambil melepas arloji dari pergelangan tangan. Ia meletakkannya di meja samping dengan

  • Pelakormu vs Aku   Bab 93 : Lukisan di Kamar

    Langit sore mulai meredup ketika Antonio melangkah masuk ke rumahnya setelah selesai dengan sesi latihan tembaknya. Kaus polo hitam yang ia kenakan melekat sempurna pada tubuh atletisnya, menyiratkan kelelahan sekaligus kesan menawan yang tak terbantahkan. Langkahnya tenang, tetapi tatapannya tajam menyusuri ruangan, mencari seseorang—Kartini. Namun, Kartini tidak terlihat di mana-mana. Antonio mengerutkan dahi. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung melangkah menuju kamarnya. Begitu membuka pintu, ia berhenti sejenak. Kartini ada di sana. Wanita itu berdiri diam di depan dinding besar yang dihiasi sebuah lukisan wanita mengenakan gaun marun. Kartini tampak terpaku, matanya menatap lekat pada detail lukisan itu. Antonio bersandar di ambang pintu, kedua lengannya menyilang di dada. Matanya mengamati Kartini yang tampak begitu terpesona, tetapi ekspresinya tetap dingin. “Kartini,” suara baritonnya memecah

  • Pelakormu vs Aku   Bab 92 – Tepat Sasaran

    Antonio berdiri di area latihan tembak dengan postur tegap, mengenakan pakaian olahraga hitam yang membuat auranya semakin mencolok. Sebuah pistol semi-otomatis berada di genggamannya, siap untuk digunakan. Ia menarik napas panjang, menatap target yang berada beberapa meter di depannya—sebuah lingkaran dengan titik merah di tengah. DOR! Tembakan pertama melesat, tepat mengenai tepi lingkaran tengah. Antonio sedikit menghela napas, tampak tak puas. Ia mengangkat pistolnya lagi, tetapi kali ini wajahnya tampak lebih serius. Dalam pikirannya, ia membayangkan wajah seseorang. “Bastian,” gumamnya sambil mengarahkan pistol. “Kalau saja kamu tahu betapa menyebalkannya dirimu…” DOR! Kali ini tembakannya tepat di tengah. Antonio menyeringai kecil, senang membayangkan dirinya sedang "mengalahkan" Bastian, meski hanya di pikirannya. “Pak Antonio, Anda tampaknya sangat f

  • Pelakormu vs Aku   Bab 91 – Pertemuan yang Tak Pernah Tenang

    Antonio berjalan dengan tenang di lorong hotel, memeriksa setiap detail dari pelayanan hingga suasana hotel. Mata tajamnya memperhatikan kerapian meja, keramahan staf, hingga suasana yang dihadirkan. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa. Tapi, tentu saja, tidak bagi Bastian. “Antonio!” suara khas itu memecah keheningan. Antonio berhenti sejenak, menoleh, lalu kembali berjalan. Namun, seperti biasa, Bastian tak menyerah. Ia mengejar dengan langkah cepat, membawa senyum yang seolah penuh kemenangan. “Kenapa selalu buru-buru kalau ketemu aku? Takut kalah debat, ya?” goda Bastian sambil menyamakan langkah dengan Antonio. Antonio menghela napas pelan, menoleh tanpa banyak ekspresi. “Kalau tidak ada yang penting, lebih baik kembali ke pekerjaanmu.” “Tenang dulu, bos. Aku cuma mau ngobrol ringan. Kamu tahu Kartini pindah kerja ke mana?” tanyanya tiba-tiba, mencoba terdengar santai, tapi matanya penuh selidik.

  • Pelakormu vs Aku   Bab 90 – Misteri di Balik Nama Kontak

    Di sebuah sore yang sibuk, Bastian berjalan menuju ruang kerja Antonio dengan setumpuk dokumen di tangannya. Laporan ini adalah hasil kerja keras timnya, dan walau hubungan mereka sering penuh tensi, ia tahu bahwa tugas adalah tugas. Antonio, sebagai atasan langsungnya, tetap harus menerima laporan tersebut. Setibanya di ruangan Antonio, pria itu duduk dengan sikap serius seperti biasa, membaca laporan yang baru saja diberikan oleh Bastian. Ia mengernyit sedikit, menunjuk beberapa bagian. “Ini tidak sinkron dengan data sebelumnya. Revisi, dan perbaiki sebelum sore ini,” kata Antonio, nada suaranya dingin namun profesional. Bastian mengangguk kecil, lalu menjawab, “Baik, saya akan perbaiki. Tapi bagian mana yang lebih detil harus dirapikan?” Sebelum Antonio sempat menjawab, tiba-tiba ponsel di mejanya berdering. Antonio dengan refleks melirik layar ponselnya dan terlihat agak tegang. Di layar ponsel itu, hanya ada

  • Pelakormu vs Aku   Bab 89 – Kemenangan Sang Juara

    Malam sudah semakin larut, tetapi suasana di lapangan golf masih terasa hangat dan penuh semangat. Pertandingan final dimulai kembali setelah jeda istirahat 20 menit. Antonio kembali ke lapangan dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Keringat yang mengucur deras membasahi kemejanya, membuatnya semakin tidak nyaman. Tanpa banyak basa-basi, ia meraih kerah bajunya, menariknya ke atas, dan melepaskannya begitu saja. Kartini, yang berdiri tak jauh, menahan napas. Di bawah sinar lampu lapangan yang terang, tubuh Antonio terlihat begitu memukau. Dadanya yang bidang dengan lebar sekitar 80 cm terlihat jelas, kulitnya kecokelatan sempurna, dengan garis otot yang terpahat rapi. Lengan yang kokoh, punggung lebar, dan perutnya yang berotot menciptakan perpaduan sempurna antara kekuatan dan estetika. Keringat yang masih menetes di kulitnya seperti menambah kilauan, membuatnya terlihat seperti sosok dari lukisan dewa-dewa Yunani. Terlebih tinggi badannya

  • Pelakormu vs Aku   Bab 88: Saat Hobi Bertemu Perasaan

    Setelah hampir dua jam bertanding, Antonio terlihat sangat santai, bahkan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Pukulan demi pukulan dilontarkan dengan presisi tinggi, sementara rekan-rekannya sudah tampak kelelahan. Tatiana dan Kartini berdiri di pinggir lapangan, menyaksikan dengan takjub. "Wow, Kak Antonio ini nggak ada capeknya, ya?" Tatiana tertawa, menonton kakaknya yang tampaknya begitu menikmati permainannya. Kartini, yang agak khawatir, menatap Antonio dengan tatapan bingung. "Apa selama ini Pak Antonio memang main golf terus tanpa henti seperti ini?" tanyanya, sedikit khawatir. Tatiana mengangguk, terlihat sudah terbiasa dengan kebiasaan kakaknya. "Kakakku itu bisa main sampai sore, bahkan malam. Golf itu hobinya. Makanya dia punya koleksi tongkat golf yang harganya nggak main-main," jawabnya sambil tersenyum lebar. Kartini mengangguk pelan, sedikit mengerti, meskipu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status